Kehadiran Dito dengan membanting pintu membuat Raihan yang berbaring di kasur tersentak kaget. Pemuda itu menatap heran ke arah Dito yang menampilkan wajah kesal. Sangat jelas terlihat bahwa suasana hati Dito sedang tak baik-baik saja.
"Diem lo! Nggak usah nanya-nanya!"
Baru menatap Dito yang membanting dirinya ke ataa sofa, Raihan sudah mendapatkan peringatan dengan nada galak. Raihan sendiri bingung dengan sikap Dito itu.
"Lo kenapa, sih?" ceplos Raihan.
"Gue bilang jangan tanya-tanya!" omelnya melempar bantal sofa ke arah Raihan, yang langsung pemuda itu tangkap dengan mudah.
"Stres lo!" makinya melirik Dito sinis.
Mengetahui kondisi Dito yang kurang baik, Raihan akhirnya berdiri, berjalan keluar dari kamar. Meninggalkan Dito yang kini memainkan ponsel untuk membunuh rasa kesalnya.
Kejadian Irgi yang menjemput Olivia siang tadi berhasil membuat perasaannya campur aduk. Dia marah, cemburu dan merasa dibohongi. Dan yang paling menjengkelkan dari semua itu adalah kenyataan bahwa Dito tak memiliki hak untuk merasakan itu. Olivia bukan siapa-siapanya, dia marah pun, Olivia belum tentu peduli padanya.
"Ah, susah banget sih, jatuh cinta!" gerutunya mengacak rambut. Kepalanya mendongak ke atas, bersandar pada sandaran sofa dengan memejamkan mata.
"Jatuh cinta itu emang susah, ribet, apalagi jatuh cintanya with someone we can't have, sakit banget, Dito!"
Sebuah suara yang menyahutinya membuat pemuda itu membuka mata. Dilihatnya pintu kamar mandi yang terbuka lalu keluar lah Ibnu dari sana. Dia tersenyum penuh arti, lalu duduk di tepi ranjang, berhadapan dengan Dito.
"Ah, resek lo!" umpat Dito menatap Ibnu kesal. Kata-katanya tadi berhasil menampar dirinya yang jatuh cinta pada Olivia, seseorang yang tak bisa dia miliki.
"Kenapa lagi? Jelek banget muka lo kalau kesel gini!" Ibnu bertanya peduli, selama dia mengenal Dito, sahabatnya itu belum pernah sampai segininya hanya perkara asmara.
"Panjang ceritanya, Nu," keluh Dito, matanya menatap Ibnu dengan pandangan sayu, merasa malas menceritakan masalahnya dengan Olivia.
"Tiga jam sebelum gue balik, gue masih bisa dengerin cerita lo!" ucap Ibnu membujuk Devian. Sebisa mungkin, dia ingin membantu Devian. Jika saja Devian mau berbagi masalah, mungkin saja Ibnu bisa menemukan jalan keluar.
"Fine! Dengerin gue! Malem minggu kemarin kan gue nginep di rumah bokap sama Bu Oliv. Paginya, waktu gue nganter Bu Ol—"
"Wait, kok kalian bisa nginep? Hubungan kalian udah sedeket apa, sih?" potong Ibnu yang merasa melewatkan begitu banyak hal tentang hubungan Olivia dan Dito. Dito tak pernah cerita jika mereka sering keluar bersama, kenapa tiba-tiba mereka menginap di rumah orang tua Dito?
"Bu Oliv ngajar les adik gue. Gue sering ajak dia makan, keluar ke mal bareng, atau nggak cuma keliling kota naik motor, tidur bareng juga," jelas Dito yang mengundang tatapan tak percaya Ibnu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondong Lovers
Romance𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 ✓ karena mencintaimu dengan cara biasa adalah ketidakmungkinan bagiku, maka biarkan aku mencintaimu dengan cara ngegas dan ngeyel. dito aulian adam-berondong lovers, 2022 - Sempurna. Itulah kata yang menggambarkan kehidup...