•CHAPTER 76•

71 23 1
                                    

ABAIKAN TYPO!

HAVE A NICE DAY YEOREOBUN! AND HAPPY READING.

•••

Seperti hari-hari sebelumnya, lagi-lagi wanita cantik anak dari pasangan Yoon itu duduk termenung. Menatap penuh kosong ke arah langit pagi yang tampak begitu damai. Seakan membujuk hatinya agar tidak terlalu bersedih tentang hubungan nya dengan sang suami tercinta, Jay.

Mengusap penuh sayang perut yang saban hari kian membesar. Cukup terlihat jelas jika tubuh mungil itu mengenakan baju tipis. "Sayang...apa patut mama buat? Mama nak berhenti tapi mama kasihan kan kamu"

Hati Heebin terluka. Makin bertambah hari, luka di hatinya kian parah. Bahkan tak boleh tertutup dengan sebuah jahitan. Terlalu panjang dan bahkan sangat dalam.

Jujur saja, adakalanya Heebin sangat teringin mahu berhenti meski hatinya sangat tidak rela melihat Jay bahagia bersama orang lain padahal dia menanggung segala beban sendirian. Tapi demi anak, bukankah Heebin harus tetap bertahan walau sesakit apapun beban di hatinya?

Apa kalian tahu bagaimana rasanya memikul berpuluhan besi tanpa alas?

Apakah kalian juga tahu mengapa ada ketika bintang tidak bersinar begitu indah dan membiarkan bulan bersinar sendirian?

Kerana matahari memberi banyak cahaya untuk bulan sehingga ia lupa untuk memberi bintang cahaya yang sama sinarnya dengan bulan padahal bulan dan bintang sama-sama terlihat cantik.

Kerana Jay menyebut Heebin sebagai bintang maka sekarang Jay yang menurut Heebin adalah matahari melupakan bintang yang dulu sungguh ia kasihi.

Dalam lamunan panjang Heebin, wanita itu tidak sedar akan sepasang mata yang sedari tadi memerhatikannya dari belakang.

Menatap penuh rasa bersalah. Sejenak keluhan kecil meluncur keluar dari belahan bibir tipis itu. "Haeun keterlaluan"

•••

Bunyi ketukan pintu mengalihkan perhatian Jay sejenak sebelum dia kembali menatap layar komputer. Mengabaikan figura tampan yang melangkah masuk dengan fail di tangan. Tak lupa dengan wajah ketat dan tidak bersahabat.

Yang Jungwon sedikit menghempas fail itu tepat di sebelah komputer Jay membuat bibir tipis itu sedikit terangkat. Tersenyum sinis. Tiada hari tanpa pertelingkahan semenjak beberapa bulan lalu.

"Kalau nak protes tu, buat lah banner besar-besar lepas tu tampal dekat luar bangunan", tangan panjang itu meraih fail lalu matanya membaca setiap patah perkataan yang tertera jelas di dalam dokumen.

"Hampir. Tapi tak berbaloi. Lebih baik minta wartawan buat artikel biar tersebar satu dunia betapa busuk sikap anak tunggal kesayangan pengerusi Park", sinis dan begitu menusuk pendengaran Jay. Namun lelaki 28 tahun itu berpura-pura seakan kata-kata lelaki yang sudah bagaikan keluarganya itu sekadar angin lalu.

Tetap santai dengan tangan yang bergerak menyelak setiap helaian kertas kerja Jungwon.

"Apa khabar my beloved wife? Tak mati melarat ke?", Jay tersenyum sinis disaat ekor mata helang nya menangkap sepasang tangan yang tergenggam erat. Puas hatinya dapat menyakitkan kembali hati Yang Jungwon.

"Sikap dah busuk, jangan lah mulut pula yang busuk. Kau tak malu ke kalau satu saat nanti an-"

Kata-kata Jungwon terpotong akan sebuah ketukan pintu, sempat Jungwon mengigit bibir disaat tersedar akan kata-kata nya tadi. 'Hampir saja', batinnya.

[JAY PARK]DESTINY:THE WORSTWhere stories live. Discover now