20. Penjelasan

196 14 0
                                    

Olivia bersama dengan Raihan dan Ibnu yang tengah memapah Dito, memasuki apartemen Dito. Kedua pemuda itu langsung mendudukkan Dito di sofa ruang tamu. Ibnu sendiri langsung melangkah ke dapur untuk mengambil kompresan, sementara Olivia dan Raihan masih setia di ruang tamu bersama Dito yang terkulai lemas.

Rencana Olivia dan Raihan untuk menghentikan Bastian memang berhasil. Bastian dan teman-temannya berhasil mereka usir dengan alarm polisi tipuan mereka. Namun, mereka agak terlambat. Terbukti dengan Dito yang terlanjur babak belur karena perkelahian itu. Dan Raihan memutuskan untuk membawa Dito kembali ke apartemen, yang tanpa disangka Olivia keras kepala untuk turut serta.

"Ini apartemen siapa, Rai?" tanya Olivia menatap Raihan penuh tuntutan.

"Punya Dito, Buk," sahut Raihan.

Lantas, Olivia memandang Dito yang memejamkan matanya seraya menekan bagian di antara kedua alisnya. Berusaha mengusir pening yang bersarang di kepalanya. Olivia semakin yakin bahwa hubungan antara Dito dan keluarganya tak baik, setelah dia tahu Dito tinggal di apartemen ini.

"Biar saya yang obatin Dito, Buk."

Ibnu yang baru saja bergabung mendudukkan dirinya di sofa sebelah Dito. Berniat mengobati wajah dan tubuh Dito yang babak belur.

"Bu Oliv aja, jangan lo!" cegah Dito membuka matanya seraya mendorong Ibnu agar menjauh. Dia ingin menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin.

"Dih, modus benget sih lo!" cibir Raihan lalu menarik tangan Ibnu untuk duduk di sebelahnya. Walau agak kesal dengan sikap Dito, Raihan tetap membantu sahabatnya itu.

"Udah, biar saya aja," kata Olivia akhirnya.

Olivia lalu membersihkan luka Dito dengan air di dalam baskom yang sudah Ibnu ambilkan, kemudian membungkus es batu itu dengan handuk yang telah disediakan. Setelahnya, perempuan itu menekan handuk dingin ke wajah Dito yang lebam-lebam.

"Sakit, Buk," keluh Dito meringis tertahan.

Mendengar itu, Olivia malah menekan lebih kuat lebam di pipi Dito. Membuat pemuda itu melotot ke arahnya.

"Bu Oliv," rengeknya seperti anak kecil. Nyatanya rengekannya itu membuat kedua temannya menatapnya dengan pandangan seolah-olah Dito adalah hal yang menjijikan.

"Lebay banget lo!" Raihan meliriknya sekilas.

"Lo mendingan obatin gue, deh, Han! Gue juga luka-luka," sahut Ibnu menatap Raihan.

Merasa kasihan dengan Ibnu, Raihan pun melakukan hal yang sama dengan Olivia. Dia mencoba untuk mengobati sahabatnya.

"Saya belum sempet tanya kenapa wajah kamu babak belur tadi, sekarang malah berantem lagi, tambah remuk mukanya. Kalian sebenarnya kenapa, sih?" omel Olivia dengan pandangan ke arah Dito, fokus mengobati luka-lukanya.

Mendengar pertanyaan Olivia, tak ada yang menyahutinya. Mereka bertiga sama-sama bungkam, tak tahu harus menjelaskannya dengan kalimat apa.

"Kok cuma diem? Siapa yang mau jelasin?" ulang Olivia, kali ini melayangkan tatapan penuh tuntutan ke arah Ibnu dan Raihan.

"Biasa, Buk. Anak muda ya gini," balas Dito yang membuat Olivia kesal. Perempuan itu menghentikan aktivitasnya, lalu memandang Ibnu yang menurutnya lebih bisa menjelaskan kronologinya ketimbang Dito yang selalu bercanda.

"Ibnu, jelasin ke saya, bisa?"

Ibnu pun menatap Dito dan Raihan bergantian, meminta izin. Raihan mengangguk, memberikan izin kepada Ibnu untuk menjelaskan apa yang telah terjadi kepada mereka kepada Olivia.

"Semalam kita berantem sama gengnya Bastian, Buk. Bastian itu yang ngajak keluar saya dari sekolah tadi. Nah, temannya Bastian, namanya Beni katanya koma karena kita berantem semalam. Dan Bastian ke sekolah tadi nyari Raihan," papar Ibnu.

Berondong Lovers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang