Aku tak pernah menyangka akan kembali tertarik pada wanita. Setelah kejadian meninggalnya Shinta, aku jadi trauma untuk tertarik atau jatuh cinta pada mahkluk yang diberi Tuhan, kecantikan, kelembutan serta pesona lainnya. Aku memang jatuh cinta pada Shinta, sayangnya rasa benci pada keluarganya yang menolak lamaran Ferdy hanya karena latar belakang keluarga kami, menyeretku untuk mengabaikan rasa cinta yang ada untuknya.
Kelakuanku memang tak ada yang bisa dibanggakan. Sejak berpisahnya orang tua kami, aku yang sangat dekat dengan Papa merasa terpukul. Aku tak tahu, apa lagi yang kurang pada keluarga kami sehingga orang tuaku memutuskan untuk bercerai. Selama bersama, keduanya terlihat baik-baik saja. Hingga suatu hari, Mama melihat Papa bersama wanita lain. Mulai saat itu, keluargaku tak pernah merasakan kedamaian lagi. Pertengkaran-pertengkaran selalu mewarnai hari-hari kami. Suara jeritan Mama kadang menembus dinding kamarku, memilukan hati, ditingkahi suara menggelegar Papa. Saat itu, aku dan Ferdy masih kecil, belum memahami benar arti perpisahan mereka. Perpisahan yang berakhir dengan pembagian hak asuh anak. Karena aku dekat dengan Papa, aku memutuskan ikut dengannya. Sementara Ferdy diambil sama Mama. Namun, selama ikut dengan Papa, aku merasa ada bagian yang hilang dari diriku. Aku selalu mencari sosok Mama yang tak pernah bisa kutemui sehari-hari. Karena itu, aku mencari hal yang membuat diriku bisa melupakan sosok yang tak bisa kutemui di luar rumah. Aku mulai bergaul dengan anak-anak dari keluarga yang sama dengan diriku, broken home. Mereka melampiaskan kekecewaan dan marah dengan berbuat onar. Tidak hanya di sekolah, di lingkungan keluarga juga. Keluarga Papa sudah mencapku sebagai anak badung. Beranjak remaja kenakalanku semakin bertambah terlebih setelah Papa menikah kembali, diikuti Mama yang kutahu dari Ferdy yang diam-diam suka menghubungiku. Saat SMA, kenakalanku hampir tak bisa diatasi lagi. Sebentar-sebentar Papa dipanggil ke sekolah karena ulahku. Beruntung, walau nakal aku masih bisa lulus dengan nilai yang tidak mengecewakan. Kelakuanku memang liar, tapi otakku masih bisa menangkap pelajaran dengan baik. Ini kelebihan yang sangat kusyukuri hingga kini.
Memasuki bangku kuliah, aku bersentuhan dengan narkoba dan minuman beralkohol. Bukannya kelakuanku berubah seiring bertambahnya usiaku, tetapi makin menjadi. Ketika Ferdy mendapat masalah, aku pun marah. Aku melampiaskannya dengan main perempuan, memanfaatkan wajahku yang memang sangat dikagumi oleh kaum tersebut. Tubuhku yang tinggi menambah nilai plusku di mata wanita. Belum lagi, menyandang nama keluarga yang dikenal beberapa kalangan makin menambah daya pikatku dan saat wanita-wanita yang kubuat terpikat jatuh cinta, aku meninggalkan mereka begitu saja. Wanita yang dekat denganku bukan dari kalangan biasa. Beberapa dari mereka bahkan seleb terkenal, yang biasa wara-wiri di media sosial. Yang berbeda pada Shinta. Dia wanita paling cantik yang pernah kukenal. Profesinya sebagai model membuatnya sangat dikenal. Aku bertemu dengannya di club dan kami pun berkenalan. Mengetahui hubungannya dengan keluarga yang telah menghancurkan Ferdy, aku mengesampingkan rasa sukaku padanya. Aku mengajaknya minum hingga mabuk dan berakhir di kamar hotel. Sampai kejadian yang tidak kuduga akhirnya menyadarkanku. Shinta melompat dari unit apartemennya karena aku menolak mengakui bayi yang dikandungnya. Aku merasa bukan hanya diriku pria yang dekat dengannya. Saat aku sadar, semuanya sudah terlambat. Papa marah besar. Aku hampir saja diseret ke meja hijau oleh keluarga Shinta kalau saja Papa tidak turun tangan. Akhirnya Papa memberiku ultimatum yang berakhir dengan aku memlilih melanjutkan kuliahku di luar. Papa setuju dengan supply dana dibatasi. Papa hanya menanggung uang kuliah dan apartemen. Untuk jajan dan kebutuhan lainnya, aku harus mengusahakan sendiri. Aku menerima ini sebagai hukumanku. Papa juga mengancam akan memenjarakanku jika aku berbuat onar lagi.
Selama kuliah di Jerman itulah aku benar-benar belajar untuk bersih dari kelakuan berengsek, walau godaan begitu gencarnya. Kadang keingian untuk mengonsumsi minuman beralkohol begitu kuatnya, tetapi aku tak punya duit untuk membelinya. Hal yang sama dengan obat-obatan yang pernah aku konsumsi selama di tanah air. Kala keinginan itu datang, aku pergi ke kampus dan menenggelamkan diriku di perpustakaan, membaca atau melakukan apa saja agar keinginan itu reda. Karena seringnya keinginan itu hadir dan aku juga harus membeli kebutuhan yang lain, aku bekerja part time di restoran sebagai tenaga pembersih di dapur. Atau lebih tepatnya tenaga untuk mencuci piring, gelas atau peralatan dapur lainnya. Aku bekerja dengan semangat dan tidak pernah mengeluh. Karena pekerjaanku dinilai bagus, salah seorang Chef di restoran itu memintaku menjadi asistennya. Kemampuan memasakku berawal dari sini. Kala ada waktu senggang, aku belajar IT pada teman satu kampus yang kebetulan juga tinggal di apartemen yang sama denganku. Begitulah aku mengisi hari-hariku hingga keinginan untuk minum dan ngobat akhirnya bisa aku tinggalkan. Aku lulus kuliah tepat waktu dengan nilai yang sangat memuaskan. Karena sudah kerasan dan juga mendapat pekerjaan yang lumayan, aku memilih tinggal di Jerman. Keberhasilanku ternyata diketahui Opa dari pihak Mama dan memanggilku kembali ke tanah air untuk mengembangkan usaha keluarga. Awalnya aku menolak hingga Opa datang menjemputku. Aku tak bisa lagi mengelak dan ikut bersamanya kembali ke Indonesia.
Kembali ke Jakarta, aku hanya fokus dengan pekerjaan. Aku menutup diri dengan pergaulan. Beberapa teman yang tahu aku sudah kembali berusaha menghubungi, tetapi tidak kutanggapi. Aku benar-benar memutuskan hubungan dan tak mau diganggu. Aku mengubur masa lalu rapat-rapat. Bahkan dengan keluarga pun aku juga membatasi diri. Kecuali dengan Ferdy, aku masih terus berhubungan terbatas masalah pekerjaan. Untuk masalah pribadi aku menutup diri.
Suatu hari, aku bertemu Ferdy di kantornya. Mataku tertarik pada desain yang ada di meja kerjanya. Desain yang memadukan unsur modern dan tradisional dengan porsi yang pas, sangat unik menurutku. Aku mulai bertanya, siapa sosok di balik desain tersebut. Info yang kudapat dari Ferdy desain itu dibuat oleh seorang wanita. Aku pun penasaran dan meminta Ferdy mengenalkanku padanya. Dan akhirnya, kami bertemu di kantor Ferdy siang itu. Aku terpana melihatnya. Dia sangat berbeda dari wanita-wanita yang dulu dekat denganku. Penampilannya sederhana saja dan terkesan cuek. Pakaian yang dikenakannya saat itu sangat kasual. Namun, penampilan yang sederhana itu, tidak bisa menyembunyikan kecantikannya. Badannya yang kutaksir sekitar 165 cm, sangat pas dengan bobot tubuhya telah memikatku. Kalau saja Ferdy tidak memberitahuku yang sedang aku lihat adalah seorang Arsitek, aku sudah menyangka dia masih kuliah.
Dari kesan pertama yang aku dapatkan, dia datar saja kala berbicara dengan orang yang belum dikenalnya.
"Memang mau bangun apa, sih, Mas?" tanyanya dengan nada ogah-ogahan saat aku memintanya untuk mendesain booth yang ingin kurenovasi. Sepertinya dia keberatan. Dengan keahlian menundukkan saingan bisnis, kugunakan cara tersebut untuk memaksanya melihat booth itu.
Lain waktu, aku juga memaksanya bertemu di hari Sabtu. Waktu itu, ucapannya saat kutanya lokasinya berada ketus sekali. Aku benar-benar terkesima dengan caranya. Dan akhirnya kutahu, kalau setiap hari Sabtu adalah waktunya menjenguk saudara sepupunya di rumah sakit jiwa. Belakangan aku tahu yang dirawat di sana adalah wanita yang dulu pernah ingin dilamar oleh Ferdy. Sangat kebetulan sekali menurutku. Rasa benciku pada keluarga itu sudah tidak membekas lagi. Semua sudah menjadi masa lalu bagiku.
Dari memaksa bertemu, mengajaknya ke apartemen dan akhirnya, kami pun menjadi pasangan kekasih. Tak pernah terlintas dalam benakku, hatiku akhirnya terbuka kembali pada wanita. Sandri-lah yang berhasil membukanya. Lebih tepatnya, akulah yang memaksanya untuk membuka hatinya padaku. Wanita itu telah merontokkan semua asumsi yang kubangun selama ini untuk menutup diri. Wanita yang punya kebiasaan naik ojek online dan pernah mematikan ponselnya selama beberapa hari yang membuatku kalang kabut sampai aku nekat mendatanginya di rumah. Namun, baru saja kami bertemu setelah jadian, hatiku mulai gundah karena Sandri akan bekerja sama dengan pria yang kukenal pada masa lalu, Jotha.
Aku dan Sandri memang belum lama berkenalan, tetapi hatiku sudah terpaut penuh padanya. Tanpa dia ketahui, aku bisa melacak ponselnya sehingga aku bisa mengetahui keberadaannya. Mungkin dia akan marah jika mengetahui perbuatanku ini, tetapi aku tak bisa membiarkannya pergi tanpa kuketahui. Bagiku, dia adalah satu-satunya wanita yang kupunyai saat ini, nanti, dan selamanya.
*****
Jakarta; January 29, 2022
Jadi, begitulah kesan Arion saat pertama kali bertemu dengan Sandri.
Hatinya mulai was-was dengan keberadaan Jotha.
Mampukah Arion meredam kegundahannya dan membiarkan Sandri tetap menjalin hubungan kerja dengan Jotha?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasti Ada Cinta Untukmu (complete)
RomanceAku dan Rannu adalah saudara sepupu yang sangat dekat. Usia kami sebaya. Ibuku dan ibunya Rannu bersaudara. Aku adalah tempat Rannu berbagi keluh kesah. Dia merasa berbeda dengan saudaranya dan berpikir mungkin dia hanya anak angkat. Apa yang dikerj...