41. Revenge

390 141 38
                                    

"Berdamai dengan diri sendiri adalah salah satu cara untuk mengobati luka dan rasa lelah yang kau terima selama menjalani kehidupan di dunia."

***

Kedatangan Delima ke Treksa mendapatkan sambutan dingin dari orang sekitarnya. Meski OSIS tidak pernah secara langsung mengumumkan bahwa Delima adalah pelaku penyebaran berita, tetap saja, mereka tahu dari orang perseorangan.

Ia diteror oleh pendukung Aidan yang tidak terima akan berita palsu yang telah menyebar luas. Aidan tidak pernah datang ke tempat yang tertera di foto, dan tidak memiliki teman seperti gadis yang berada di sebelah pria yang mirip Aidan. Delima terlalu apik untuk sekedar mengedit foto dan diangkat menjadi berita. Sayangnya, kemampuan yang ia miliki digunakan hanya untuk balas dendam semata.

Gadis itu benar-benar seperti memiliki armor yang kuat dan sama sekali tidak menanggapi berbagai umpatan yang dikeluarkan untuknya. Ia tetap berjalan santai dengan wajah yang selalu ia tutupi dengan poni rambutnya.

Ia datang untuk memenuhi panggilan kepala sekolah dan guru BK setelah Raka menaikan status kasus Aidan ke pihak yang lebih berwenang.

Delima sendiri merasa marah kepada orang-orang yang berteriak di depan wajahnya. Termasuk gadis yang kemarin telah datang bersama Aidan ke rumahnya. Delima sangat membenci wanita bernama Firda, salah satu teman sekelasnya.

Kemarin, seperti yang telah Aidan katakan, pria itu mendatangi rumah Delima setelah kejadian yang menimpa Aileen di rumah sakit. Ia mengajak Firda untuk datang karena kebetulan gadis itu menawarkan diri untuk menemaninya.

Aidan mengetuk dengan tidak sabar, salah satu perumahan yang menjadi tempat tinggal teman sekelasnya bernama Delima Cahyati.

"Sabar, Aidan. Jangan gegabah!" peringat Firda.

"Udah sabar banget ini gue, Fir," jawab Aidan menahan emosi yang siap meluap di ujung kepalanya.

Padahal, jika gadis itu tidak datang ke rumah sakit untuk menyakiti Aileen, pria itu akan memaafkan Delima karena status yatim piatunya. Tetapi, ternyata Delima malah menambah kesan buruk di mata Aidan.

"Delima, ini gue Aidan."

Akhirnya, pria itu menyebutkan diri. Suara yang sangat Delima tunggu, suara yang begitu Delima rindukan.

Secara perlahan, pintu itu terbuka menampilkan sosok Delima dengan pakaian tidurnya. Sontak, Aidan dan Firda bergerak mundur menjauhi pintu.

"Aidan," panggil Delima dengan sumringah. "Gue seneng banget lo dateng buat jengukin gue."

"Wanita sinting," pikir Firda dalam hatinya.

Sepertinya, Delima harus menelan kepahitan saat melihat ekspresi Aidan yang tidak ramah kepadanya. Ia meneguk ludahnya kasar seraya mengubah rautnya menjadi sedih.

Firda tidak pernah memperhatikan keberadaan gadis ini di kelas mereka. Mungkin, karena gadis itu terlihat sangat diam dan minim interaksi.

"Delima," panggil Firda. 

Delima mendelik marah. Ia tidak suka dengan keberadaan gadis lain di sebelah Aidan. Mengapa gadis itu tidak pulang saja?  Agar ia bisa berduaan dengan Aidan. Haruskah Delima turun tangan untuk memusnahkan sampah tidak berguna seperti Firda?

"Kenapa kamu dateng berdua, Aidan?" tanyanya menatap Aidan.

Aidan tidak mengerti arah pembicaraan Delima. Ia bertukar pandang dengan Firda yang juga menggeleng tidak mengerti. Aidan tidak suka mengasari perempuan meski hanya berupa kata. Tetapi, bukan berarti ia tidak bisa hilang kendali di saat ada orang yang berusaha melukai adik kandung yang paling ia kasihi.

Semua Tentang Kita (STK) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang