72. Terkuak

111 11 0
                                    

Setelah terbangun di rumah Raihan dan menyadari jam sudah menunjukkan pukul sepuluh, Dito begitu terkejut. Pasalnya, Olivia belum juga membalas pesannya sejak tadi sore. Dia sangat kesal. Jadilah, ketika pulang dia menyempatkan mampir ke rumah Olivia.

Namun, ketika dia mengetuk pintu dan memencet bel, pintu rumah Olivia tak kunjung terbuka. Dia juga bisa melihat melalui jendela bahwa lampu kamar Olivia tidak menyala. Dito menyimpulkan bahwa Olivia belum pulang.

Namun, ke mana kekasihnya itu? Apa yang dia lakukan sampai larut seperti ini? Bagaimana pun juga Olivia tak memberinya kabar. Jika dia marah, bukankah hal itu wajar? Bagaimana jika terjadi apa-apa dengan perempuan itu?

Pemuda itu duduk motornya, tepat di depan rumah Olivia. Masih mengenakan helmnya, Dito memainkan ponsel. Dia ingin menanyakan keadaan Olivia kepada Amanda. Namun, dia tak memiliki kontak Amanda. Jadilah, dia mencari akun sosial media milik sahabat kekasihnya itu.

Sorot lampu yang mengarah ke padanya membuat Dito merasa silau. Pemuda itu segera menutup kaca helmnya dan melihat ke arah mobil yang baru saja datang. Mobil itu berhenti tak jauh dari dirinya, selanjutnya seorang perempuan turun dari sana. Benar, dia Olivia. Pakaian perempuan itu sudah berganti, tak lagi memakai seragam gurunya yang terakhir kali dia lihat saat pergi dengan Angga.

“Dah, Oliv!“

Dua perempuan lain melambaikan tangannya melalui jendela yang terbuka. Salah satunya Dito tahu bahwa ada Amanda. Olivia membalas mereka dengan lambaian tangan juga. Hingga mobil itu kembali berjalan, Olivia akhirnya berjalan mendekati Dito. Pemuda itu pun sama, turun dari motornya dan melepas helmnya.

“Dito … kok di sini?“ Olivia bertanya dengan biasa, seolah tak terjadi apa-apa sebelumnya. Dia tak tahu saja bahwa Dito sejak tadi mencemaskannya.

“Kok masih pakai seragam juga? Kamu dari mana?“ lanjutnya ketika sadar bahwa Dito masih memakai baju seragam dan hanya dibalut dengan jaket.

“Kok baru pulang? Terus kenapa di-chat nggak dibales? Ditelfon nggak diangkat? Habis dari mana tadi? Tahu ini udah malem enggak? Jam berapa ini, Liv?“

Deretan pertanyaan itu Dito ucapnya dengan sekali mengambil napas. Walaupun dia sangat kesal dan ingin marah, dia tetap mencoba menahan dirinya.

“Dit, jangan marah-marah dulu! Nggak mau dengerin penjelasan aku?“ tanya Olivia bersikap halus. Dia tahu posisi Dito seperti apa. Ini juga salahnya karena tak sengaja meninggalkan ponselnya di rumah sehingga membuat Dito khawatir dan berpikir yang tidak-tidak.

“Ya udah, jelasin!“ katanya singkat.

“Tadi aku nggak jadi pergi sama Angga gara-gara Angga ada urusan mendadak. Aku langsung pulang, mandi. Eh, tiba-tiba temen-temen aku yang harusnya tadi emang ketemu sama aku sama Angga, dateng ke rumah, Dit. Aku buru-buru pergi, aku salah ngambil tas, jadi hape aku ketinggalan,” jelas Olivia pada akhirnya.

Dito menghela napas. Dia memang kesal, namun dia juga lega setelah mendengar penjelasan Olivia.

“Kenapa nggak ngabarin aku pakai hape Kak Amanda? Aku khawatir, Liv!“ tekan Dito masih menampilkan wajah kesal. Namun, dia bersyukur karena tak ada yang terjadi dengan Olivia.

“Maaf, ya?“ pinta Olivia tulus. Sorot matanya yang berbinar sejatinya selalu meluluhkan Dito. Karena tak tahan dengan kelucuan yang Olivia pancarkan,  Dito akhirnya memberikan anggukan. Dia tak bisa menolak. Apalagi marah lama-lama ke Olivia, bisa gila sendiri dia.

“Peluk?“

Dito merentangkan tangannya, meminta Olivia untuk mendekat ke arahnya. Perempuan itu langsung menubrukkan dirinya ke tubuh Dito. Seperkian detik kemudian, wajah Olivia tenggelam di dalam dekapan Dito.

Berondong Lovers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang