Dua jam terakhir, guru Bahasa Indonesia berhalangan hadir. Kelas 11 IPS 2 terlihat sudah mulai berkemas-kemas kendati bel pulang masih sekitar dua puluh menit lagi. Tak terkecuali Raihan dan Ibnu yang kini bermain game online di kelas bagian belakang. Mereka duduk di lantai, bergerombol dengan murid laki-laki lainnya.
"Bodoh!"
Ketika fokus bermain game, tiba-tiba Raihan mengumpat ketika melihat nama Dito terpampang jelas di layar ponselnya. Sahabatnya itu menelfonnya. Dengan sangat kesal karena aktivitasnya diganggu, Raihan akhirnya mengangkat panggilan telefon itu.
"Kenapa, sih? Gue lagi main game. Sakit aja masih nyusahin lo!" semprot Raihan ketika Dito hendak berbicara. Dia mengambil kesempatan terlebih dahulu untuk mengungkapkan rasa kesalnya.
"Lo bawa mobil enggak?" tanya Dito yang terdengar tak bersemangat. Hari ini memang Dito izin tak masuk karena sakit.
"Bawa, ini aja masih mendung," jawab Raihan.
"Boleh minta tolong nggak? Boleh."
Raihan mendengkus, bagaimana bisa Dito menjawab pertanyaan yang dia tanyakan sendiri? Sahabatnya itu memang suka sekali berbuat seenaknya.
"Minta tolong apa? Bener kan, lo nyusahin," cibir Raihan yang dibalas kekehan oleh Dito.
"Tolong anterin Bu Oliv pulang, ya! Tapi harus sama Ibnu, kalian berdua anterin Bu Oliv sampai rumah, dia nggak bawa motor soalnya." Dito berkata menyampaikan tujuannya menelfon Raihan.
"Hah? Nggak ah, gimana coba gue ngomongnya! Lagian kenapa juga lo ribet banget? Kan dia yang nggak ba—"
"Katanya mau gantuin gue!" potong Dito cepat membuat Raihan berhenti sebelum dia selesai berbicara.
"Gue nggak pernah bilang mau bantuin lo ya, bodoh!" maki Raihan yang mengundang tatapan bingung dari teman-teman di sekitarnya.
"Ayo lah, Han! Kasihan tahu Bu Oliv. Gue kalau nggak sakit bakalan jemput dia, tapi masalahnya gue muntah terus dari tadi," mohon Dito berharap Raihan akan membantunya.
"Oke, fine! Gue bakal nganterin dia pulang." Raihan akhirnya mengalah, memilih untuk mengiyakan permintaan Dito.
"Nah, gitu, dong! Terus satu lagi, nanti habis itu ke sini mampir ke apotek dulu. Nitip obat, nanti gue kirimin foto obatnya yang gimana."
"Bener-bener ngelunjak lo!" kata Raihan lagi.
"Lo mau gue mati? Alergi gue kumat, ini parah banget," keluh Dito mengingat tadi pagi dia sempat meminum susu saat di rumah Olivia.
"Terus-terusin aja! Bye, lah! Nanti gue sama Ibnu ke sana."
"Bentar!"
"Kenapa lagi, sih?" Raihan bertanya tak sabaran.
"Jangan bilang ke Bu Oliv kalau gue sakit," pinta Dito tak ingin membuat Olivia merasa bersalah atau khawatir.
"Ya."
Setelah berkata seperti itu, Raihan mematikan sambungan telefonnya dan Dito. Lalu tangannya meraih tas punggungnya yang terletak di atas meja. Sontak saja gerakannya mengundang tatapan penasaran dari Ibnu yang duduk berseberangan tak jauh darinya.
"Ke mana?" tanya Ibnu.
"Ada tugas negara kita, ayo!"
Tanpa bertanya apa-apa, Ibnu mengikuti gerakan Raihan untuk mengambil tas. Mereka akhirnya keluar dari kelas itu. Dan beberapa langkah setelah mereka keluar, bel pertanda pulang sekolah berbunyi.
"Mau ngapain, sih? Ke tempat Dito?" tanya Ibnu sangat penasaran. Obrolan Raihan dan Dito melalui telefon tadi sempat dia dengar, walaupun sekilas.
"Iya, suruh nganter Bu Oliv dulu, terus beli obat," papar Raihan.
![](https://img.wattpad.com/cover/283861669-288-k955289.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondong Lovers
Romance𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 ✓ karena mencintaimu dengan cara biasa adalah ketidakmungkinan bagiku, maka biarkan aku mencintaimu dengan cara ngegas dan ngeyel. dito aulian adam-berondong lovers, 2022 - Sempurna. Itulah kata yang menggambarkan kehidup...