53. Cewek Selundupan

132 11 0
                                    

“Mau beli apa gitu nggak? Mumpung masih banyak yang jualan.“

Dito melirik kaca spion motornya untuk melihat Olivia yang kini menyandarkan kepalanya di bahunya. Perempuan itu tadinya memejamkan mata, kini dia menatap wajah Dito melalui kaca spion.

“Nggak mau. Udah dingin banget, pengin langsung tidur,” jawabnya pelan.

“Tangannya masukin saku biar anget!“ titah Dito menarik tangan Olivia untuk masuk ke dalam saku jaketnya. Olivia menurut, dia mengeratkan pelukannya ke Dito. Dia kembali memejamkan matanya setelah itu. Dito yang melihat tingkah menggemaskan kekasihnya, tersenyum kecil. Sebelah tangannya menggenggam tangan Olivia di dalam sakunya.

“Tidur aja nggak apa-apa. Aku pegangin,” ucap Dito lagi yang tak mendapat balasan dari Olivia.

Dito mengendarai motornya dengan kecepatan pelan. Selain karena Olivia yang mengeluh dingin, dia juga ingin menikmati waktu lebih lama bersama kekasihnya itu.

Momen seperti ini sangat jarang dia dapatkan. Biasanya mereka tak memiliki kebebasan untuk jalan berdua di luar. Hubungan diam-diam yang mereka jalani mengharuskan mereka menghindari keramaian. Bisa tamat riwayat mereka jika seseorang yang mengenal mereka memergoki mereka tengah jalan berdua.

Namun, malam ini berbeda. Tak hanya karena sudah malam, udara dingin setelah hujan juga membuat jalanan sangat sepi. Sangat minim kemungkinan mereka terpergok oleh orang-orang. Dito merasa lebih bebas sekarang. Dan dia ingin menikmati waktu berdua bersama Olivia.

Tak lama kemudian, motor yang Dito kendarai berhenti di depan rumah Olivia. Pemuda itu menepuk pipi Olivia yang kini benar-benar tertidur.

“Oliv … udah sampai,” bisiknya pelan.

Olivia akhirnya terjaga. Tangannya tergerak untuk mengucek matanya. Setelahnya, Olivia turun dari motor Dito diikuti oleh pemuda itu. Mereka kini berdiri saling berhadapan satu sama lain.

“Kamu mau langsung pulang, kan?“ tanya Olivia mendongak menatap Dito.

“Mau mampir ke tempat Ibnu dulu.“

“Mau ngapain?“

“Ngambil laptop. Tadi aku ngecas laptop di sana,” jelasnya yang membuat Olivia mengangguk.

“Ya udah, hati-hati, ya!“ pinta Olivia.

“Iya, Liv. Kamu buruan masuk, jangan tidur malem-malem, ya? Besok kamu naik taksi aja ke sekolah. Aku bakal berangkat pagi-pagi naik motor kamu!“

“Iya, Dito! Dah!“

Olivia memberikan senyumannya. Dito membalasnya tulus. Tangannya mengelus puncak kepala Olivia sebelum dia kembali menaiki motornya dan pergi meninggalkan rumah Olivia.

***

Ibnu keluar dari kamar setelah tertidur sejak pulang sekolah tadi. Kedua orang tuanya pergi ke rumah Neneknya sore tadi. Kini, dia hanya berdua dengan Kakaknya di rumah. Pemuda itu berjalan ke dapur untuk mencari makanan. Perutnya yang keroncongan sangat mengganggu tidurnya. Padahal, dia masih merasa sangat mengantuk.

Belum sampai kakinya membawanya ke dapur, Ibnu mendengar pintu rumahnya yang terketuk. Karena sangat penasaran tentang siapa yang bertamu selarut ini, Ibnu langsung berjalan untuk membuka pintu.

Eca, gadis itu tengah berdiri di depan pintu dengan seragam basahnya yang hampir mengering. Melihat itu, Ibnu hanya memasang raut wajah datar, alih-alih khawatir. Padahal, wajah Eca sudah sangat pucat. Jari-jari tangannya juga sudah mengkerut karena terlalu lama terkena air.

“Lo ngapain di sini?“ tanyanya dingin.

“Kak Ibnu baru bangun tidur, ya? Aku nungguin dari tadi, loh.“

Berondong Lovers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang