78. Alasan Tetap Bertahan

99 8 0
                                    

“Anggun nggak apa-apa, kan?“

Monica, gadis yang sebelumnya menunduk dengan memainkan ponsel itu mendongakkan kepalanya ketika suara Dito terdengar menanyainya. Di hadapannya, Dito berdiri dengan wajah panik dan tangan yang memegang pergelangan tangan Olivia erat.

“Nggak tahu, Dit. Masih diperiksa sama dokter,” balas Monica.

“Kok bisa kecelakaan, sih? Kejadiannya gimana?“ Dito bertanya lagi.

“Tadi waktu mau nyebrang jalan ada motor yang melaju kenceng banget, tiba-tiba dia nyerempet Anggun. Orangnya kabur,” jelas Monica.

Dito melihat ke arah Monica yang juga terlihat khawatir. Pemuda itu lantas mengambil ponselnya. “Gue mau hubungin Mamanya Anggun dulu.“

Setelahnya, Dito berjalan menjauh dari Olivia dan Monica. Sementara itu, Olivia langsung duduk di sebelah Monica.

“Kamu nggak luka, kan?“ Olivia bertanya penuh kelembutan. Dia memegang bahu Monica.

“Saya enggak apa-apa, Bu.“

Olivia mengangguk.

“Oh, iya … Bu Oliv kok bareng Dito?“ Pertanyaan itu lolos dari bibir Monica. Dia menyimpan pertanyaan itu sejak tadi, namun kini dia tak tahan untuk tak mengutarakannya kepada Olivia. Dia sangat penasaran.

“Iya, tadi saya nganterin lauk ke tempat Dito, yang nyuruh Mama saya,” jelas Olivia yang tentu saja berbohong.

Monica tampak menganggukkan kepalanya. Tak lama kemudian, Dito datang bersama dengan wanita berpakaian dokter. Hanum, dia adalah Mama Anggun yang juga bekerja sebagai dokter di rumah sakit ini.

Tanpa menyapa Olivia ataupun Monica yang duduk di kursi tunggu, Hanum langsung memasuki ruangan di mana Anggun tengah diperiksa. Olivia bangkit, dia berdiri di sebelah Dito.

“Itu Mamanya Anggun,” terang Dito seakan tahu arti tatapan bingung dari Olivia.

“Semoga aja Anggun nggak apa-apa, ya,” harap Olivia yang juga diangguki oleh Dito maupun Monica.

***

“Anjir … waktu gue bilang bakal jadi pengawalnya Anggun, nggak berarti gue jadi pengasuhnya kayak gini, ya!“

Dito dan Ibnu tertawa keras ketika mendengar keluhan dari Raihan yang baru bergabung bersama mereka. Sementara Anggun, gadis yang duduk di kursi roda itu menepuk punggung Raihan pelan.

“Gue sebentar lagi sembuh, Han. Paling dua bulan,” ungkapnya tersenyum mengejek.

Kecelakaan yang menimpanya itu membuat sebelah tulang kaki Anggun mengalami keretakan. Gadis itu harus memakai kursi roda. Maka dari itu, Raihan dengan suka rela mengabdikan diri untuk mengurusi Anggun ketika di sekolah.

“Sialan! Eh … btw, Eca gimana, Dit? Udah mau?“

Raihan mengganti topik pembicaraan. Dua hari ini gadis itu tak masuk sekolah karena harus di rawat di rumah sakit.

“Belum ada kemajuan. Keras kepala banget dia maunya berobat jalan,” terang Dito.

“Nanti pulang sekolah temenin gue jenguk Rebecca, ya, Dit? Gue bakal coba bujuk dia,” pinta Ibnu setelah sejak tadi hanya diam.

“Yoi, aman.“

Setelahnya, mereka menikmati makanan yang telah mereka pesan. Jam istirahat ini, kantin terlihat cukup longgar. Dari arah pintu masuk, terlihatlah Monica yang tengah berjalan menghampiri mereka. Raihan yang sadar akan kehadiran Monica pun melambaikan tangannya.

“Dari mana aja lo, Nic?“ tanya Raihan yang belum melihat Monica sejak tadi.

“Ada, kok, Han. Eh, Dito … aku mau bicara sama kamu,” ungkapnya menatap Dito yang tengah menyedot minumannya.

Berondong Lovers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang