Liburan, hal yang selalu dinantikan oleh semua orang. Sejak pagi buta, Dito sudah direbetkan dengan Eca yang terus mengganggunya. Gadis itu mengajak Dito untuk cepat berangkat. Sangat wajar, karena titik kumpul mereka berada di rumah Ibnu. Tentu saja Eca ingin bersiap-siap untuk bertemu dengan pujaan hatinya, juga calon mertua yang seenaknya sendiri dia klaim
Karena mereka datang lebih awal dari yang dijanjikan, rumah Ibnu masih sepi. Bahkan, kedai milik keluarganya belum buka. Namun, nyatanya Eca sudah terlambat. Apa-apaan ketika dia datang ternyata Anggun sudah duduk manis di depan rumah Ibnu lengkap dengan beberapa barang bawaannya? Eca kesal!
“Kok Kak Anggun udah datang?“
Eca bertanya dengan nada kesal yang terdengar jelas. Gadis itu menoleh ke Dito yang duduk di kursi kemudi, lalu kembali menatap ke luar mobil, tepatnya ke arah Anggun yang kini tengah berbincang dengan Karina. Tak hanya mencuri start dengan berangkat sangat awal, Anggun juga mencuri kesempatannya untuk bertemu Bunda Karina.
“Lah, mana gue tahu, Ca? Tanya aja!“ jawab Dito tak acuh. Alih-alih memedulikan Eca, dia malah sibuk bertukar pesan dengan Olivia yang kini tengah berada di rumah kedua orang tuanya.
“Ini semua gara-gara Kak Dito. Kalau Kak Dito nggak bangun kesiangan, kita bakal dateng lebih cepat daripada Kak Anggun!“ marahnya yang mengundang dengkusan Dito. Namun, Dito memilih untuk tak menanggapi Eca. Dia langsung turun begitu saja dari mobil.
“Dih, sok cuek! Nyebelin!“ gerutunya mengikuti jejak Dito.
Gadis itu berlari ke arah Karina dan Anggun, sementara Dito sudah naik ke rumah utama untuk menemui Ibnu.
“Selamat pagi, Bunda!“ sapa Eca menyalami tangan Karina dengan senyum ceria seperti biasa. Walaupun dia sangat kesal dengan Anggun, Eca tetap tersenyum kepadanya untuk menjaga image-nya di hadapan Karina.
“Pagi, Cantik. Bahagia banget kamu hari ini?“ celetuk Karina dengan senyuman khasnya.
“Iya, dong, Bunda! Kan mau liburan!“
“Ya udah, kalian ngobrol berdua, ya! Bunda mau siap-siap buka kedainya,” pamit Karina kemudian berdiri.
Setelahnya, di luar hanya tersisa Anggun dan Eca. Keduanya duduk berdampingan tanpa berniat untuk memulai pembicaraan. Yang namanya Eca, dia tak bisa diam. Kakinya menendang-nendang tas Anggun yang diletakkan di tanah. Hal itu pun menarik perhatian Anggun.
“Kok ditendang-tendang?“ tanya Anggun. Eca menoleh, lalu mengulum senyum tanpa dosa.
“Nggak sengaja, Kak. Hehe,” akunya diakhiri dengan tawa sumbang.
Anggu memutar bola matanya, tak percaya begitu saja dengan ucapan Eca yang terdengar mengada-ada.
“Lo sengaja, Ca. Kalau nggak sengaja, nggak bakal lo lanjutin kegiatannya!“ cibir Anggun menatap kaki Eca yang masih setia menendang-nendang tasnya.
“Aku kesel sama Kak Anggun.“
Gadis itu menghentikan gerakannya, kini dia sepenuhnya menatap Anggun yang menampilkan raut wajah bingung.
“Maksudnya? Kesel kenapa coba? Gue berbuat salah apa sama lo?“ tanyanya penuh tuntutan.
“Kak Anggun udah janji sama aku, loh. Nggak bakal suka sama Kak Ibnu. Tapi kemarin Kak Anggun jalan berdua sama Kak Ibnu, kan?“ ujar Eca menyampaikan unek-uneknya.
“Emang kalau keluar berdua itu artinya gue suka sama Ibnu?“
Eca menggeleng menanggapi ucapan Anggun. “Ya enggak, sih. Tapi tetep aja aku kesel,” ungkapnya menundukkan kepala. Dia kini menatap kedua kakinya yang dia ketuk-ketukkan ke tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondong Lovers
Roman d'amour𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 ✓ karena mencintaimu dengan cara biasa adalah ketidakmungkinan bagiku, maka biarkan aku mencintaimu dengan cara ngegas dan ngeyel. dito aulian adam-berondong lovers, 2022 - Sempurna. Itulah kata yang menggambarkan kehidup...