Sejak pertama kali mengenal Olivia, yang Dito tahu Olivia adalah sosok perempuan yang ceria, tangguh, mandiri dan tak pernah mengeluh sama sekali. Sikap-sikap yang Olivia miliki itu yang membuat Dito mengaguminya.
Namun, malam ini Olivia menujukkan sisi rapuh pada dirinya. Perempuan itu untuk pertama kalinya menceritakan kepada Dito masalah yang dia alami. Olivia bercerita apa yang telah dia pendam selama ini. Tentang bagaimana perasaannya ketika harus menghadapi pertengkaran demi pertengkaran yang kedua orang tuanya lakukan.
Keluarganya memang tampak harmonis dari luar. Namun, ada kalanya ketika bertengkar, perang dingin di antara mereka membuat Olivia tersiksa. Dan setelah sekian lama memendam perasaan menyakitkan itu seorang diri, untuk pertama kalinya Olivia dapat berbagi cerita itu kepada Dito.
Perasaannya sedikit lega, dadanya tak lagi sesesak tadi. Dito berhasil membuat perasaannya tenang. Sampai kini, dia akhirnya bisa tidur dengan lelap setelah hampir satu jam ditemani oleh Dito.
Pemuda itu duduk bersandar pada kepala ranjang, sementara Olivia tengah tertidur dengan menggenggam tangannya erat. Kini, keduanya berada di kamar kosong di apartemen Dito. Dia sengaja membawa Olivia ke kamar itu agar teman-temannya yang berada di kamarnya merasa nyaman.
“Nggak sopan! Kamu nggak boleh secantik ini waktu tidur, Liv,” gumam Dito menggerakkan tangannya untuk mengusap pipi Olivia. Air mata di wajah perempuan itu hampir mengering.
Pemuda itu mengembangkan senyumnya ketika melihat wajah damai Olivia. Dia bersyukur karena pada akhirnya dia ada di saat Olivia tengah terpuruk. Dia tak ingin terus menerus menyusahkan Olivia dengan segala masalah yang dia hadapi. Sekali-kali, dia juga ingin berguna bagi Olivia.
Setelah puas menatap wajah Olivia, Dito turun dari ranjang. Sebelum keluar dari kamarnya untuk menghampiri teman-temannya, Dito memperbaiki letak selimut Olivia.
Di dalam kamarnya, Raihan dan Ibnu sudah menyelesaikan tugas kelompok mereka setelah dibantu oleh Eca. Benar, malam ini Eca menjadi pahlawan yang menyelamatkan ketiga pemuda itu. Jika saja Eca tak menjadi suka relawan untuk mengerjakan tugas mereka, Raihan dan Ibnu sudah dipastikan masih bergelut dengan tugas-tugas itu.
“Udah puas, Dit?“
Kedatangan Dito kembali ke kamarnya disambut oleh pertanyaan Raihan. Pemuda yang kini memakan camilan di atas karpet itu menatap Dito yang berjalan ke arah mereka.
“Puas apa?“ balas Dito tak mengerti.
“Puas pacarannya, lah. Apa lagi?“ sahut Eca yang mengerti apa maksud Raihan.
Sebelum membawa Olivia ke kamar tadi, Dito tak mengatakan alasan yang sebenarnya ke teman-temannya. Dia hanya berkata ingin mengobrol berdua dengan Olivia. Wajar sekali jika teman-temannya tetap bersikap biasa seolah tak ada yang terjadi.
“Nggak mutu banget pertanyaan lo pada. Btw, kok udah pada nyantai aja? Tugasnya udah selesai, kah?“ tanya Dito menatap buku-buku pelajaran mereka yang sudah tertutup dan ditumpuk dengan rapi.
“Menurut Kakak?“ sarkas Eca melirik Dito sinis.
Tak memedulikan Eca, Dito memilih untuk bergabung dengan Ibnu yang kini duduk dengan ponsel yang posisinya miring. Sudah dipastikan, sahabatnya itu tengah bermain game.
“Gue pusing banget,” keluh Dito mengambil paha Ibnu yang selonjoran untuk dia jadikan bantal.
“Kenapa lo?“ Ibnu yang sejak tadi hanya diam pun bersuara, dia meletakkan ponselnya di lantai dan meletakkan tangannya di dahi Dito.
“Nggak tahu, ah! Jangan nanyain gue! Gue pengin tidur,” balas Dito sok misterius.
“Tengkar sama Bu Oliv, ya, Kak?“ tebak Eca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondong Lovers
Любовные романы𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 ✓ karena mencintaimu dengan cara biasa adalah ketidakmungkinan bagiku, maka biarkan aku mencintaimu dengan cara ngegas dan ngeyel. dito aulian adam-berondong lovers, 2022 - Sempurna. Itulah kata yang menggambarkan kehidup...