81. Perasaan yang Hancur

113 5 0
                                    

Buku-buku yang sebelumnya tertata rapi di rak, Olivia ambil setelah memilah-milahnya. Buku-buku itu berisi tentang materi yang akan digunakan untuk olimpiade matematika yang akan dia pinjamkan kepada Monica. Setelah mendapatkan apa yang dia butuhkan, Olivia bergegas keluar dari kamarnya. Ketika berbalik, Monica yang berdiri di ambang pintu kamarnya membuat perempuan itu terkejut.

“Ah … Monica! Kamu ngagetin saya!“ Olivia berjalan ke arah Monica yang memasang wajah datar.

“Bu Oliv mau ke mana?“ tanya Monica malah berjalan masuk ke dalam kamar Olivia. Gadis itu kemudian duduk di tepi ranjang. Tentu saja, tindakannya itu membuat Olivia heran. Ada apa dengan Monica? Belum lagi, nada bicara gadis itu terdengar tak acuh.

“Kita mau belajar, kan? Kamu mau di kamar saya aja belajarnya?“ Olivia bertanya. Perempuan itu kemudian mengambil posisi berdiri di hadapan Monica.

Tanpa mengindahkan pertanyaan Olivia, Monica malah melepas tasnya dan mengambil sesuatu dari dalam sana. Satu lembar foto Monica keluarkan. Gadis itu lantas menyerahkannya kepada Olivia.

Merasa bingung, Olivia menerima selembar foto pemberian Monica tersebut. Ketika melihatnya, Olivia benar-benar terkejut. Di sana, terlihat Papanya dengan wanita asing yang pernah dia lihat sebelumnya. Latar tempat mereka berfoto berupa perkebunan teh yang terhampar luas.

Yang membuat Olivia terkejut bukan hal itu. Namun, keberadaan Monica di antara mereka. Foto itu memperlihatkan ketiganya dengan ekspresi bahagia dan saling merangkul mesra.

“Ini apa, Nic? Kenapa kamu bisa sama Papa saya?“ Pertanyaan itu Olivia layangkan dengan suara lemah.

“Bu Oliv bisa lihat … wanita itu Mama saya,” ungkapnya tersenyum penuh kemenangan.

Tak mengalihkan tatapannya dari foto tersebut, Olivia merasakan matanya berair. Fakta yang baru saja dia dengar benar-benar mengguncang dirinya. Jadi, selama ini Monica tahu bahwa Papanya menjalin hubungan dengan Mamanya?

“Kamu tahu kalau mere—”

“Iya, Bu Oliv. Mama saya sama Om Irfan punya hubungan. Saya suka banget sama Om Irfan, Bu. Saya pengin banget Om Irfan jadi Papa Saya,” aku Monica seraya berdiri.

Gadis itu mengambil foto yang berada di tangan Olivia, kemudian meletakkannya di kasur.

“Tapi, itu sebelum saya tahu kalau Om Irfan Papanya Bu Oliv. Karena sekarang saya tahu, gimana kalau kita barter?“

“Maksud kamu?“

Monica berkata tenang. Senyumnya mengembang sempurna, seolah tak terjadi apa-apa. Sangat berbeda jauh dengan Olivia yang sudah banjir air mata. Perempuan itu tak tahu apa yang kini tengah dia hadapi.

“Saya suka banget sama Kak Dito, Bu Oliv. Tapi waktu lihat Kak Dito deket banget sama Kak Anggun, saya kesel. saya udah terlanjur neror Kak Anggun, tapi waktu itu saya malah ngelihat Bu Oliv, Om Irfan sama Papanya Kak Dito. Waktu saya tanya ke Om Irfan, ternyata Bu Oliv sama Kak Dito bukan sepupuan. Saya jadi tahu, deh, kalau kalian pacaran,” terang Monica yang lagi-lagi membuat Olivia terkejut.

“Ka—kamu yang neror Anggun?“ Olivia bertanya dengan terbata.

“Iya, Bu. Yang ngirim foto ditusuk paku ke Bu Oliv juga saya,” katanya mengangguk. Raut wajahnya terlihat bahagia, seakan dia telah memenangkam sesuatu dari Olivia.

“Kamu bener-bener jahat!“ tekan Olivia menatap Monica dengan tajam. Perempuan itu menjatuhkan buku-buku yang dibawanya.

“Saya juga tahu hubungan Om Irfan sama Mamanya Kak Dito, Bu Oliv yang dijodohin sama anak temen Om Irfan. Misalnya saya bilang ke Kak Dito, menurut Bu Oliv gimana?“

Berondong Lovers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang