"Rehan, tungguin gue, dong!"
Raihan dan Ibnu sontak menghentikan langkahnya saat mendengar panggilan Dito. Raihan menoleh ke arah Dito dengan kesal.
"Nama gue Raihan. R A I H A N. Jangan manggil Rehan, ah! Jijik!" semprot Raihan. Sudah berulang kali dia mengatakan pada Dito, namun tetap saja Dito terus mengulanginya. Sepertinya Dito memang suka membuatnya kesal.
Dito, Raihan dan Ibnu sudah berteman lama. Semenjak mereka SMP sudah kenal. Dan hampir dua tahun ini di SMA, mereka satu kelas.
"Maaf, deh! Kayak nggak tahu aja gue gimana," ujar Dito terkekeh pelan. Melihat wajah kesal Raihan adalah salah satu hal favoritnya.
"Mau ke mana habis ini, Dit?"
Ibnu yang sejak tadi terdiam kini bersuara. Mensejajarkan langkahnya dengan kedua temannya dan kini mereka berjalan menuju parkiran. Sepulang sekolah seperti ini biasanya mereka tak langsung pulang, mereka menyempatkan diri untuk nongkrong di kafe atau tempat lain.
"Nggak tahu. Lo ada rencana?" tanya Dito.
"Ke rumah gue, yuk! Bokap sama Nyokap lagi pergi ke tempat Kak Niko. Enak banget sepi," ajak Raihan.
"Oke, deh. Yuk!" Dito mendahului langkah mereka. Sesampainya di parkiran, mereka segera mengambil motor masing-masing dan mulai menjalankannya menuju rumah Raihan.
Tak perlu banyak membuang waktu, hanya sekitar dua puluh menit dan mereka sudah sampai di rumah Raihan. Mereka bertiga berjalan masuk. Lalu, tanpa permisi Dito dan Ibnu menuju tangga yang terhubung ke kamar Raihan. Mereka sudah biasa di sini, sudah menganggapnya rumah sendiri.
Sementara itu, Raihan langsung menuju dapur untuk meminta asisten rumah tangganya membuatkan minum untuk kedua temannya.
"PS lo mana sih, Han? Gue cari nggak ketemu."
Raihan yang baru saja membuka pintu kamarnya disambut dengan Dito yang sudah mengobrak-abrik meja tempatnya menyimpan berbagai caset disk koleksinya.
"Jangan lo berantakin, dong! Bentar gue ambilin, di kamar adik gue," kata Raihan lalu kembali keluar dari kamarnya. Menuju kamar Reno, adiknya yang masih kelas satu SMP.
"Nih, sambungin! Gue ganti baju dulu," titah Raihan lalu memasuki kamar mandi di dalam kamarnya.
Setelah itu, Dito mulai mencari posisi yang nyaman untuk mereka bermain PS. Duduk di karpet bulu di depan ranjang king size milik Raihan, sementara Ibnu lebih memilih berbaring di atas kasur. Dito maupun Ibnu senang sekali bermain di rumah Raihan karena apapun yang mereka butuhkan pasti ada. Papa Raihan pengusaha sukses dan banyak uang. Mereka yang notabenya adalah sahabat Raihan juga kecipratan enaknya.
"Lo nggak mau main?"
Ibnu membuka matanya yang tadi terpejam saat mendengar pertanyaan Raihan. Raihan sudah berganti pakaian santai dan kini duduk di tepi kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondong Lovers
Romance𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 ✓ karena mencintaimu dengan cara biasa adalah ketidakmungkinan bagiku, maka biarkan aku mencintaimu dengan cara ngegas dan ngeyel. dito aulian adam-berondong lovers, 2022 - Sempurna. Itulah kata yang menggambarkan kehidup...