43. Rasa Cinta Pertama

183 13 0
                                    

Setelah memastikan Papanya sudah benar-benar berangkat, Olivia segera saja masuk ke kamar tamu yang Dito tempati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah memastikan Papanya sudah benar-benar berangkat, Olivia segera saja masuk ke kamar tamu yang Dito tempati. Perempuan itu menghela napas lega begitu sampai di dalam kamar. Untung saja, Papanya tak curiga kepadanya dan akhirnya pergi juga. Olivia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kepadanya jika saja tadi Papanya menangkap basah Dito yang tidur di rumahnya.

Olivia pun mengutuk Dito di dalam hatinya yang sudah mendengkur dan menyebabkannya hampir ketahuan. Bisa-bisanya dia melakukan hal itu.

“Dit, kamu boleh keluar sekarang!“ kata Olivia berjongkok di samping ranjang. Tangan Dito yang menjuntai dia tarik.

Mendapat perlakuan seperti itu dari Olivia, Dito yang tengah lelap tertidur pun terkejut. Pemuda itu tergesa bangkit tanpa menyadari bahwa dia kini tidur di kolong ranjang. Alhasil, kepalanya membentur bagian bawah ranjang dengan keras. Terbukti dari suara nyaring yang terdengar.

“Anjir, sakit banget!“ umpatnya mengusap kepalanya bagian belakang.

“Makanya hati-hati, Dito!“ tegur Olivia menarik tangan Dito untuk membantu pemuda itu keluar dari kolong ranjang.

Setelah berhasil keluar, Dito terduduk di tepi ranjang dengan napas tak beraturan. Matanya kemudian menatap Olivia yang memandanginya dengan prihatin.

“Kenapa ngelihatin kayak gitu, sih?“ tanya Dito bingung.

Olivia tak menjawab pertanyaan kekasihnya itu. Dia malah berjalan ke arah meja dan mengambil beberapa lembar tisu. Tanpa berkata apa-apa, Olivia berdiri di hadapan Dito dan merundukkan tubuhnya, kemudian mengusap keringat yang membanjiri wajah pemuda itu.

“Panas banget emang di bawah?“ tanya Olivia penuh kelembutan.

Mendapat perlakuan seperti itu dari Olivia, Dito tersenyum lebar. Wajah Olivia yang sangat dekat dengannya membuat jantungnya berdebar. Perempuan itu terlihat begitu telaten mengelap keringatnya.

“Liv, udah!“ pinta Dito memegang tangan Olivia yang masih bergerilya di sekitar wajahnya.

Setelah tangannya diturunkan oleh Dito, Olivia baru sadar bahwa jaraknya dengan Dito terlalu dekat. Tangannya pun digenggam sangat erat oleh Dito.

“Kenapa?“ Olivia bertanya ketika Dito hanya diam memandanginya.

“Kamu bikin aku deg-degan,” jujur Dito yang malah membuat Olivia malu sendiri.

“Omong kosong apalagi ini, Dit?“

Olivia membuat tubuhnya tegap. Perempuan itu terlihat sangat salah tingkah.

“Aku serius. Pegang, deh!“

Dito meraih tangan Olivia cepat. Menempatkan telapak tangan perempuan itu tepat di atas jantungnya yang masih berdetak tak beraturan. Merasakan detakan tanpa irama itu, Olivia tahu bahwa Dito tak bohong. Perempuan itu diam membeku untuk beberapa saat.

Berondong Lovers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang