PACU #73 Persiapan Masa Depan

321 43 3
                                    


Makan malam di rumah ayah Arion semalam serasa makan di restoran saja. Semua makanan yang dihidangkan rasanya lezat. Info dari Arion, ibunya pandai memasak. Mungkin inilah penyebab ayahnya akhirnya memilih wanita lembut itu. Ini pendapatku saja karena menurut Arion, ibu kandungnya tidak pandai dalam hal mengolah bahan mentah menjadi masakan, tetapi jago dalam berbisnis. Memang tidak akan ada yang sempurna karena pemilik kesempurnaan hanya Dia yang di atas sana. Terimalah dan saling menutupi kekurangan dengan kelebihan pasangan. Namun, aku melihat keluarga Arion sudah bisa menerima kekurangan mereka. Terbukti saat hari Rabu, mereka kompak datang dengan pasangan masing-masing, mendukung Arion menyampaikan niatnya untuk menikahiku. Semoga saja kami bisa belajar dari tindakan masa lalu agar tidak terulang.

Jika hari Sabtu, ibunya yang meminta Arion membawaku ke rumahnya, hari Minggu ini giliran ibu kandungnya yang memintaku datang menemuinya. Sepertinya hari-hari bersama Arion nanti akan penuh dengan acara mengunjungi keluarganya kemudian keluargaku secara bergiliran. Tentu hal itu hanya bisa kami lakukan saat weekend, selebihnya kami disibukkan dengan pekerjaan, berkejaran dengan waktu untuk memenuhi target. Apalagi pekerjaan Arion yang menuntutnya terus melihat grafik penjualan storenya. Sebentar lagi mereka juga akan memasuki bisnis lain di bidang IT. Aku curiga, mereka juga akan menyerbu dunia e-commerce.

Karena ibunya juga ingin menjamuku dengan makan malam dan ada hal lain yang ingin beliau sampaikan pada kami, Arion menjemputku tepat jam lima sore. Dia masuk ke rumah sebentar, mengobrol dengan Papa sama Mama. Kak Dani juga ikutan. Kali ini suasananya sudah jauh lebih santai. Kak Dani apalagi, layaknya Arion itu sudah jadi saudaranya jadi ngobrol lepas saja. Coba, mana tuh orang yang dulu melarangku dekat-dekat dengan Arion? Hampir lupa, saat kakiku sudah masuk ruang tamu, aku berbalik dengan tergesa ke kamar menyambar binder biru berisi konsep desain yang kubuat untuk Arion. Setelah berpamitan, kami pun meluncur di jalan menuju kawasan Selatan ibu kota. Kali ini kami mengarah ke Kuningan. Aku baru tahu kalau tempat ibu kandungnya tidak jauh dari kantor Arion.

"Mas, konsepnya sudah jadi. Ntar lihatnya kalau Mas sudah di apartemen. Kalau ada yang mau ditanyakan, telepon aja." Dia melihat binder yang kuletakkan di jok belakang.

"Akhirnya, selesai juga. Thanks, Sayang," ujarnya semringah. "Tapi aku nggak mau telepon, maunya langsung ketemu kamu kalau ada yang aku nggak jelas," lanjutnya. Ya, aku lupa kalau dia calon suamiku. Tentunya bisa memintaku datang kalau ada yang dia perlukan. Seperti memberi penjelasan mengenai desain yang kuberikan tadi. Terkadang aku masih lupa dan memosisikannya sebagai client.

Kami tiba di depan rumah bergaya tropis. Aduh, aku suka banget dengan tipe rumah seperti ini. Rumah dengan gaya tropislah yang menurutku sangat cocok dengan daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi dengan syarat jangan terlalu banyak jurai pada atap yang rawan bocor jika joinnya tidak bagus. Persamaan dari rumah orang tua Arion adalah sama-sama punya luas lahan yang cukup besar. Satu lagi, Arion hanya menekan klakson maka pintu gerbang akan terbuka secara otomatis. Semuanya sudah serba digital begini. Begitu mobil Arion masuk, aku sangat terkesan dengan halaman depan yang luas, berhampar rumput hijau bak permadani dengan aneka tanaman. Aku paling suka dengan rumah berhalaman luas seperti ini. Mobil Arion terus ke belakang dan masuk ke garasi. Dua rumah yang aku kunjungi dua hari ini garasinya berada jauh dari pintu gerbang. Rasa insecure sudah menyerangku mulai dari kemarin, tetapi aku berusaha tidak memperlihatkannya pada Arion. Aku mengsugesti diriku untuk terbiasa, bagaimanapun sebentar lagi aku akan masuk dalam lingkungan keluarga seperti mereka. Walau jujur, aku selalu merasa perbedaan di antara kami itu nyata.

Kami masuk dari teras belakang yang mudah dijangkau dari area garasi. Beberapa asisten rumah tangga membungkuk hormat kala kami masuk.

"Eh, sudah datang rupanya," sapa ibunya begitu melihat kami masuk ke ruang tengah.

Pasti Ada Cinta Untukmu (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang