PACU #44 Aku Dan Keluarga Tante Elis

371 60 0
                                    


Kembali dari tempat Arion, tubuhku serasa melayang. Masih saja aku teringat semua kejadian di apartemen Arion siang tadi. Semua, hingga yang terkecil sekalipun. Rasa sensasi yang diberikannya memacu adrenalin tubuhku. Semalam, aku tidak bisa tidur gara-gara memikirkan terus kejadian itu. Walau aku sudah dewasa dan pantas untuk bermesraan, aku khawatir tindakan kami tadi tadi bisa saja berlanjut lebih jauh dan aku tak bisa mencegahnya. Arion jauh berpengalaman untuk hal demikian sementara aku tak punya pengalaman apa pun. Termasuk umur kami jauh banget bedanya. Mungkin dari segi umur inilah yang menjadikanku merasa sangat nyaman dan terlindungi kala bersamanya.

Dari cara dia memperlakukanku tadi, aku jadi berpikir, mungkin selalu seperti ini tindakannya saat bersama wanita. Aku mencoba mengenyahkan pikiran tersebut, tetapi tetap saja menghantuiku. Ciumannya masih saja kurasakan sampai saat ini. Beberapa kali aku menyentuh bibirku mencari sensasi yang ditinggalkannya siang tadi. Jenis ciuman yang memabukkan dan sekarang aku menginginkannya kembali. Aku merutuk diri karena keinginan ini begitu kuat menyerangku. Aku menenggelamkan diri, bergelut kembali dengan desainku agar pikiran itu bisa kusingkirkan. Dengan susah payah, akhirnya aku bisa fokus dengan gambar detail yang masih perlu kusempurnakan.

***

Terdengar suara percakapan di ruang tengah, pertanda penghuni rumah sudah siap melakukan aktivitasnya kembali di pagi ini. Aku juga sejak tadi sudah bangun, membereskan kamar lalu keluar menuju ruang tengah. Pagi ini, aku akan ke rumah Tante Elis bertemu Kak Arie untuk membicarakan masalah Rannu dan Kak Lia. Mengingat hal itu, semangatku merosot tajam. Hal yang aku hindari akhirnya harus kuhadapi juga. Berat rasanya, tetapi tak mengapa. Akan lebih baik aku selesaikan secepatnya agar tidak membebaniku. Bagaimanapun, secara tidak langsung aku juga terlibat di dalamnya karena dulu pernah bersama Rannu di rumah Kak Arie.

"Jam berapa ke rumah Tante Elis?" tanya Mama yang sedang sibuk menyiapkan sarapan di meja makan.

"Jam sembilan aku jalan, Ma." Sengaja aku berangkat lebih pagi, agar bisa menjenguk Rannu sebelum jam makan siang. Semoga masih keburu dan aku berharap tidak banyak pertanyaan dari Tante Elis dan Kak Arie nantinya.

Aku membantu Mama menyiapkan sarapan. Kulihat Kak Dani turun dari lantai 2 sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Semoga saja kali ini dia tidak menyinggung pria yang sudah menjadi kekasihku. Dia hanya melirikku sekilas, lalu bergerak ke meja makan. Papa juga sudah bergabung setelah menengok tanaman hidroponiknya di halaman belakang.

"Mau bareng aku, nggak? Masih pagi ini, jadi aku bisa drop kamu di rumah Tante Elis," tawar Kak Dani. Kalau ikut Kak Dani, aku kecepatan dong sampai di rumah Tante Elis. Juga, aku mencium bau-bau interogasi dari Kak Dani di perjalanan kalau kuputuskan ikut dengannya. Aku capek ditanya-tanya melulu.

"Aku naik ojol aja." Kak Dani diam mendengar penolakanku. Syukurlah. Aku tersadar, teringat larangan Arion. Kupikir dia tidak melihatnya jadi bolehlah aku naik ojek online.

"Kamu, tuh, bisa hemat biaya kalau bareng aku, San." Ternyata, Kak Dani masih ngotot juga mengajakku bersamanya.

"Kepagian, Kak. Ngerepotin pula. Lagian, kantor Kakak, kan, nggak searah dengan tempat Tante Elis?" Aku juga bertahan tak ingin ikut dengannya. Pokoknya aku harus menghindar dari interogasi Kak Dani.

"Sudah, sarapan dulu." Mama menengahi. Kak Dani akhirnya tak lagi memaksaku. Dan selesai kami sarapan, aku bersih-bersih rumah sebelum mandi dan berangkat ke rumah Tante Elis.

***

Rumah Tante Elis masih sepi terlihat dari luar saat aku tiba. Mataku sudah melihat mobil Kak Arie terparkir di garasi. Sebentar lagi aku memasuki fase lain dalam hidupku. Membahas masalah yang menimpa Rannu. Kala mengingat penderitaan yang dialaminya, aku selalu merasa sedih. Fase ini menurutku sangat penting karena menyangkut kehidupan Rannu juga Kak Lia selanjutnya. Selain perdebatan dalam keluarga Tante Elis, bisa saja setelah ini Kak Arie menceraikan Kak Lia. Ini baru dugaanku saja. Namun, aku selalu berharap hal ini bisa diselesaikan dengan baik.

Pasti Ada Cinta Untukmu (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang