PACU #72 Arion Mengunjungi Rannu

338 45 0
                                    


Rasa bahagiaku tak terlukiskan saat Ferdy mengutarakan niatnya melamar Rannu setelah sembuh, disetujui oleh Kak Arie dan Rannu. Beban beratku terangkat. Semua pusat pikiranku yang mengarah pada Rannu seolah sudah terbagi dengan adanya Ferdy. Dari dulu aku sangat berharap padanya dan hari ini semua sudah terwujud. Tersisa menyampaikannya secara resmi pada keluarga Rannu setelah dia keluar dari rumah sakit. Aku jadi tidak sabar menanti saat itu. Tentunya Rannu akan sangat berbahagia berkumpul kembali bersama Ferdy. Betapa banyak duka yang harus Rannu lalui untuk mencapai hari ini. Aku sangat berharap tak ada lagi duka yang akan ditemuinya nanti.

Aku membuka paper bag dan mengeluarkan makan siang kami saat ponselku berdering. Ferdy mengernyit, sedetik kemudian berubah tersenyum. Dia sepertinya sudah menduga orang di balik deringan ponselku. Siapa lagi kalau bukan Arion. Dan, yah, benar saja namanya terpampang dengan teramat jelasnya pada layar. Aku buru-buru menjauh menerima telepon dari Arion. Seharusnya, sih, tidak perlu menjauh, karena Kak Arie dan Ferdy juga sudah tahu. Aku hanya menjaga perasaan Rannu saja. Bagiku, kondisinya yang masih rentan ini tidak boleh mendengar hal-hal yang membuatnya berpikir yang berat-berat. Suatu waktu nanti aku akan mengenalkannya pada Arion dan berharap semoga saja dia sudah keluar dari rumah sakit sebelum kami menikah.

"Aku sudah di lobi," ujarnya sebelum aku bertanya. Oh, di lobi. Eh?! Lobi rumah sakit ini?

"Lobi mana, ya, Mas?" tanyaku ingin memastikan posisinya. Jangan-jangan lobi kantornya lagi. Mana mungkin juga, sih. Ini hari Sabtu. Apa iya Arion masih ke kantor? Kenapa juga dia malah menelponku kalau berada di lobi gedung miliknya?

"Lobi rumah sakitlah, Sayang," jawabnya dengan santai, kemudian terkekeh di ujung sana. Benar, dia sudah di lobi rumah sakit ini. Waduh! Kok, nggak info kalau mau ke sini, sih? Gerutuku dalam hati. Mana ada Kak Arie pula. Mati deh. Aku memutuskan sambungan dan pamit untuk menjemputnya ke lobi. Aduh, mengapa jadi bertemu di tempat ini? Aku belum menjelaskan apa-apa pada Rannu. Setengah berlari aku tiba di lobi dan melihatnya sudah duduk di sofa sembari menekuri ponselnya.

"Mas, kok, nggak info kalau mau ke sini?" tanyaku saat sudah berdiri di depannya. Dia mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatapku dengan senyumnya yang super menawan itu. Di balik rahangnya yang keras dan rautnya wajah yang tegas, sebenarnya dia punya senyum terindah yang pernah aku lihat dari seorang pria. Ini serius. Senyumku saja tidak seindah miliknya. Mungkin senyum itu yang dulu banyak merontokkan hati wanita.

"Aku kangen." Itu lagi. Baru kemarin padahal kami bertemu. Ini alasan yang selalu membuatku terdiam, tak tahu bagaimana meresponsnya. Kalimat yang meluruhkan semua akal sehatku. Dia lalu berdiri dan menggandengku ke arah tempatku muncul tadi. "Aku juga mau bertemu Rannu. Nggak apa, kan?" lanjutnya. Tentu saja aku tidak bisa mencegahnya kalau sudah begini.

"Nggak apa, sih. Tapi maunya aku beri penjelasan dulu ke Rannu. Dia masih rentan hal-hal yang baru, Mas."

"Aku siap diamuk sama Rannu nanti karena akan mengambil saudara yang paling dia sayangi." Ya sudah. Kami menyusuri koridor menuju ke taman. Syukurnya tadi, aku menyiapkan makan siang berlebih. Cukuplah untuk kami berlima.

Rannu terlihat waspada begitu kami mendekat dan duduk tidak jauh dari tempatnya. Kening Kak Arie berkerut dalam, begitu juga dengan Ferdy. Aduh, suasananya mengapa jadi horor begini?

"Halo, Rannu," sapa Arion. Dia tak peduli dengan tatapan penuh tanda tanya Kak Arie dan Ferdy. Fokusnya hanya pada wanita yang disapanya. Rannu tidak menjawab, tapi melihatku dengan raut wajah bingung. Aku tidak tahu apakah Rannu pernah melihatnya atau tidak. Namun, dari tatapannya, sepertinya dia belum pernah bertemu Arion.

"Rannu, ini Mas Arion, calon suami Sandri." Mata Rannu membulat sempurna. Kemudian matanya menatap penuh selidik pada Arion. Aku menahan napas, tak menduga responsnya. Sementara Arion sudah waspada jika terjadi sesuatu. Ferdy mendengkus. Kak Arie hanya memantau dalam diam. Kejadian seperti inilah yang kuhindari sehingga butuh waktu untuk menjelaskan padanya. Namun, tak lama Rannu menggeser duduknya mendekat padaku lalu memelukku.

Pasti Ada Cinta Untukmu (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang