Selesai berteleponan dengan Arion, aku kembali ke tempat Rannu dan Kak Arie. Mereka juga telah menyelesaikan makan siangnya. Setelah menyimpan ponsel ke dalam tas, aku bergerak membereskan kotak nasi kami yang telah kosong isinya ke dalam kantong, untuk kubuang ke tempat sampah. Sembari berjalan ke tempat sampah, aku gelisah menunggu kedatangan Arion menjemputku. Aku sedang memikirkan alasan yang akan kuberikan pada Kak Arie nanti. Kembali aku bergabung dengan Rannu & Kak Arie setelah membuang sampah bekas makan siang kami. Aku meneguk minuman untuk menghilangkan kegelisahanku. Rannu kembali asyik dengan rajutannya.
"Sandri, nanti pulangnya bareng aku aja, ya?" Aduh, aku harus bagaimana? Rasanya tak enak menolak permintaan Kak Arie ini.
"Maaf, Kak, Sandri mau mampir ke rumah teman." Akhirnya, aku bisa menemukan alasan yang tepat. Ini hari Sabtu, aku berharap Kak Arie bisa memahaminya.
"Ya udah, nggak apa. Bareng aja. Ntar aku drop di rumah teman kamu." Aku kembali bingung kalau sudah begini dan berpikir keras mencari alasan yang tepat.
"Temannya mau jemput, sih, Kak," ucapku dengan pelan.
"Oh, gitu," balas Kak Arie. Syukurlah, setelah itu Kak Arie tidak berkata apa-apa lagi. Kami masih melanjutkan obrolan dan tak lama ponselku berbunyi. Terburu aku mengangkatnya.
"Aku sudah di depan."
Aku memeluk Rannu sebelum berdiri. "Aku balik dulu, ya? Jangan lupa, obatnya selalu diminum biar cepat sehat." Tak enak meninggalkannya berdua saja dengan Kak Arie. Tapi kupikir, ini lebih baik agar mereka bisa mengobrol dengan bebas.
"Nanti kalau tasnya sudah jadi, Rannu foto dan kirim ke Sandri," ucapnya dan kemudian melepaskan pelukan kami.
"Oke Rannu, aku tunggu."
Aku pamit dan melangkah dengan cepat menyusuri koridor menuju lobi. Dari balik pintu kaca lobi aku sudah melihat jip mewah Arion. Mengapa kakiku seakan ingin berlari menyambutnya? Ya ampun, aku sudah benar-benar jatuh cinta pada pria yang beberapa hari lalu menjadi kekasihku itu.
"Baiknya, kita ke mana?" tanyanya begitu kami sudah berada di jalan. Aku menoleh. Penampilannya kali ini sangat santai. Arion hanya memakai kaos polos hitam sebagai atasannya dipadu ripped jeans. Dia terlihat jauh lebih muda dari usianya. Kalau melihatnya dengan pakaian kasual seperti ini, tak ada aura kelam yang terpancar dari wajahnya. Aku suka melihat penampilannya seperti itu.
"Biasanya balik dari jenguk Rannu, aku langsung pulang, sih, Mas. Kadang sesekali mampir ke toko buku. Nggak ada agenda yang lain," ucapku menjawab pertanyaannya. Memang seperti itu kebiasaanku kalau menjenguk Rannu di hari Sabtu. Lebih banyak menghabiskan waktu di kamar, berkutat dengan pekerjaanku dan sesekali keluar untuk membantu Mama atau Papa mengurus tanaman-tanamannya di halaman.
"Ke tempatku aja, ya? Aku juga malas ke mana-mana. Mau?" Arion melirikku menunggu jawaban. Sepertinya kami punya selera yang sama. Atau memang pada dasarnya kami suka suasana yang tidak melibatkan orang banyak? Sebenarnya nggak masalah, tetapi dia juga harus bersosialisasi. Minimal dengan keluarganya. Seperti yang pernah dia sampaikan, kembali dari Jerman, dia menutup kehidupan pribadinya rapat-rapat. Sementara aku, walau juga lebih suka menghabiskan waktu di rumah, masih sangat peduli dengan keluarga.
"Boleh, Mas." Jantungku mulai berdetak tidak normal lagi mendengar kami menuju ke apartemennya. Kejadian kemarin saja belum habis aku lupakan, akankah hari ini akan terulang kembali?
"Kamu mau mampir beli camilan atau apa gitu?"
"Aku sudah banyak ngemil bareng Rannu tadi."
Arion menambah kecepatan laju mobilnya. Pikiranku sudah mulai berkelana. Cara dia membawa jipnya seperti tak sabar ingin tiba di apartemen. Mengapa harus buru-buru begini? Apa yang kami kejar? Karena masih satu kawasan di Jakarta Selatan, dari rumah sakit, kami tiba di apartemen tidak lama kemudian. Setelah memarkir mobil, Arion menggandengku menuju lift yang akan membawa kami ke unitnya. Aku melihat beberapa buku tergeletak di meja ruang tengah saat kami masuk tadi. Setelah menyimpan kunci mobil di atas credenza, Arion mengajakku duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasti Ada Cinta Untukmu (complete)
RomanceAku dan Rannu adalah saudara sepupu yang sangat dekat. Usia kami sebaya. Ibuku dan ibunya Rannu bersaudara. Aku adalah tempat Rannu berbagi keluh kesah. Dia merasa berbeda dengan saudaranya dan berpikir mungkin dia hanya anak angkat. Apa yang dikerj...