41. Dito yang Malang

182 12 0
                                    

“Kamu curang, Dito! Kamu ngambil cangkang yang besar-besar, punya aku kecil-kecil!“

Olivia menatap penuh rasa iri ke cangkang kerang milik Dito. Keduanya kini duduk di gazebo pinggir pantai. Di hadapan mereka, terjejer banyak kulit kerang yang tadi mereka kumpulkan. Mereka akan berlomba untuk menyusun kulit kerang itu menjadi menara. Siapa yang dapat menyusunnya lebih tinggi dan tanpa terjatuh akan mendapatkan hadiah berupa dikabulkannya permintaan oleh yang kalah. Sebaliknya, yang membuat menara kerangnya terjatuh akan mendapatkan hukuman.

Namun, Olivia sangat kesal ketika merasa Dito bertindak tak adil dengan mengambil kulit kerang yang berukuran lebih besar dibandingkan miliknya.

“Oliv Sayang … kamu nggak bakal ngerasain serunya main kayak gini kalau kamu milih cangkang yang besar-besar,” ujar Dito merubah posisi duduknya menjadi tengkurap. Kakinya yang tertekuk ke atas dia mainkan dengan cara dia ayun-ayunkan.

“Nggak nyambung banget. Kamu ini cuma berbohong dengan gaya,” cibir Olivia mengambil cangkang kerangnya dan mulai menyusunnya ke atas.

“Bohong gimana, sih? Ya udah, mau tukeran?“ tawar Dito menatap wajah kekasihnya yang senantiasa cemberut.

“Nggak perlu!“ sinisnya.

“Ya udah.“

Dito tak mencoba untuk membujuk Olivia. Dia mengikuti apa yang Olivia lakukan. Cangkang kerang di hadapannya mulai dia susun ke atas. Senyum penuh kemenangan terpatri di bibirnya.

“Nggak usah senyum-senyum! Belum tentu juga kamu menang,” sindir Olivia melirik Dito yang bahkan sejak tadi tak mengatupkan bibirnya barang sedetik.

“Iya, Liv. Lihat aja, yang jatuhin pertama kali bakal dapet hukuman. Yang paling tinggi, bakal dapet apa yang mereka mau,” balas Dito menghentikan sejenak aktivitasnya. Dia menumpukan dagunya ke telapak tangan dengan kepala mendongak menatap Olivia. Rambut perempuan itu yang terbang karena tiupan angin membuat Dito terpesona.

“Lanjutin, Dit! Aku malu banget kamu lihatin kayak gitu!“ Olivia berkata seraya menarik rambut Dito ke depan, menyebabkan mata Dito tertutupi oleh rambutnya.

“Dih! Kamu seneng banget waktu diajak ke pantai. Seseneng itu pergi sama aku?“ tanya Dito selanjutnya menuruti perintah Olivia untuk melanjutkan pekerjaannya.

“Aku jarang banget liburan kayak gini. Dulu waktu libur sekolah biasanya aku gunain buat belajar,” papar Olivia.

“Gilak, nggak heran kalau kamu pinter banget gini,” sahut Dito penuh rasa takjub.

“Dulu aku ambisius banget, Dit. Nggak mau yang namanya kalah. Kerjaan aku cuma belajar, belajar sama belajar. Sampe sekarang pun masih suka ketinggalan berita karena emang nggak pernah suka ngikutin hal kayak-kayak gitu.“

“Kalau dulu ambisius, sekarang gimana?“ tanya Dito kembali menatap wajah kekasihnya.

“Masih sama, sih, hehe,” tawanya yang membuat Dito juga ikut tertawa.

“Dasar!“

“Kamu har—Dit! punya kamu jatuh!“

Olivia menunjuk menara cangkang kerang milik Dito yang tak sengaja terjatuh akibat gerakan pemuda itu. Melihat maha karyanya runtuh, Dito seketika bangkit dan terduduk dengan tatapan tak percaya.

“Ini gara-gara angin, Liv! Aku nggak ngapa-ngapain mana bisa jatuh kayak gini!“ protes Dito tak terima.

“Perjanjian kita cuma sebatas jatuh, ya! Nggak peduli apa penyebabnya. Lagian itu jatuh karena kesenggol tangan kamu sendiri!“ jelas Olivia mengatakan kronologinya.

Berondong Lovers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang