Terkadang rencana kita berbeda dengan realisasinya. Seperti juga Ferdy dan Tante Elis. Sekuat apa pun aku berusaha membuat mereka tidak bertemu, ada saja kejadian yang akhirnya seperti ini. Mungkin kejadian ini sudah tidak bisa dihindari lagi. Sekilas aku mengenalkan Ferdy ke Tante Elis dan Mama, sebagai klien yang saat ini sedang bekerja sama denganku.
Ferdy langsung berdiri, begitu melihat Tante Elis. Dia membungkuk memberi hormat dan menyapa.
"Selamat sore, Tante," sapanya dengan sopan.
"Sore. Kamu apa kabarnya?" jawab Tante Elis dengan suara yang cukup ramah.
Tentu saja aku kaget mendengarnya dan tidak menyangka jawabannya akan seperti itu. Yang kubayangkan, Tante Elis akan menjawab dengan nada ketus. Ternyata kekhawatiranku selama ini berlebihan. Atau mungkin juga karena kondisi Rannu saat ini, jadi Tante Elis berubah.
"Baik, Tante."
"Syukurlah."
Tante Elis lalu duduk dan tidak jadi pulang. Mama juga ikut bergabung. Aku hanya duduk diam memandangi interaksi mereka.
"Maafkan Tante dan keluarga, ya. Kami sudah pernah nyakitin kamu. Dulu kami hanya berpikir kalian masih muda dan sudah harus dihadapkan dengan tanggung jawab. Kami menganggap kalian pasti belum siap berumah tangga. Tentunya tante nggak ingin Rannu terbebani. Sayangnya tante nggak tahu, kalau selama ini Rannu menderita. Kami hanya bisa menyuruhnya ini dan itu, tanpa pernah mau mendengarkan pendapatnya."
Lagi-lagi aku kaget dengan penuturan Tante Elis. Rannu benar-benar telah mengubah keluarganya. Aku hanya berharap semoga semua pertikaian di masa lalu itu, bisa diselesaikan saat ini. Namun, aku belum tahu reaksi kakak-kakak Rannu. Mungkin Tante Elis sudah menyadari kekeliruannya, tapi yang lain bagaimana? Keluarga Om Fritz, apakah juga sama?
Ferdy terlihat serius mendengarkan penuturan Tante Elis. Dia hanya menarik napas pelan. Kadang merenung mendengar kata-kata Tante Elis. Dalam benaknya, aku pastikan dia merasa sangat bersalah.
"Anak kalian meninggal dan Rannu sekarang lagi sakit," tambah Tante Elis kemudian. Nada suaranya memelan, sedikit tercekat. Rasa pedih yang dirasakan Tante Elis, juga merambat ke hatiku. Selalu aku merasa sedih mendengar bagian kisah Rannu yang ini.
Aku melihat ke Ferdy, dan memberinya tanda agar dia seolah-olah tidak tahu jika Rannu sakit. Untung saja, tanda yang kuberikan bisa dipahaminya. Aku khawatir Tante Elis merasa dilangkahi, kalau saja dia tahu kami sudah menjenguk Rannu.
"Rannu sakit apa, ya, Tante?" tanya Ferdy.
"Mentalnya terganggu," jawab Tante Elis.
"Apa saya boleh menjenguk Rannu, Tante?"
"Boleh, kok. Kalau mau ke sana, bareng Sandri aja." Jawaban Tante Elis ikut melegakanku.
"Makasih Tante."
"Oh, ya, Tante pamit dulu. Kamu baik-baik ,ya," ucap Tante Elis sambil menyalami Ferdy, kemudian menepuk pundaknya. Aku melihat adegan itu penuh sukacita. Ini peluang bagi Ferdy untuk kembali bersama Rannu. Mama kemudian mengantar Tante Elis sampai ke gerbang, lalu kembali bergabung di ruang tamu.
"Kita doakan aja semoga Rannu cepat pulih kondisinya," kata Mama.
"Ma, sebenarnya tadi kami dari tempat Rannu. Tapi kami nggak info dulu ke Tante Elis, khawatir aja Tante Elis nggak suka kami ke sana," infoku.
"Oh, gitu. Bisa ngomong dengan Rannu atau dia belum bisa dideketin?"
"Sudah bisa Tante, tapi Rannu nggak mengenali kami," jelas Ferdy ke Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasti Ada Cinta Untukmu (complete)
RomanceAku dan Rannu adalah saudara sepupu yang sangat dekat. Usia kami sebaya. Ibuku dan ibunya Rannu bersaudara. Aku adalah tempat Rannu berbagi keluh kesah. Dia merasa berbeda dengan saudaranya dan berpikir mungkin dia hanya anak angkat. Apa yang dikerj...