PACU #25 Me Time

411 49 6
                                    


Aku belum berniat mengaktifan ponsel di hari ketiga setelah menjenguk Rannu. Waktu kugunakan dengan baik untuk bersantai sembari mengerjakan detail desain Ferdy dan alternatif konsep desain buat Arion. Selama tiga hari itu, hanya sekali aku menerima telepon dari Dita yang bertanya mengenai kesediaanku untuk bertemu client yang tempo hari dia infokan. Untuk yang ini aku minta waktunya dimundurkan dan Dita setuju. Hari keempat, rasanya aku masih malas mengaktifkan ponsel, karena merasa nyaman tanpa gangguan telepon. Kerjaanku selama menikmati masa me time, menggambar, membantu Mama di dapur, bersih-bersih rumah dan menyiram tanaman. Semua kegiatan itu kukerjakan dengan tenang tanpa gangguan telepon. Rasanya merdeka.

Hari keempat aku menjalankan me time, ponsel belum aku aktifkan. Aku berencana mengaktifkan ponsel setelah desain Ferdy selesai. Hari telah menjelang sore dan aku pun keluar berniat menyiram tanaman di halaman depan. Biasanya aku menyiram tanaman di halaman depan dulu kemudian halaman belakang. Sambil menyiram, aku memperhatikan daun tanaman yang menguning dan mencabutnya atau merapikan letak pot yang miring. Saking asyiknya menyiram, aku sampai tidak menyadari ada seseorang yang menghampiri. Saat aku membalikkan badan, Arion sudah berada tepat di belakangku. Otomatis aku terlonjak dan hampir saja menyemprotnya. Selang yang aku pegang terjatuh, namun sebelumnya sempat menyemprotkan air ke bawah tubuhku dan menyebabkan jeans selutut yang kukenakan basah. Arion buru-buru meminta maaf.

"Maaf, sudah membuat kamu kaget. Saya datang karena nggak bisa hubungi kamu. Kamu baik-baik aja kan, Sandri?"

Sudah telanjur basah ini, mau bagaimana lagi. Rentetan pertanyaan Arion belum aku jawab karena masih sibuk menutup keran dan melihat jeansku yang basah. Sepertinya me time-ku telah berkahir.

"Baik, kok, Mas."

"Syukurlah." Arion masih berdiri dan memperhatikanku dengan saksama. Menelitiku dari atas ke bawah. Keningnya berkerut melihat jeans yang aku pakai sudah basah. Aku jadi jengah dibuatnya.

"Masuk dulu deh, Mas." Aku mempersilakan pria dengan tampilan selalu menawan itu masuk.

"Bentar ya, Mas. Saya ganti pakaian dulu." Aku meninggalkan Arion dan masuk ke kamar untuk mengganti jeans yang basah. Mama yang melihat bawahanku basah, mengernyit.

"Kok, sampai basah begitu, sih, San. Kamu nyiram atau main air?"

"Kesiram Ma, karena kaget tadi tiba-tiba ada Arion di belakang Sandri. Ma, tolong temani Arion dulu, ya?"

"Ada Arion, toh. Oke, Mama temani. Sekalian ntar kamu bikinin minum." Mama tersenyum penuh arti lalu bergegas ke ruang depan menemui Arion. Untuk kedua kalinya, Mama tersenyum begitu karena kedatangan Arion. Mama terlihat gembira mendengar Arion berkunjung. Aku malah merasa terbebani dengan sikap Mama yang seperti itu. Semoga saja tidak ada hal-hal yang berlebihan di baliknya. Jujur, info dari Kak Arie saat kami mengunjungi Rannu terus terngiang di telingaku. Belum lagi sikap Ferdy terhadap Arion. Cepat atau lambat, aku harus mencari tahu latar belakang Arion.

Setelah berganti pakaian, aku ke dapur membuat minuman untuk Arion. Sebenarnya aku lebih senang jika Arion ngobrol saja dengan Mama, tapi apa bisa begitu? Ya sudahlah, aku ladeni saja apa maunya kali ini.

Aku masuk ke ruang tamu membawa minuman. Mama dan Arion terlibat obrolan seru. Entahlah apa yang mereka obrolkan, aku tak mau tahu. Semakin banyak aku tahu, kadang kepalaku jadi pening. Begitu aku masuk ruang tamu tadi, mata Arion tak pernah lepas menatapku. Beruntung saja tak banyak perabotan di ruang tamu, khawatir kakiku tersandung karena gugup ditatap seintens itu. Dia memang paling bisa membuatku salah tingkah. Terkadang juga degup jantungku tak bisa diajak kerja sama. Tipe orang seperti ini harus aku hindari, jika tidak, bisa membuatku terperosok dalam pesonanya.

Pasti Ada Cinta Untukmu (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang