PACU #12 Trauma

385 58 3
                                    


Aku tidak tahu apa yang terjadi, sehingga di ruang tengah sudah berkumpul orang-orang yang sangat aku khawatirkan jika bertemu. Lagi-lagi, aku memliki rasa khawatir yang berlebihan, karena buktinya mereka mengobrol dengan suasana santai. Di sisi lain, aku bersyukur, mereka sudah bisa bertemu seperti ini. Aku hanya membayangkan cerita Rannu, bagaimana situasinya saat Ferdy diusir, yang pastinya gaduh. Aku masih berdiri mematung di depan pintu kamar, mengamati interaksi mereka.

"Yuk, Sandri. Kita ke tempat Rannu," ajak Kak Lia. Barulah aku tersadar dan bergeser dari posisi tempatku berdiri.

"Sandri bareng Kak Lia aja, ntar Kak Arie dengan Ferdy," lanjut Kak Lia lagi.

Aku mengangguk, lalu bergerak mencomot roti di atas meja sebagai sarapan dan berjalan mengikuti Kak Lia ke mobil Kak Arie. Sementara, Kak Arie masuk ke mobil Ferdy. Kami pun beriringan menuju rumah sakit. Hari Sabtu jalanan tidak sepadat seperti hari kerja, jadi kami bisa tiba lebih cepat ke rumah sakit tempat Rannu dirawat. Tadi aku sudah menelpon Kak Ika, menginformasikan kalau kami akan menjenguk Rannu. Kebetulan Kak Ika sedang bertugas hari ini. Saat kami tiba, Kak Ika sudah berada di lobi menyambut kedatangan kami.

"Gimana kondisi Rannu, Kak?" tanyaku saat kami sudah menyusuri koridor.

"Sejak ketemu Ferdy, Rannu lumayan banyak kemajuan, lho," jawabnya.

"Oh, ya? Syukurlah, Kak." Tentunya aku sangat senang mendengar ini. Semoga saja kondisi Rannu kedepannya semakin membaik.

Saat menyusuri koridor, dari jauh kami sudah melihat Rannu sedang berada di taman dan merajut. Sepertinya dia sedang buat syal. Terlihat dari hasil rajutan yang sudah menjuntai ke bawah. Rannu terlihat normal jika melihatnya seperti itu. Ferdy berjalan di depan kami. Gerakannya seolah tidak sabar ingin segera berada di dekat Rannu. Kami sudah dekat, tetapi Rannu sama sekali tidak terusik. Dia tetap menekuri rajutannya. Kembali rasa cemas menyergapku. Ini kali pertamanya dia bertemu kembali dengan Kak Arie dan Kak Lia.

"Rannu." Ketika mendengar suara Ferdy, Rannu menegakkan kepalanya. Senyum seketika bersemi di wajahnya. Namun, tidak lama senyum itu kemudian menghilang dan mata Rannu mulai terlihat ketakutan saat melihat Kak Arie dan Kak Lia. Tangannya mencengkeram syal rajutannya dengan kuat. Matanya melotot dan bergerak-gerak. Kecemasanku makin bertambah. Ferdy yang melihat perubahan itu berusaha menenangkannya. Dipegangnya tangan Rannu dengan lembut.

"Kenapa? Itu Kak Arie dan Kak Lia."

Reaksi tubuh Rannu mulai berubah begitu mendengar nama Kak Arie dan Kak Lia yang disebutkan Ferdy. Makin berubah ketika Kak Arie dan Kak Lia mendekat. Rannu bergumam tak jelas. Tubuhnya mulai berguncang. Aku takut dengan kondisinya. Apakah Rannu akan kambuh? Kak Ika pun siaga. Apa yang aku cemaskan pun terjadi. Rannu mulai berteriak. Kak Arie dan Kak Lia mundur, tidak jadi mendekati Rannu. Ferdy memeluk Rannu. Rannu meronta kemudian histeris. Ferdy kewalahan. Kak Ika akhirnya memanggil perawat yang lain untuk membantunya membawa Rannu ke dalam kamar. Aku hanya menyaksikan dalam diam. Aliran darah ke wajahku kurasakan berhenti. Rasa pedih teramat dalam melihat kondisinya sangat menguncangku. Harapanku akan kesembuhan Rannu pudar seketika. Rannu masih trauma melihat Kak Arie dan Kak Lia. Begitu sangat membekasnya perlakuan Kak Arie dan Kak Lia, membuat Rannu seperti ini.

Kak Arie dan Kak Lia hanya diam. Pastinya mereka tidak menyangka kejadian tadi. Mereka kemudian duduk di bangku taman. Kamar Rannu tidak jauh dari taman, jadi masih bisa terdengar teriakan Rannu. Tidak butuh waktu lama, suara Rannu sudah tidak terdengar lagi. Mungkin Kak Ika sudah menyuntikkan obat penenang. Di sampingku, Ferdy terlihat gelisah. Sepertinya dia ingin sekali ikut melihat Rannu ke kamarnya, tetapi dicegah Kak Ika.

"Ada baiknya kami nggak jenguk Rannu dulu, sepertinya dia trauma melihat kami," kata Kak Arie. Dia sadar, kedatangannya bersama Kak Lia, ternyata memberi efek yang sangat parah buat Rannu. Ada rasa kecewa dan sedih tergambar nyata di wajahnya.

Pasti Ada Cinta Untukmu (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang