47. Curiga

411 137 210
                                    

Happy Reading

***

Jam istirahat pertama telah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Para murid berhambur menuju kantin sebagai tujuan utama tempat mereka beristirahat.

Selain itu, ada juga murid yang memilih untuk berjalan-jalan di taman atau sekedar duduk dan mengobrol dengan teman sebayanya. Tak jarang juga dari mereka ada yang memilih untuk tertidur.

Mereka memiliki caranya masing-masing untuk memanfaatkan waktu istirahat sebaik mungkin.

Citra adalah salah satu dari murid yang memilih untuk merebahkan kepalanya di atas meja, menunggu murid lain mengosongkan kelas. Ia hanya akan makan jika memang ia kira perlu dan butuh.

Tangannya menelungkup, menjadi bantalan kepala yang telah terbaring di atas meja kelasnya. Tak lupa, ia sumpal telinganya dengan headset, mendengarkan lagu damai sehingga tak ada yang bisa mengganggu waktu tidur siangnya.

Hidupnya sedikit lebih tenang hari ini, mengingat teman sebangku Citra, Ayana, telah berlari ke kelas sebelas IPA 1 untuk menemui sahabatnya yang lain karena sudah berjanji akan makan siang bersama.

Biasanya, gadis periang itu akan mengusik dan terus mengoceh di sebelah Citra.

Belum lima menit matanya terpejam, ia merasakan seseorang menarik kursi milik Ayana, tepat di sebelahnya. Citra yang memang belum sepenuhnya terlelap merasakan pergerakan di sekitarnya.

Kepalanya miring untuk sekedar melirik siapa yang telah berani duduk di sebelahnya.

Seorang murid pria yang akhir-akhir ini terlalu dekat dengannya. Ia tersenyum ke arah Citra seolah mengatakan jika ia bukan datang untuk mengganggu.

"Tidur lagi aja, gue gapapa," kata Zaki tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Gue juga gak peduli," balas Citra. "Ngapain?"

"Apanya?"

"Lo ngapain ke sini?" tanya Citra seraya bangun dari posisi tidurnya dan bersandar pada bantalan kursi.

"Ini kelas sebelas kalo lu gak amnesia," lanjutnya.

Zaki yang memang begitu mengenal gadis kasar di sebelahnya ini, merasa terbiasa dengan tanggapan sinis seperti itu dari Citra.

"Nyasar kali gue," kekeh pria itu seraya menumpu kepalanya dengan satu tangan.

Jawaban pria itu membuat Citra berdecih seakan alasannya terdengar begitu klasik. "Lo itu OSIS. Gue gak mau mereka heboh di sekitar gue."

"Gue udah pensiun, tenang aja," balas Zaki menenangkan.

Keduanya sama-sama terdiam tidak berbicara. Sampai akhirnya Zaki menendang-nendang kaki gadis itu, berusaha mendapatkan perhatiannya.

"Apa sih?" ketus Citra merasa terganggu.

"Gue lagi galau nih," kata Zaki menyandarkan kepalanya di bahu Citra.

"Galau lo itu sangat berkepanjangan, males gue dengerinnya," tanggap Citra dengan nada mengejeknya. "Kepala lo berat, Zaki!"

Mau tak mau kepala Zaki hampir terjatuh karena Citra menggeser duduknya, menjauhi posisi duduk Zaki.

"Kalo lo gimana, Cit?"

"Apanya yang gimana?"

"Itu, gue liat si Dafa terus-terusan nempel sama lo," balas Zaki menertawai Citra yang kini terlihat makin kesal kepadanya.

"Ngomong sekali lagi, gue gak segan buat bikin Maida benci sama lo," ancam Citra membuat Zaki merinding seketika.

"Jahat banget mulut lo, Cit."

Semua Tentang Kita (STK) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang