69. Kisah Kasih di Sekolah

131 7 0
                                    

Anggun berlari cepat menuju lapangan setelah sebelumnya dia tertangkap basah membeli es di kantin ketika jam pelajaran olahraga masih berlangsung. Jantungnya terasa hampir copot ketika akhirnya dia mendudukkan dirinya tepat di sebelah Dito yang tengah mencabuti rumput. Kedatangan Anggun yang tiba-tiba pun menarik perhatian Dito.

“Kenapa, lo, Nggun? Lari-lari kayak dikejar anjing aja,” cibir Dito menoleh ke Anggun yang masih mengatur napasnya yang masih putus-putus. Tangan pemuda itu tak berhentinya mencabuti rumput di depannya.

“Emang dikejar anjing, Dit,” katanya sambil mengibaskan kedua tangannya ke arah tubuhnya. Berharap rasa gerah yang membuatnya risih itu akan segera pergi.

“Hah? Masak?“

Dito menggerakkan kepalanya untuk menoleh ke arah Anggun datang tadi. Tepat setelah itu, dari lorong yang menuju kantin, terlihatlah guru BK yang memegang penggaris panjang. Pak Sugeng namanya. Pria yang diperkirakan berusia enam puluh tahun itu celingak-celinguk seperti tengah mencari sesuatu atau seseorang.

“Dikejar Pak Sugeng?“ Dito bertanya untuk memastikan. Tak ada anjing yang seperti Anggun katakan. Yang ada hanyalah kemunculan Pak Sugeng. Dan dari gerak-gerik Pak Sugeng yang seperti tengah mencari sesuatu, Dito yakin bahwa guru itu tengah mengejar Anggun.

“Iya, Dit! Guru BK itu mergokin gue lagi jajan es di kantin,” jelas Anggun semakin mendekatkan dirinya ke Dito. Gadis itu menguraikan rambutnya untuk menutupi wajahnya, dia sangat berharap tubuh tegap Dito bisa menyamarkan keberadaannya.

“Ya lo, sih, bodoh! Ini masih jam pelajaran juga!“ maki Dito mendorong Anggun dengan bahunya.

“Gue haus. Kalau nggak haus nggak bakal lari ke kantin,” bela Anggun terhadap dirinya sendiri.

“Lo bakal aman, Nggun. Asalkan ngajak gue!“

“Anjir, ngarang aja lo! Dit, Pak Sugeng ke sini. Ayo kita pura-pura main basket!“

Anggun tiba-tiba panik sendiri. Gadis itu tanpa aba-aba menarik tangan Dito dan bergabung dengan teman-temannya yang berada di tengah lapangan. Dito yang diseret paksa oleh Anggun hanya pasrah. Keduanya kemudian mendekati Raihan dan Monica yang tengah berlatih bersama.

“Monic, pinjem bolanya, dong! Darurat!“

Monica terkejut. Anggun secara serampangan merebut bola yang dia pegang. Lalu, melemparnya ke arah Dito. Pemuda itu yang sudah tahu apa maksud Anggun langsung memainkan bola basket itu. Mereka berebut bola basket dan berlomba-lomba memasukkan bola ke dalam ring.

Sementara itu, Pak Sugeng yang masih mencari keberadaan Anggun dibuat bingung. Karena merasa usahanya tak membuahkan hasil, akhirnya guru itu melangkah pergi dari lapangan.

“Nggak diraguin lagi, Nic. Anggun emang multitalenta,” celetuk Raihan menatap Anggun dan Dito yang terus bersaing. Anggun tampak dengan mudah mendominasi permainan dan mengalahkan Dito.

“Mereka sedekat itu, ya, Han?“ tanya Monica penasaran. Dia terus menatap kedua temannya itu dengan lekat.

“Ya gitu. Mereka suka bertengkar, Nic. Tapi mereka saling sayang, kok,” beri tahu Raihan seraya mengembangkan senyum.

“Han, Nic! Sini, gabung!“

Dito berteriak kepada keduanya, mereka akhirnya bergabung dengan Anggun dan Dito. Mereka berempat menghabiskan sisa jam olahraga dengan bermain basket. Baru ketika bel istirahat berbunyi, mereka bersama-sama berjalan ke kantin.

***

Eca masih tak menyangka dengan apa yang dia alami pagi ini. Iya, dia memang kesal karena harus mengalami mimisan di kelas sampai mengotori seragam sekolahnya. Namun, berkat itu dia malah mendapat pinjaman seragam dari Ibnu. Dan yang lebih menyenangkan lagi, dua jam terakhir ini dia habiskan untuk memandangi wajah Ibnu yang tengah terlelap.

Berondong Lovers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang