71. Sad Girl

324 41 2
                                    

***

Shafa merasa tak mood berada di pesta ini. Kesenangan sudah hilang terbawa angin bersama dengan kebahagiaan yang diperlihatkan Mahar bersama wanita lain. Meskipun ia tak sudi melihat ke arah mereka. Tetap saja ekor mata Shafa mengarah dan mengawasi keduanya dalam diam dan jengkel tentunya.

Siapa sih gadis mungil di samping Mahar?

Jadi, apakah ini alasan Mahar tidak pernah menembak Shafa secara resmi? Karena ia punya dua pilihan yang membuat Mahar bimbang? Atau memang Shafa yang terlalu percaya diri bahwa Mahar memiliki perasaan yang sama seperti yang ia miliki?

Ia menggerutu berkali-kali membuat Bela yang ada di sampingnya merasa tak tahan.

"Ck, galau deh lo," sindirnya sambil bersedekap menikmati penampilan di panggung. Setelah si cantik Salsa membuka acara, mereka disuguhkan penampilan akustik dari dua murid Treksa dari angkatan XX.

Jasmin, gadis yang sempat mereka selamatkan dari pembullyan. Siapa sangka jika gadis angkuh itu adalah salah satu idola di luar sana. Atau hanya Bela dan Shafa yang tidak mengetahui seberapa besar popularitas murid lain selain mereka sendiri?

"Kemarin pura-pura jual mahal. Sekarang kelimpungan."

Shafa menatap Bela dengan tajam. Ia heran mengapa mendapatkan teman yang juga bermulut pedas seperti dirinya. Bela seperti sedang menebar garam di atas luka Shafa bukan mengobatinya. The real best friend?

"Yang tidak punya kepentingan, diharap diem aja. Gue lagi patah hati," ucapnya jujur sekali. Untuk apa Shafa tengsin kepada wanita bar-bar ini.

"Lagian ini gara-gara saran lo gue jadi dijauhin sama Mahar!" tambahnya mengingat saran Bell kemarin yang sukses membuat ia dan Mahar tidak berbicara satu sama lain.

Bela tertawa, "Ha? Lo nyalahin gue? Itu sih salah lo yang gak pro mainin hati cowok," kata Bela mengelak dari tuduhan Shafa. "Jangan samain level kita ya. Mohon maaf level kita beda jauh."

Lihatlah! Teman macam apa yang malah menyudutkan Shafa di saat genting seperti ini? Tetapi mengapa ia merasa sulit menerima keputusan Mahar yang sudah membolak balikan perasaannya hanya dalam waktu satu malam?

"Labrakdong ceweknya!" Bela mulai memprovokasi. Ia suka sekali keributan. Sudahlama ia dan Shafa tidak membuat keributan sejak Denis dan Raka bersatu menguasai Treksa. Bukankah malam ini momenyang pas untuk membuat ricuh?

"Gue bantu nanti," tambahnya begitu bersemangat. Lagipula perempuan di samping Mahar terlihat begitu kecil di mata mereka. Paling-paling gadis itu hanya gadis polos dan cengeng. Yang akan mundur dalam satu kali gertakan.

Shafa terdiam memikirkan rencana bodoh sahabat karibnya itu. Meski dalam hati ia sangat menginginkan untuk menjambak gadis yang dengan seenaknya menggandeng tangan pria yang ia sukai. Ah! Shafa tidak rela. Dan ia memutuskan untuk berjuang.

****

"Darel," panggil Anin dengan manjanya. Kakaknya menoleh dengan ketus masih tidak menerima kehadiran Anin datang ke pesta ulang tahun Treksa.

"Lo ngapain sih dateng ke Treksa? You'such an idiot! Lo itu anak Adara!"

Telinga Anin sampai pengang mendengar kakaknya memarahi dirinya tiada henti. Darel bahkan mulai terdengar lebih cerewet dari ibu dan neneknya. Tetapi Anin adalah Anin yang tidak akan mendengarkan hal tidak penting dalam hidupnya. Prinsip masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri ia terapkan dalam hidupnya sehari-hari.

Masa bodoh dengan omelan Darel, ia punya tujuan ekslusif datang ke tempat ini.

"Anterin gue ke Kak Raka dong, " pintanya kepada Darel. Darel melepaskan pegangan tangan Anin dan mengabaikannya. Giliran Raka ia sebut kakak, sedangkan Darel sendiri hampir tidak pernah mendengar gadis itu menyebutnya dengan sebutan kakak.

Semua Tentang Kita (STK) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang