"Mataku tercipta untuk memandangnya."
Semua Tentang Kita 2020
Selamat Membaca
*****
Setahun berlalu, Treksa siap membuka pintu gerbang untuk murid yang telah lolos seleksi masuk SMA Treksa. Tahun ini terlihat sedikit ringan, ada beberapa perubahan tetapi tidak terlalu signifikan. Apalagi mengingat Aidan sudah turun tahta dari jabatannya meski belum resmi demisioner.
Tahun ini, ada beberapa murid yang masuk jalur khusus lewat kualifikasi prestasi. Salah satunya adalah murid kebanggaan SMP Treksa, Renata Adeera Jasmin.
Ia adalah murid yang terkenal akan kepiawaiannya dalam bermusik. Mereka mengenalnya dengan sebutan jenius cilik. Ia juga sempat didapuk menjadi pengisi acara di ulang tahun SMA Treksa tahun lalu.
Tahun ini, ia resmi menjadi salah satu murid putih abu-abu beralmamater biru gelap, SMA Treksa.
Ia sampai di depan gerbang SMA Treksa. Salah satu SMA favorit swasta yang digadang-gadang masuk ke dalam sepuluh terbaik. Renata sendiri tidak merasa terkejut karena ia terlalu sering bolak-balik ke Treksa sebagai tamu undangan. Meskipun memiliki nama yang sama, SMP dan SMA Treksa tetap berada di wilayah yang berbeda. Ibaratnya, jika kamu berhasil masuk artinya kamu naik satu tingkat.
Jujur saja, ia sedikit merasa canggung karena ini adalah hari pertama ia menginjakkan kaki di Treksa sebagai murid resmi. Ia juga tak mengikuti orientasi seperti yang dilakukan teman-temannya. Ia datang dengan cara khusus.
Renata masuk dengan penuh kehati-hatian dengan ekspresi poker face andalannya.
Renata di tempatkan di kelas unggulan Treksa, X1. Hal itu tentu bukan sembarang ia dapat begitu saja. Nilainya selama di sekolah menengah pertama lebih dari cukup untuk membuat ia ditempatkan di kelas unggulan. Bakat dan kepintarannya memang tak bisa disembunyikan. Selain itu, ia berasal dari salah satu keluarga tergolong sangat mampu.
Ia berjalan dalam keheningan, melewati beberapa murid lain yang tengah menatap ke arahnya. Renata tidak peduli. Ia tak mengenal siapapun di sini. Oh, kecuali beberapa petinggi OSIS yang sempat mengundangnya dulu.
Dari arah selatan, dua sekawan berlarian menuju arah yang sama dengan Renata.
"Aw ....," rintih Renata pelan karena salah satu dari mereka menabraknya saat berlari.
Orang itu terjatuh, ia mengerang kesakitan sambil memegang kakinya yang mungkin sedikit terkilir. Temannya di belakang menghampiri dengan langkah tergopoh-gopoh.
"Karma itu real. Gue udah bilang sama lo, jangan suka jahil," hardik teman satunya.
"Sorry ya. Maafin temen gue. Dia lagi kumat karena pengen jadi atlet lari tapi gak kesampean," bisiknya memberitahu Renata.
"Kiya, Muti denger loh," ujar perempuan tadi menyebut dirinya sebagai Muti.
Renata hanya menatap keduanya dengan datar. Meskipun mereka terlibat dalam perberdebatan tetapi Renata tahu bahwa mereka bersahabat.
Dan lagi salah satu dari mereka kembali menatap Renata. "Lo anak baru?"
Renata sedikit tersentak dengan pertanyaan perempuan di depannya ini. Entah mengapa ia merasakan aura positif mengalir ke dalam dirinya begitu perempuan ini memandanginya. Renata tidak terbiasa. Ia selalu menunjukkan raut datarnya sebagai tameng perlindungan diri. Renata tidak terbiasa berteman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Tentang Kita (STK) ✔️
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI -78 CHAPTER. Kalian tahu apa yang paling menyakitkan dari sebuah perpisahan? Mengenang. Yah, proses mengenang adalah hal terburuk yang pernah ada. Karena mengenang selalu menyeret k...