10. Semakin Dekat

312 20 0
                                    

Dito menyudahi makannya. Piring di hadapannya telah bersih tak ada nasi yang tersisa. Begitu pun Olivia. Keduanya saling berpandangan setelah itu. Membuat gelenyar aneh pada diri Dito.

"Saya mau ganti baju," ucap Olivia lalu bangkit seraya menatap Dito.

"Saya tunggu di luar, ya, Buk." Dito akhirnya mengikuti jejak Olivia, mereka sama-sama melangkah ke luar, lalu berpisah di dekat tangga karena Olivia harus naik ke kamarnya, sementara Dito ingin menunggu di ruang tamu.

"Bu Oliv!" Baru tiga anak tangga yang Olivia pijak, Dito memanggil namanya, perempuan itu lantas berhenti dan menoleh ke arah Dito.

"Iya?"

"Jangan pakai rok, ya. Saya bawa motor soalnya," pesan Dito yang langsung Olivia balas dengan anggukan.

Setelahnya, Olivia melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Perempuan itu segera memasuki kamarnya dan membuka lemari besar yang penuh dengan pakaiannya.

"Nggak boleh pakai rok, berarti pakai celana," gumamnya sendiri, tangannya mengambil acak celana hitam berbahan denim, lalu segera memakainya. Lalu, dia juga mengambil jaket rajut dari gantungan baju, untuk melapisi kaus polos  hitam yang kini dia pakai.

Di depan cermin, Olivia menatap pantulan dirinya. Walaupun penampilannya tak ada yang aneh, namun dia tetap merasakan ada yang kurang. Dia pun melepas jaket rajutnya, menggantinya dengan kemeja merah yang kesukaannya. Kemeja sepanjang tiga perempat lengan itu tak dia kancingkan, lalu Olivia kembali menilai penampilannya di depan cermin.

"Ih, kok nggak lucu, sih," gerutunya lagi.

Lagi-lagi dia melepas pakaiannya. Kali ini dia mengambil celana panjang berwarna putih, kaus putih dan kemeja berwarna hitam.

"Kenapa ribet banget, sih. Cuma ke mal biasa juga." Olivia tiba-tiba tersadar. Tak seharusnya dia berpenampilan spesial saat pergi dengan Dito.

"Udahlah, pakai ini aja," putus Olivia Setelahnya.

Lalu, perempuan itu mengambil totebag berwasiat putih gading di lemari tasnya. Memasukkan dompet dan ponsel, serta beberapa barang yang mungkin dia butuhkan nanti. Sepatu kets putih juga sudah bertengger apik di kakinya. Dirasa sudah sempurna, Olivia langsung keluar dari kamar untuk menghampiri Dito di ruang tamu.

Sementara itu, di ruang tamu, Dito tengah melihat-lihat berbagai foto yang dipajang di sana. Di meja dan di dinding, banyak foto Olivia bersama keluarganya. Juga satu perempuan lain yang terlihat seusia Olivia. Dito yakin, jika dia bukan kerabat Olivia, perempuan itu mungkin sahabat dekatnya.

Foto-foto yang berada di sana menampilkan Olivia ketika masih kecil. Ternyata, bibit unggul perempuan itu sudah nampak sejak masih kecil. Olivia sudah tampak cantik dengan wajahnya yang imut. Kini, Olivia tumbuh menjadi perempuan dewasa yang sangat anggun.

Tanpa sadar, Dito tersenyum ketika memandangi salah satu potret Olivia yang tengah memegang piala. Perempuan itu memakai seragam SMA, namun wajah dan postur tubuhnya masih terlihat seperti remaja SMP.

"Ngapain kamu senyum-senyum kayak gitu?"

Fokus Dito terpecah seketika begitu dengan tiba-tiba suara Olivia menyapanya. Pemuda itu langsung menoleh ke arah Olivia yang berdiri di belakangnya. Senyumnya mengembang ketika melihat perempuan yang berhasil mencuri hatinya itu. Memakai pakaian seperti ini, Olivia tampak jauh berbeda ketimbang biasanya. Yang Dito lihat, setiap hari Olivia selalu memakai setelan formalnya saat mengajar.

Dan kini ... Olivia tampak sangat menggemaskan. Seperti remaja seusianya.

"Udah?"

"Saya tanya kamu, kenapa senyum-senyum?" Olivia mengulang pertanyaannya ketika Dito tak menanggapinya.

Berondong Lovers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang