Dua jam pertama, jam pelajaran matematika hampir habis. Dan selama itu, Dito benar-benar menyita perhatian seluruh penghuni kelas karena penampilannya yang berbeda, juga karena kini dia duduk di bangku paling dia hindari, bangku paling depan, persis di depan meja guru. Tak ada yang dia lakukan selain memandangi wajah Olivia yang tampak sangat serius ketika mengajar. Perempuan itu terlihat sangat cantik di mata Dito.
Sampai bel pergantian jam pun berbunyi, semua penghuni kelas bersorak gembira kecuali Dito yang malah mendesah kecewa.
"Bu!" Dito tiba-tiba berdiri, dia berjalan ke arah Olivia yang sedang membereskan buku-bukunya.
"Iya, Dito?" Olivia mendongak menatap Dito. Dari posisinya yang sekarang duduk, Dito tampak sangat tinggi.
"Boleh minta nomer WA?" tanyanya tanpa berbasa-basi sedikit pun. Mendengar pertanyaan Dito, Olivia menghentikan aktivitasnya. Matanya menyorot penuh takjub ke arah anak didiknya yang dengan berani meminta nomor WA pribadinya.
"Buat apa, ya? Saya sudah ngasih nomor WA saya ke sekretaris jika sewaktu-waktu perlu menghubungi saya terkait pelajaran," balasnya formal.
"Yah, Buk ... saya udah minta ke Nia tadi, tapi nggak dikasih," keluhnya yang memang sudah sempat meminta nomor WA Olivia dua hari yang lalu. Namun, sekretaris di kelasnya itu tak mau memberikannya karena tahu ada maksud tertentu yang Dito rencanakan.
"Memangnya kenapa kamu minta nomor saya? Kamu mau tanya sesuatu?" tanya Olivia.
Dito menganggukkan kepalanya cepat. "Iya, Buk."
"Ya udah, mumpung kita ketemu, kamu mau tanya apa?"
Mendapat pertanyaan semacam itu dari Olivia membuat Dito menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal. Jujur, dia bingung sekarang. Tadi dia hanya asal mengiyakan, dan dia belum mempersiapkan apapun untuk pertanyaan Olivia.
"Nggak bisa kalau langsung. Ah, pokoknya mending Ibuk kasih nomornya ke saya, deh! Biar cepat selesai," katanya keras kepala.
Dan wajah frustasi Dito membuat Olivia tertawa dalam hati. Menurutnya, Dito sangat lucu terlepas dari kelakuannya yang tidak masuk akal.
"Bu! Maaf, tapi Pak Darto sudah menunggu di luar."
Obrolan mereka harus terhenti ketika salah satu murid yang duduk di bangku paling depan bersuara. Olivia menolehkan kepalanya dan melihat salah satu guru laki-laki yang akan mengajar di kelas ini setelah dirinya. Olivia merasa tak enak, untuk itu dia langsung berdiri.
"Kamu kembali duduk sekarang!" titahnya pada Dito yang masih setia berdiri di hadapannya.
"Iya, Buk." Dan tanpa bantahan, Dito langsung menjalankan perintah Olivia. Dia pun kembali duduk di kursinya.
Setelah Dito pergi, Olivia berdiri, dia tersenyum ramah ke semua anak didiknya.
"Ya sudah, Anak-anak. Terima kasih sudah mengikuti pelajaran dengan baik. Dan untuk tugas yang kemarin, saya minta tolong ketua kelas buat ngumpul di meja saya, ya," kata Olivia yang langsung disahuti gerutuan kecewa oleh anak didiknya.
"Nggak bisa besok aja, ya, Buk? Punya saya belum selesai." Raihan, yang duduk di bangku paling belakang angkat suara. Dan hal itu membuat Dito menatapnya penuh ejekan.
"Huu! Siapa suruh malas? Gue dong udah ngerjain!" sahut Dito yang dibalas Raihan dengan pelototan.
"Memangnya siapa aja yang belum mengerjakan?" Pertanyaan Olivia tak mendapat respon dari semua orang yang berada di sana, kecuali Raihan yang kini mengankat tangannya seorang diri.
"Cuma Raihan?" tanya Olivia lagi untuk memastikan.
"Iya, Buk. Cuma Rehan," kata murid yang lain untuk mewakili teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondong Lovers
Romance𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 ✓ karena mencintaimu dengan cara biasa adalah ketidakmungkinan bagiku, maka biarkan aku mencintaimu dengan cara ngegas dan ngeyel. dito aulian adam-berondong lovers, 2022 - Sempurna. Itulah kata yang menggambarkan kehidup...