PACU #45 Mengunjungi Rannu Bersama Kak Arie

361 54 2
                                    


Setelah mengetahui informasi dariku, Tante Elis dan Kak Arie cukup lama terdiam. Sepertinya, mereka berpikir keras untuk mengambil tindakan pada Kak Lia. Aku hanya bisa menduga-duga saja. Namun yang pasti, sesuatu akan terjadi pada Kak Lia. Entah dalam bentuk apa.

"Kita jenguk Rannu, yuk, Sandri," ajak Kak Arie. Suara Kak Arie akhirnya memecah keheningan di antara kami. Aku menarik napas lega. Sudah jam sebelas lewat. Biasanya aku tiba di rumah sakit tempat Rannu dirawat jam sepuluh. Kasihan, pasti Rannu sudah menungguku. Jam segini biasanya kami sudah ngemil sambil bercerita. Kak Arie masuk sebentar ke kamar mengganti pakaian santainya. Tak lama kemudian dia sudah keluar kembali dengan atasan polo shirt yang melekat dengan pas di tubuhnya dipadu dengan blue jeans. Aku pamit pada Tante Elis, lalu mengikuti Kak Arie ke garasi. Baru kali ini aku menjenguk Rannu di hari Sabtu berdua dengan Kak Arie.

"Kak, boleh mampir sebentar di supermarket?" tanyaku saat kami sudah berada di jalan. Karena aku tak membawa makanan saat tadi ke rumah Tante Elis, aku izin untuk mampir ke supermarket membelikan makanan ringan buat Rannu. Nanti kalau kami melewati tempat makan, aku juga berencana mampir untuk membelikan makan siang untuk Rannu. Sudah menjadi kebiasaanku saat mengunjungi Rannu membawakan makanan yang disukainya. Kak Ika pernah mengatakan, aku sudah melebih saudara bagi Rannu. Maksud Kak Lia mungkin karena aku rutin mengunjungi Rannu membawakan apa yang disukainya, tidak seperti saudaranya yang datang menjenguknya. Aku sudah menganggap Rannu seperti saudaraku, apalagi kami masih berhubungan keluarga juga.

"Boleh. Mau beli apa?" tanya Kak Arie. Tentu saja aku tak memberitahunya kalau aku ingin membelikan Rannu makanan dan minuman ringan.

"Mau beli camilan aja, sih, Kak."

Tidak jauh dari rumah Tante Elis, kami berhenti di depan supermarket. Kak Arie menepikan mobil. Aku cepat-cepat turun dan masuk ke supermarket. Kuraih beberapa makanan favorit Rannu di rak, memasukkannya ke dalam keranjang lalu bergerak ke lemari pendingin mengambil minuman. Setelah kurasa cukup, aku menuju kasir untuk membayar semua isi keranjangku. Aku menyodorkan tote bag yang selalu kusiapkan di tas untuk mengurangi pemakaian kantong plastik. Setelah kupastikan semua isi keranjang berpindah ke tote bag, aku pun kembali ke mobil. Kak Arie sedikit mengernyit melihat tote bag yang aku bawa.

"Buat siapa?" tanyanya melihat tote bag yang kutaruh di dekat kakiku yang karena banyaknya isinya sedikit menyembul keluar.

"Buat Rannu. Biasanya aku suka bawain beginian, Kak. Jadi sambil ngobrol, kami ngemil," kataku menjelaskan isi tote bag-ku. "Kak, kalau ketemu tempat makan cepat saji, kita mampir, ya?" lanjutku. Kali ini, nggak apa aku beli makanan fast food saja buat Rannu.

"Buat Rannu juga?" tanya Kak Arie lagi. Matanya menatapku, kemudian mengalihkan kembali tatapannya ke jalan. Aku berpikir, dia mungkin heran dengan apa yang aku lakukan. Atau bisa juga tidak menyangka aku begitu perhatiannya pada Rannu. Padahal dia tahu, aku sangat dekat dengan Rannu. Aku menganggukmengiakan pertanyaannya.

"Untuk makan siang, biar aku yang beli, ya?" ucap Kak Arie dengan tegas. Bisa jadi dia merasa tidak enak karena aku lebih peduli pada adiknya.

Kak Arie kembali menepikan mobil. Akan tetapi kami tidak mampir di tempat makan cepat saji, melainkan di rumah makan padang yang cukup terkenal. Aku ikut turun bersamanya. Di dalam ternyata sudah ramai. Aku melihat sekilas semua tempat duduk penuh. Memang rumah makan ini, yang berada di area Bendungan Hilir tidak besar, tetapi sangat terkenal di kalangan pencinta kuliner. Semasa kuliah dulu, aku pernah ke sini. Aku sangat suka dengan ikan kecil-kecil sambel ijonya. Kalau tidak salah namanya ikan bilih. Aku juga suka sayur pakisnya. Pelayan yang berada di belakang counter berisi menu yang di tata dengan rapi bergerak lincah mengambil beberapa lauk dan nasi pesanan Kak Arie. Ada tiga kotak yang telah siap dan Kak Arie membawanya ke kasir. Setelah selesai membereskan urusan di kasir, kami kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan menuju tempat rawat Rannu.

Pasti Ada Cinta Untukmu (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang