“Ih, Nu! Tungguin, dong!“
Langkah Ibnu yang tengah mendorong troli belanjaan terhenti ketika mendengar rengekan yang Anggun keluarkan. Pemuda itu berbalik badan dengan tatapan kesal yang dia layangkan kepada sahabatnya itu.
“Cepet, Anggun! Kaki gue pegel banget dari tadi muter-muter,” keluhnya mendengkus.
Anggun meletakkan kembali beberapa makanan ringan yang sudah dia ambil, gadis itu lantas berjalan mendekati Ibnu.
“Ibnu, kita harus bawa banyak makanan. Gue suka laper kalau tengah malem, jangan ribet, deh!“
“Lo yang ribet, Anggun! Lagian kita cuma nginep semalem, ini troli satu udah penuh, mau tambah apa lagi, sih?“ Ibnu menatap segunung makanan ringan yang sudah Anggun ambil. Dia kesal sekali karena sejak tadi harus mengikuti gadis itu berbelanja. Anggun berkata bahwa mereka akan berbelanja sebentar, namun nyatanya mereka sudah berkeliling selama hampir satu jam.
“Gue nggak liburan sendiri, oke? Kita berenam, Nu. Makanan segini nggak bakal cukup!“ ucap Anggun keras kepala.
“Tapi ini udah banyak!“
“Kalau gue kurang, punya lo buat gue, ya?“ pintanya kemudian.
Tanpa ragu, Ibnu mengangguk. Dia akan mengiyakan semua permintaan Anggun agar mereka segera pulang.
“Terserah lo. Yang penting kita cepetan pulang.“
“Ya udah, ayo!“
Anggun berjalan ke arah kasir yang diikuti oleh Ibnu di belakangnya. Pemuda itu sedikit tersenyum ketika Anggun terus tersenyum dan memasang wajah cerita.
“Manis banget,” batinnya memuji.
Setelah mereka keluar dari supermarket, Ibnu langsung memasukkan barang belanjaan mereka ke mobil Anggun. Seperti biasa, Ibnu selalu bertanya tujuan Anggun yang terakhir sebelum pulang.
“Ayo, gue pengin beli sesuatu!“
Anggun tak perlu mendapat izin dari Ibnu untuk bisa menyentuh tangannya. Gadis itu menarik tangan Ibnu menuju sebuah toko aksesoris yang berada di depan super market, tepatnya di seberang jalan.
“Mau beli apa emangnya, Nggun?“ tanya Ibnu ketika mereka sudah memasuki toko itu.
“Ikat rambut. Yang biasa gue pakai latihan taekwondo ilang, Nu,” katanya mulai memilih-milih ikat rambut yang dia inginkan.
“Emangnya cuma punya satu?“
“Iya, cuma punya satu. Cewek tuh gitu, kalau punya banyak pasti ilang terus. Tapi kalau punya satu awet banget,” beri tahunya diakhiri dengan tawa kecil.
“Cewek emang seaneh itu, ya,” simpulnya mengundang anggukan dari Anggun.
“Eh, lo sama Eca gimana?“ Anggun tiba-tiba membahas tentang Eca. Dia teringat saat gadis itu meminta kepadanya untuk tak menyukai Ibnu.
“Gimana apa? Gue nggak ada apa-apa sama dia, Nggun. Lo jangan salah paham,” ungkap Ibnu cemas. Dia tak ingin Anggun berpikiran bahwa dia memiliki hubungan istimewa dengan Eca.
“Alay banget, sih? Ada juga nggak apa-apa, Ibnu. Dia suka banget sama lo,” cetusnya tertawa.
“Gue nggak suka sama dia,” tandas Ibnu tegas.
Anggun mengangguk, lalu dia menunjukkan beberapa ikat rambut kepada Ibnu.
“Bagus yang mana?“ tanyanya meminta pertimbangan Ibnu.
“Yang hitam sama yang biru tua bagus,” komentarnya.
“Ya udah, gue ambil yang merah,” putusnya lalu mengembalikan ikat rambut yang tak dia pilih. Setelahnya, Anggun meninggalkan Ibnu yang berdiam mematung dengan menahan rasa kesal.
![](https://img.wattpad.com/cover/283861669-288-k955289.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondong Lovers
Roman d'amour𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 ✓ karena mencintaimu dengan cara biasa adalah ketidakmungkinan bagiku, maka biarkan aku mencintaimu dengan cara ngegas dan ngeyel. dito aulian adam-berondong lovers, 2022 - Sempurna. Itulah kata yang menggambarkan kehidup...