59. Dito Ngambekan

161 10 0
                                    

Sebelumnya, Dito tak menaruh sedikit pun rasa curiga atau pikiran negatif terhadap Olivia yang siang tadi makan bersama dengan Angga. Namun, ucapan Eca yang mengatakan bahwa Olivia dan Angga terlihat sangat akrab membuatnya terganggu. Dia juga melihat rekaman di ponsel Eca. Memang benar, Olivia dan Angga tampak sangat akrab bahkan dekat. Sekarang, kepalanya malah dipenuhi dengan dugaan-dugaan yang tak mendasar.

Ditambah lagi, pesan yang dia kirimkan tadi siang sampai kini belum mendapatkan jawaban. Dia kesal, sangat. Ingin sekali dia menghubungi Olivia terlebih dahulu, namun ego menguasainya. Dia bersumpah kepada dirinya sendiri tak akan menghubungi Olivia sampai perempuan itu menghubunginya terlebih dahulu.

Pukul tujuh malam, Dito berdiam diri di kamarnya dengan ponsel yang terus dia tatap sejak tadi. Dia pulang pukul lima tadi sore. Sejak tadi pun dia belum mengganti seragamnya. Suasana hatinya sangat buruk yang membuatnya sangat malas untuk melakukan apa-apa.

Dia masih menunggu Olivia membalas pesannya. Dito tak pernah berpikir bahwa jatuh cinta sangat merepotkan seperti ini. Dia jadi sering memikirkan hal-hal yang tak perlu. Seperti sekarang ini. Dia juga tak paham dengan dirinya yang terlalu gengsi.

Sebenarnya ini semua bisa selesai dengan mudah andai saja Dito mau menghubungi Olivia terlebih dahulu, lalu menanyakan tentang hal yang terus mengganggu hatinya sejak tadi. Namun, kembali lagi dengan ego pemuda itu yang kelewat tinggi.

“Ah, anjing! Telfon enggak, ya?“

Dito kembali bertanya kepada dirinya sendiri. Dia ingin sekali menghubungi Olivia, namun di satu sisi dia ingin Olivia menghubunginya terlebih dahulu.

Di tengah rasa kalut dan rasa bimbangnya, layar ponsel Dito yang berada di atas bantal menyala. Dengan segera, dia melihatnya sangat berharap Olivia menghubunginya. Namun, harapannya pupus ketika nama Alana lah yang tertera di sana.

Dengan ogah-ogahan, Dito akhirnya menjawab panggilan yang masuk dari Alana. “Halo. Kenapa, Al?“

“Kak Dito tumben nggak main ke sini? Kak Oliv di sini, loh, Kak!“

Suara cempreng Alana terdengar. Sejenak, Dito terdiam. Tiba-tiba, dia teringat bahwa hari ini adalah jatah Olivia ke rumahnya untuk bimbingan belajar Alana. Pantas saja perempuan itu tak kunjung menghubunginya.

“Nanti Kakak ke sana, Sayang,” kata Dito pada akhirnya.

“Oke, Kak Dito!“

Sambungan telefon mereka terputus. Walaupun dia masih merasa kesal, Dito ingin sekali bertemu dengan Olivia. Kebetulan sekali jika Olivia berada di rumahnya. Dia bisa bertemu Olivia dengan alibi dia ingin menemui Alana.

Baik, itu adalah rencana yang bagus. Dia tak perlu berterus terang jika ingin menemui kekasihnya itu. Gengsinya tak perlu terluka jika seperti itu.

“Oke, Oliv! Aku datang padamu!“ gumamnya kemudian segera menyambar jaket dan keluar dari kamarnya.

***

“Ah … hari ini bener-bener jadi hari terakhir Kak Oliv ngajarin aku?“

Alana, gadis kecil yang tengah duduk di lantai itu memajukan bibirnya. Dia tak suka dengan kabar yang Olivia bawa yang mengatakan bahwa hari ini adalah hari terakhirnya mengajar Alana. Karena Amanda, guru les Alana yang asli sudah selesai dengan KKN-nya.

“Kok cemberut gitu, sih? Kan kita bisa main bareng juga. Lagian Miss Amanda udah pulang, nggak kangen? Miss Amanda baik, kan?“

Olivia mencoba merayu Alana.

“Miss Amanda baik banget, Kak Oliv. Tapi kalau Kak Oliv masih ngajar aku, Kak Dito jadi sering ke sini. Kalau sama Miss Amanda, Kak Dito jarang pulang,” ujar Alana menyampaikan keresahannya.

Berondong Lovers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang