05. Perkara Plester

487 24 0
                                    

"Makasih, Dit. Pulangnya hati-hati, ya!"

Olivia turun dari motor Dito. Pemuda itu membuka helmnya dan tersenyum ke arah gurunya itu. "Iya, Buk. Makasih ya, tadi udah ditraktir."

"Sama-sama. Makasih juga udah nganterin saya," balas Olivia tak kalah lebar mengembangkan senyumnya.

"Kalau gitu saya pulang dulu, Buk."

"Jangan ngebut!"

Selanjutnya, Dito melajukan motornya menjauhi rumah Olivia. Meninggalkan Olivia yang masih senyum-senyum tak jelas menatap kepergian Dito.

Tak lama, sebuah mobil memasuki pekarangan rumahnya. Tak salah menebak, dia adalah Amanda. Sahabat Olivia dari jaman SMA.

"Siapa tadi, Liv?" tanya Amanda begitu keluar dari mobilnya. Dia tadi sempat melihat pengendara motor yang baru saja dari depan rumah Olivia.

"Murid gue, tadi nganterin," balas Olovia jujur. Mereka pun akhirnya melangkah memasuki rumah Olivia.

"Gilak. Kok bisa? Sejak kapan lo sedeket itu sama murid lo kayak gitu?" heboh Amanda. Setahunya, selama kurang lebih dua tahun Olivia mengajar, tak pernah sekali pun dia mengetahui Olivia diantar oleh muridnya seperti tadi.

"Tadi motor gue mogok. Terus katanya harus ditinggal, ya jadinya Dito tadi nganterin gue," jelas Olivia meletakkan tasnya di meja di dalam kamarnya.

Amanda mengangguk. "Oh, namanya Dito."

"Iya, Man. Lo tahu nggak, sih? Dia tuh ... gimana ya jelasinnya?"

"Gimana emangnya?"

"Ceritanya, waktu gue ngajar di SMA Virgo pertama kali. Dia kurang ajar banget, dia bilang gue bohong kalau gue guru baru. Katanya gue kelihatan masih kayak anak SMA. Gila nggak tuh?" Olivia menceritakan tentang Dito dengan penuh semangat.

"Oh ... dia tuh tipe-tipe bad boy yang suka caper?" tebak Amanda.

"Betul banget!" balas Olivia mengiyakan.

"Tapi dia baik, Man. Tadi pagi ada bapak-bapak ketabrak lari, dia nolongin sampai telat masuk sekolah. Dia tadi dihukum bersihin ruang musik, gue disuruh awasin. Terus tuh dia nyiapin kursi buat gue duduk. Katanya agak jauhan, banyak debu. Perhatian banget, Amanda!"

"Tunggu, ehm ... jangan bilang lo suka sama dia?"

"Nggak mungkin!" sergah Olivia cepat. Memang benar dia kagum dengan sosok Dito dan memiliki perhatian lebih untuk muridnya itu. Namun, jika untuk suka sebagai  seorang wanita ke laki-laki, Olivia tak mau. Sejak kecil dia ingin memiliki suami yang lebih dewasa darinya, mengayomi dan pastinya itu bukan Dito. Usia Dito yang masih muda tak masuk kriteria lelaki idaman Olivia.

"Nggak ada yang nggak mungkin, Oliv!" kata Amanda lagi.

"Ya kalau pun gue jatuh cinta, nggak mungkin sama Dito juga, kan, Man?"

"Kenapa nggak mungkin? Kata lo dia baik."

"Tapi dia masih muda, pasti masih labil. Lagian nggak mungkin juga dia suka sama gue."

"Ya tunggu aja deh kabar baiknya," balas Amanda tersenyum.

"Gue mandi dulu. Lo jangan ngacak-acak kamar gue!"

•••

Dito memasuki apartemennya. Pintu tidak dikunci, sudah dipastikan kedua sahabatnya ada di dalam. Tadi, mereka pergi dari sekolah di waktu yang bersamaan. Namun, karena Dito harus menemani Olivia yang motornya mogok, kini dia sampai di apartemennya lebih lambat dari Raihan dan Ibnu.

Berondong Lovers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang