48. Pupus

447 139 239
                                    

Berharap saat tahu hal itu mustahil

Berharap saat kau milik yang lain

Berharap saat aku tak lagi menjadi yang terakhir

***

Mobil itu terus melaju tanpa tahu arah. Aidan sepertinya benar-benar marah sekarang. Orang terdekat akan bilang jika marahnya seorang Aidan itu adalah sesuatu yang buruk. Maka dari itu berhati-hatilah.

Sesekali ia memukul stir mobil berusaha meredakan amarah yang tertanam dalam dirinya. Ia bukan tipe orang yang cemburuan, tetapi ia sangat tidak menyukai seorang pembohong. Harap garis bawahi.

Seandainya Melda mau jujur, Aidan pasti akan mengerti dan takkan menghakimi. Sebuah hubungan berjalan tanpa kepercayaan di dalamnya hanya akan berakhir dalam jurang nestapa. Untuk apa dipertahankan?

Jika memang Melda tak menginginkan Aidan untuk bersamanya, ia sungguh tidak apa. Ia bahkan masih mau menunggu Melda sampai gadis itu siap. Tetapi, bukan berarti ia akan diam saat tahu gadis yang ia cintai membohonginya.

Melihat Melda bahagia bersama orang lain tentu saja akan menyakiti Aidan. Tetapi akan lebih parah jika mereka terus bersama tanpa ada bahagia.

***

Indri bergerak dalam keheningan, melancarkan misi untuk menyusup ke ruangan pribadi orang tuanya sendiri.

Kakinya merayap menyusuri dinding, kepalanya menengok memastikan jika situasi telah aman. Tangannya bergerak membuka pintu, berharap bunda tidak mendengar langkah kakinya.

Ia tahu jika bunda telah berbohong kepadanya. Tidak mungkin ibunya setega itu membakar semau koleksi novel Indri. Indri telah mencarinya di seluruh sudut rumah tetapi gagal ia temukan. 

Satu-satunya tempat yang belum ia datangi hanyalah kamar bunda Azrina.

"Di mana sih nyimpennya?" prolog Indri memutar tidak jelas di kamar Azrina.

Ia sudah menggeledah hampir setiap tempat mencurigakan di kamar Ibunya. Namun, ia sama sekali tak menemukan pertanda kehadiran anak kesayangannya.

Ia bahkan menangis tiap kali mengingat bahwa bunda membakar buku yang ia beli dari tabungannya. Hasil irit, hemat, juga puasa jajannya dari berbagai camilan enak.

Di tengah keputusasaannya, Indri melihat sebuah kotak yang tertutup sebuah kain. Pada awalnya, ia mengira itu adalah sebuah meja biasa. Akan tetapi, saat ia melihat dari sudut pandang lain, meja itu terlihat memiliki pintu layaknya sebuah kotak yang bisa terbuka.

Ia berlari kecil lalu berjongkok menghadap ke arah kotak.

Dengan tangan gemetar dan perasaan gugup yang telah menyelimutinya, Indri membuka kotak tersebut begitu cepat sampai ia tak bisa mengendalikan ekspresinya.

"AAA—"

Dengan cepat ia membekap mulutnya sendiri karena terlalu merasa senang. Kotak itu berisi seluruh novelnya yang disita oleh sang bunda. Betapa bersyukurnya ia hari ini bisa diberikan kesempatan untuk kembali mengumpulkan koleksinya.

Terima kasih, Tuhan!

Dengan cepat dan pasti, Ia memindahkan buku itu ke dalam kantong yang sudah ia bawa. Lalu Indri merapikan kembali kotak tersebut. Ia meneliti sekeliling kamar bundanya agar tidak terlihat mencurigakan.

"Sayang, kamu kembali sama ibu ya, Nak," ucapnya memeluk kantung yang sudah diisi penuh oleh novel miliknya.

Klek. 

Semua Tentang Kita (STK) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang