"Apa yang kita cintai akan menjadi pusat, menjadi muara semua apa yang kita lakukan dan perjuangkan."
***
Promnight
Satu kata itu terus berputar di kepala Indri, tangannya menggenggam erat selebaran yang ia dapat dari salah satu murid berpita biru di lengan kirinya, OSIS SMA Treksa. Ia berjalan melewati beberapa murid yang sibuk membicarakan detail persiapan pesta. Mereka antusias dan terlihat begitu bahagia.
Minggu depan, ia naik kelas. Tingkat paling tinggi di mana semua waktu bebas akan mulai terkikis secara perlahan.
Teman mulai menghilang dan diri mulai memasuki zona bertahan dari yang namanya seleksi alam. Lingkup pertemanannya akan semakin menyempit. Itulah gambaran yang biasa ia dengar dari orang-orang dewasa terlebih dulu daripada dirinya.
Matanya memandang lurus ke arah lapangan. Di ujung sana, seorang pria tinggi berkulit putih dengan seragam khasnya, tengah berbincang dengan rekan kerja sesama OSIS. Ia terlihat begitu serius, seperti biasa. Pria yang satu tahun terakhir ini selalu menghantui dirinya. Terlebih, kejutan yang pria itu berikan di ruang siaran, seolah hal tersebut adalah puncak momen dari semua yang telah mereka lalui. Ujung dari sebuah pertemuan yang cukup dramatis.
Indri memang bukan tipe perempuan yang memiliki kepekaan tinggi terhadap hal absurd atau memahami kode-kode yang berusaha orang lain sampaikan kepadanya. Tetapi pria itu, bukankah sikapnya terlalu blak-blakan terhadap Indri?
Atau memang Indri yang terlalu percaya diri?
Awalnya, ia merasa biasa karena memang hidup pria itu selalu ada untuk mengganggu Indri. Tetapi mengapa kini sakit rasanya, saat ia mendengar sebuah rumor tak berdasar jika pria dengan nama belakang Narendra itu akan kembali meninggalkan tanah kelahiran Indri. Meninggalkannya seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
Sekali lagi Indri menghela nafas, kehilangan seluruh tenaganya dalam sepersekian detik. Ia duduk di bawah pohon yang tumbuh rindang di sekitar lapangan sepak bola yang terhampar luas di depannya.
Duduk melamun memikirkan masa depan yang entah bagaimana akan ia jalani nantinya.
Acara promnight yang akan berlangsung tahun ini tidak hanya sekedar merayakan perpisahan senior mereka melainkan titik dimana Indri harus kembali berpisah dengan seorang pria bernama Raka Pavian Narendra.
Kemarin, secara gamblang Raka mengatakan bahwa ia takkan bertahan di Treksa lebih dari setahun, seperti yang pernah ia lakukan di sekolah sebelumnya. Saat Indri secara refleks menanyakan alasannya, pria itu hanya menjawab Indri dengan senyuman penuh kemisteriusan.
Indri menenggelamkan wajah di antara kedua kakinya. Ia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Sudah cukup ia kehilangan Savina yang menurut kabar telah berada di Kota lain mengunjungi salah satu sanak keluarga dan memutuskan menetap di sana. Sekarang ia akan kembali kehilangan seseorang yang selalu setia berada di sampingnya.
"Indri," panggil seseorang mengenakan seragam olahraga.
Indri mengangkat kepala dan mendapati Ivana sedang bersedekap di depannya.
"Lo ngapain di sini?" tanya Ivana seraya menangkap satu hal yang mengusik si ratu gosip kelas sebelas Treksa. "Promnight?" tanya gadis itu memastikan Indri. Ia melihat selebaran kertas tengah Indri genggam di tangannya.
Indri mengangguk begitu pelan membuat Ivana mengerutkan kening dan menarik kursi agar bisa duduk berhadapan dengan sahabatnya.
"Panitia?" tanya Ivana lagi. Gadis itu terlihat menarik sudut bibirnya memberikan sedikit gurauan melalui raut wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Tentang Kita (STK) ✔️
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI -78 CHAPTER. Kalian tahu apa yang paling menyakitkan dari sebuah perpisahan? Mengenang. Yah, proses mengenang adalah hal terburuk yang pernah ada. Karena mengenang selalu menyeret k...