Lift membawaku turun dari lantai teratas tempat meeting bersama Dita dan client kami yang bernama Pak Jo. Saat di lift, Arion mengirim pesan sudah menuju gedung tempatku saat ini. Sepertinya Arion sudah tak sabar bertemu denganku. Atau aku pun juga demikian? Kuakui, pertemuan pertama kali sejak kami jadian ini membuatku sedikit gugup. Hatiku berdebar-debar tak menentu. Ya ampun, mengapa seperti anak remaja yang sedang berpacaran? Isi kepalaku sudah berpikir aneh. Makan siang nanti mungkin bisa terhitung sebagai kencan kami yang pertama pula. Memang ini bisa dikatakan sebagai kencan? Jujur, aku juga tak tahu, karena baru merasakan yang namanya berpacaran dengan orang yang usianya jauh di atas usiaku pula.
Begitu lift berhenti di lantai ground, aku keluar dengan jantung yang semakin berdegup kencang. Aku mengatur langkahku agar tetap berjalan dengan normal. Kembali ponselku berdering. Jantungku semakin tak keruan. Tanpa melihat nama di layar, aku sudah tahu yang menelpon adalah Arion.
"San, aku sudah di lobi." Aduh, suara basnya makin lama makin merdu dan seksi terdengar di telinga. Mengapa aku ini? Sama sekali aku tidak paham yang terjadi pada diriku. Setelah menggambil kartu identitas di resepsionis, aku bergegas keluar. Saat menukarkan kartu identitas dengan kartu akses tadi, aku sudah melihat jip mewah berhenti di area drop off. Jip mewah yang sangat kuhafal pemiliknya. Security yang berdiri di depan pintu lobi bergerak membukakan pintu penumpang yang berada di samping pengemudi. Tanpa memperhatikannya, aku tahu matanya sejak tadi menatapku. Begitu aku duduk dan ingin meraih sealt belt, Arion menarikku ke arahnya dan mendaratkan ciuman lembut di keningku. Tubuhku membeku.
"Aku kangen banget." Ucapannya membuat jantungku melesak tak tentu arah. Aku pastikan wajahku memerah. Setelah duduk dan memasang sealt belt, Arion melajukan kendaraan keluar dari area gedung. Mataku tak berani memandangnya. Udara kuraup sebanyak yang aku bisa untuk meredakan gejolak hatiku.
"Mau makan di mana? Atau di apartemen aja, aku masakin?" tanyanya begitu kami sudah berada di jalan. Aku paling bingung kalau ditanya yang beginian. Bukan pencinta kuliner karena bekerja secara freelance otomatis lebih banyak waktu kuhabiskan di rumah. Itu berarti aku lebih banyak mengkonsumsi masakan hasil olahan Mama. Sesekali memesan makanan via online. Jika ada tempat kuliner yang viral di media sosial, aku tidak pernah tertarik untuk ikut-ikutan menjajal rasanya. Begitulah aku, lebih banyak mengurung diri dari dunia luar. Namun, tidak berarti aku tidak mengetahui apa yang terjadi di luar sana. Aku tetap mengikuti perkembangan dunia luar, kok.
"Aku ikut pilihan Mas aja, deh," jawabku. Bagiku, dia yang pandai memasak ini akan lebih tahu tempat makanan yang enak.
"Oke. Kita ke tempatku aja, ya. Dekat juga dari kantor, jadi baliknya nggak lama terjebak macet." Aku menggangguk setuju dengan usulannya. Walau aku sudah mengetahui masa lalunya yang kelam banget itu, saat ini tak ada rasa kekhawatiran sama sekali. Lagi pula, ini untuk ketiga kalinya aku berkunjung ke apartemennya. Semoga saja tidak ada kejadian yang akan membuatku menyesal di kemudian hari.
Jarak dari daerah Kuningan ke Senopati dekat saja, jadi kami tak berlama-lama di jalan. Setelah aku menerima usulannya tadi, kami diam menikmati perjalanan menuju apartemennya. Tapi sebelum kami tiba, tangan Arion terulur ke arahkan. Aku tidak menyadari sampai merasa ada usapan lembut di kepalaku.
"Capek banget, ya? Kok diam aja? Atau aku sudah mengganggu meeting kamu tadi?" tanyanya dengan mata yang masih terarah padaku. Tak lama, dia kembali melihat ke jalan dengan tangannya masih tetap di kepalaku.
"Nggak capek juga, sih, Mas. Waktu telepon tadi meetingnya sudah selesai, tapi masih lanjut ngobrol-ngobrol santai aja. Hanya, aku nggak enak tinggalin teman dan client duluan." Aku berkata jujur karena emang seperti itulah kondisinya. Apa coba tanggapan Dita, kalau sebenarnya tidak ada meeting dadakan, tetapi aku dijemput pria keren yang kini berada di sampingku mengemudi dengan gayanya yang sangat maskulin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasti Ada Cinta Untukmu (complete)
RomanceAku dan Rannu adalah saudara sepupu yang sangat dekat. Usia kami sebaya. Ibuku dan ibunya Rannu bersaudara. Aku adalah tempat Rannu berbagi keluh kesah. Dia merasa berbeda dengan saudaranya dan berpikir mungkin dia hanya anak angkat. Apa yang dikerj...