08. Sebuah Usaha (2)

338 18 0
                                    

Olivia berjalan ke parkiran guru untuk mengambil motornya. Suasana sekolah sudah sepi mengingat hari sudah sore. Hanya ada beberapa murid di lapangan outdoor yang tengah latihan basket dan futsal. Hari ini sungguh melelahkan karena dia mengajar sampai jam terakhir, lalu dia juga harus mengoreksi tugas-tugas anak didiknya dari empat kelas berbeda.

"Bu Oliv!"

Mendengar seseorang menyerukan namanya, Olivia menoleh ke belakang. Pemuda dengan pakaian yang tak lagi rapi pun tersenyum ke arahnya. Siapa lagi jika bukan Dito Aulian Adam yang kini berjalan mendekat ke Olivia.

"Kenapa pakaian kamu berantakan?" tanya Olivia menatap Dito dari ujung kaki sampai ujung kepala. Seingatnya, pagi tadi Dito sangat rapi, tak seperti sekarang.

"Habis main basket, Buk," jawabnya jujur.

"Lebih baik kamu pulang! Udah sore juga, saya juga mau pulang." Olivia berkata sambil melanjutkan perjalanannya, dan Dito mengikuti perempuan itu dari belakang.

"Tapi Bu Oliv belum ngasih nomor WA-nya, loh."

Olivia kembali menghentikan langkahnya. Kepalanya mendongak menatap wajah Dito yang selalu saja tampak riang ketika menatapnya. Olivia kesal tentu saja, tak tahu lagi cara menghadapi Dito yang sangat keras kepala.

"Sebenarnya kamu mau ngapain minta nomor saya, Dito?" Olivia bertanya dengan wajah serius, yang lagi-lagi ditanggapi Dito dengan senyuman manis yang terpatri di wajahnya.

"Biar saya mudah mau deketin Bu Oliv," ujarnya tanpa filter sedikit pun. Ucapan Dito sontak saja membuat Olivia memandang pemuda itu dengan tatapan tak mengerti. Olivia tak salah dengar, kan? Pemuda di hadapannya itu benar-benar ingin mendekatinya? Yang benar saja!

"Ah, kamu bercanda aja, nggak lucu, Dito!" sangkal Olivia tertawa kecil kemudian.

"Bu Oliv ... saya serius mau deketin Ibuk, saya suka sama Bu Oliv." Dengan tatapan sungguh-sungguh, Dito mengutarakan isi hatinya. Dan di mata Olivia, ucapan Dito hanyalah lelucon belaka. Olivia sama sekali tak percaya dengan ucapan Dito walaupun pernyataan pemuda itu terdengar sungguh-sungguh.

"Ngaco kamu. Udah, ya ... saya mau pulang, Dito!"

Setelah mengatakan hal itu, Olivia berbalik berniat meninggalkan Dito. Namun, panggilan dari Dito membuat langkah Olivia terhenti, namun perempuan itu tak berbalik sedikit pun untuk menatap Dito.

"Bu Oliv!"

"Apa lagi?"

"Saya nggak main-main waktu saya bilang suka sama Bu Oliv. Pegang kata-kata saya, Bu! Saya bisa dapetin Bu Oliv!" Dito berkata tanpa ragu sedikit pun. Setelahnya, pemuda itu berjalan menjauh. Menyisakan Olivia yang terlihat terkejut dengan pengakuan anak didiknya.

Olivia berbalik, namun tak mendapati sosok Dito yang baru saja mengungkapkan perasaannya. Olivia sangat bingung dan terkejut. Mendengar pengakuan Dito baru saja, kali ini Olivia percaya jika pemuda itu tak main-main dengan ucapannya.

"Aneh banget," gumamnya lalu melanjutkan perjalannya ke parkiran.

•••

Dito membuka pintu kamarnya kasar, di dalam dia disambut oleh Ibnu yang tengah bermain ponsel seraya berbaring di ranjangnya. Melihat kedatangan Dito, Ibnu bangkit, bersandar pada kepala ranjang untuk menyaksikan Dito yang kini duduk di sofa di kamarnya sambil menyulut rokok.

"Kenapa muka lo?" tanya Ibnu menyadari raut wajah masam Dito.

"Susah banget dapetin nomor Bu Oliv," adunya yang membuat Ibnu paham situasinya.

Berondong Lovers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang