PACU #67 Kembali Berkutat Dengan Pekerjaan

275 39 2
                                    


Hari yang menegangkan dalam hidupku berakhir juga. Keluarga Arion kembali dengan perasaan bahagia setelah niat baiknya diterima oleh keluargaku. Jangan tanya diriku, tentu saja teramat bahagia. Apalagi tak ada keluhan yang dilontarkan oleh Opa pada masakanku. Yang lain pun demikian. Aku berkesimpulan mereka menyukai apa yang aku hidangkan malam ini. Mereka juga menyukai puding yang dibeli Kak Dani. Walau aku tetap meyakini kalau masakan Arion tetaplah yang terbaik. Tak ada yang bisa menandingi hasil olahan tangannya. Juga, pertemuan Arion dan Kak Dani tidak seperti yang kubayangkan. Mereka hanya berbicara dan tidak saling adu jotos. Aku yang tadinya sangat khawatir saat mereka bertemu, bisa lega dan mereka juga bisa berbincang dengan santainya saat makan tadi. Harapku, semoga ini menjadi pertanda baik untuk rencana kami selanjutnya.

Aku sudah membereskan semua peralatan makan, membersihkan ruang tamu dan ruang makan dan bersiap masuk ke kamar ketika Kak Dani mencegatku di depan pintu.

"Lumayan juga, tuh, pacar kamu, bisa menjawab semua pertanyaan dari aku," kalimat pembuka Kak Dani saat menahanku masuk ke kamar.

"Jadi juga fit and proper test-nya?" tanyaku. Aku pikir mereka hanya ngobrol biasa saja tadi.

"Jadilah. Kalau dia memang serius mau nikahin kamu, seharusnya nggak keberatan dong. Tapi tadi dia nggak protes sama sekali, tuh. Semua pertanyaan bisa dijawabnya dengan baik. Oke, sih, menurutku," jawab Kak Dani. Dari raut wajahnya sepertinya dia puas dengan jawaban Arion. Syukurlah. Kalau dipikir, pastinya Arion bisa menjawab pertanyaan Kak Dani, lha wong, dia jauh lebih senior dan lebih berpengalaman. Arion tidak protes atau mengajak debat karena menghargai Kak Dani sebagai calon iparnya. Coba saja kalau bukan, tidak mungkin Arion capek-capek meladeni pertanyaan recehnya.

"Syukurlah. Tapi Kak Dani nggak nanya-nanya yang aneh-aneh, kan?" tanyaku memastikan. Bisa saja, lho, pertanyaan Kak Dani menyinggung masa lalu Arion.

"Aneh-aneh bagaimana?" Bukannya menjawab Kak Dani malah balik bertanya.

"Kali aja nanyain jumlah mantannya sebelum aku, gitu?" Bisa saja, kan, Kak Dani mengajukan pertanyaan random.

"Pertanyaan receh begitu nggak masuk dalam list aku," jawabnya tegas. Aku mengurut dada, lega.

"Terus, Kak Dani nanya apa aja tadi?" lanjutku. Aku penasaran juga apa saja yang ia tanyakan pada Arion.

"Inti dari beberapa pertanyaanku tadi adalah mencari tahu sejauh mana dia bisa menjaga dan bahagiain kamu. Itu aja, sih. Kamu itu adikku satu-satunya, wajar, kan, kalau aku harus tahu rencananya," kata Kak Dani sembari menatapku dalam. Aku tersadar, memang di balik sikapnya yang dari cuek, lalu super peduli dan usil, Kak Dani sangat menyayangiku. Mungkin nanti dia akan merasa kesepian setelah aku menikah dan tidak ada lagi orang yang bisa diganggunya. Selama bertahun-tahun hidup hanya berempat di rumah ini, kalau ada salah satu anggotanya yang pergi tentu akan terasa sepi.

Aku meninggalkan Kak Dani dan masuk ke kamar untuk rehat. Rasanya seluruh anggota tubuhku pegal. Bergegas aku mencuci muka dan bergantai pakaian santai dan naik ke tempat tidur. Sepertinya malam ini aku tidur lebih cepat dari biasanya. Fisikku memang lelah, tetapi hatiku lega. Satu hal penting sudah kulewati, tersisa urusan pernikahan yang akan digelar dua puluh hari ke depan. Seperti yang diutarakan ibunya Arion tadi, para ibu yang akan mengaturnya. Aku sudah membayangkan betapa ribetnya nanti. Mulai dari urusan busana, belum lagi gedung. Kepalaku mendadak dipenuhi segala macam hal. Kalau aku mengungkapkan hal ini pada Arion, pasti dia akan memintaku tidak usah memikirkannya. Padahal ini adalah hari bersejarah kami nantinya. Apa iya aku tidak memikirkannya? Tidak mungkin juga, kan, aku lepas tangan dan para ibu yang mengurus segala kebutuhan kami. Bagaimanapun, aku ingin ikut terlibat di dalamnya.

Pasti Ada Cinta Untukmu (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang