Walaupun Olivia sangat menyukai belajar, akhir pekan tetap dia gunakan untuk me time. Mulai dari hari Jumat malam sampai hari Minggu malam, Olivia menjauhkan dirinya dari pekerjaan yang sangat dia cintai itu. Dua hari libur itu dia gunakan untuk melakukan hal-hal lain selain pekerjaannya. Contohnya saja marathon menonton film, membaca koleksi novel romansanya, mencoba memasak dengan resep yang baru dia pelajari, membuat kerajinan dari barang bekas, atau menyelesaikan sebuah cerita yang dia karang.
Dan malam ini, setelah membersihkan dirinya dan makan malam, Olivia berdiam diri di kamar sembari membaca novel romansa terkenal karya Stephenie Meyer, Twillight seri New Moon. Walaupun Olivia sangat menyukai novel atau film bertema kisah cinta, namun Olivia sama sekali belum pernah menjalin sebuah hubungan. Dan dia menikmatinya. Menurutnya, dengan membaca, dia bisa merasakan apa yang tokoh utama dalam cerita itu rasakan. Hal itu sudah cukup.
Olivia sudah larut terlalu jauh ke dalam novel yang kini dia baca. Dia sudah menyelam sangat dalam, sampai dering ponsel di atas meja membuatnya terganggu. Olivia mendesah kesal, lalu mengambil ponselnya dan menatap nomor tak dikenal yang menelfonnya.
Walaupun ragu, Olivia tetap mengangkat telefon itu. Ketika telefon tersambung, Olivia diam tak bersuara, membiarkan sang penelfon mengawali pembicaraan.
"Halo, Bu Oliv." Terdengar suara dari seberang, membuat Olivia menerka-nerka suara yang tak asing itu. Kemudian, dugaannya mengarah pada murid di sekolah barunya yang sangat ajaib, yang berani mengungkapkan perasaannya.
"Dito?" Olivia bertanya untuk memastikan. Walaupun dia sudah yakin bahwa yang menelfonnya adalah Dito.
"Iya, Bu Oliv. Ini saya," balasnya terdengar sangat riang. Tanpa sadar, Olivia tersenyum.
"Kenapa, Dit? Dapat nomor saya dari mana?" Olivia menuntut jawaban. Dia sendiri belum memberikan nomornya kepada Dito. Dan kini Dito malah sudah menelfonnya.
"Rahasia."
"Ya udah kalau nggak mau bilang. Ada apa malam-malam telfon saya?" tanya Olivia lagi. Dia yakin, tak ada hal penting yang akan Dito katakan padanya. Mengenal Dito beberapa minggu ini sedikit banyak membuat Olivia tahu tentang sikap pemuda itu.
"Bu Oliv besok ada acara enggak?" Dito bertanya, mencoba mencari peruntungannya.
"Memangnya kenapa?"
"Nggak apa-apa, saya cuma nanya aja," balas Dito. Tebakan Olivia tak salah, Dito memang selalu tak jelas.
"Nggak ada, Dit. Akhir pekan ini saya di rumah," jawab Olivia pada akhirnya. Dia memang tak berniat pergi untuk besok atau lusa.
"Ya udah, Buk. Saya tutup, ya?" pamit Dito. Sontak saja hal itu membuat Olivia mengerutkan alisnya bingung.
"Loh? Ada apa, sih?" tanyanya heran.
"Nggak apa-apa, Buk. Udah malam, Bu Oliv jangan begadang, ya! Selamat malam."
Belum sempat Olivia menyahuti ucapan Dito, sambungan telefon mereka sudah diputus secara sepihak oleh Dito. Meninggalkan Olivia dengan berbagai pertanyaan di benaknya. Namun, sebuah senyum terbit di bibirnya, tingkah Dito berhasil menghiburnya malam ini.
"Dasar, aneh!"
•••
Hari libur tak lantas membuat Olivia bermalas-malasan. Pagi ini, dia sudah selesai berolahraga dan mandi. Kini, dia tengah berkutat di dapur untuk membuat sarapan. Ponselnya yang dia letakkan di atas meja makan berbunyi, menyanyikan lagu milik One Direction yang dengan sengaja Olivia putar sebagai temannya memasak. Perempuan itu tampak sangat bahagia. Dia benar-benar bisa menikmati kehidupannya yang sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondong Lovers
Romance𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 ✓ karena mencintaimu dengan cara biasa adalah ketidakmungkinan bagiku, maka biarkan aku mencintaimu dengan cara ngegas dan ngeyel. dito aulian adam-berondong lovers, 2022 - Sempurna. Itulah kata yang menggambarkan kehidup...