7. Nomor Dua

662 193 23
                                    

"Seseorang tidak berhak memaksakan kehendaknya terhadap orang lain termasuk kehendak lo terhadap gue!"

-Renata Adeera Jasmine

STK 2020

Selamat Membaca

*****

Aidan memarkirkan mobilnya di parkiran. Hari ini ia datang sedikit lebih pagi dari biasanya. Ia diberi kabar oleh kepala sekolah mengenai kedatangan sang murid berprestasi Treksa yang mendadak hilang selama satu semester lamanya. Aidan sedikit terkejut tetapi juga lega karena artinya sebentar lagi ia akan melepaskan jabatannya sebagai ketua OSIS. Ya, pria itu adalah pengganti Aidan sebagai ketua OSIS Treksa.

Ia berjalan dengan santai, menikmati udara pagi di lingkungan Treksa yang terkenal akan rimbunnya pepohonan dan asri bagaikan taman kota. Tak lupa ia menenteng blazer biru khas Treksa yang menggantung di lengan kirinya.

Tanpa sengaja Aidan berpapasan dengan salah satu murid perempuan yang ia perkirakan adalah teman seangkatannya. Gadis itu berjalan sambil merunduk. Wajahnya tertutupi oleh helaian rambut panjang yang ia biarkan terurai seakan-akan ada kesengajaan di dalamnya.

Aidan memperlambat langkahnya agar bisa melihat sepintas wajah murid yang begitu terlewat rajin. Namun, gadis itu seperti sadar sedang diperhatikan dan memilih untuk memalingkan wajahnya ke arah berlawanan dengan Aidan.

"Permisi," ucap Aidan berhasil menghentikan langkah gadis itu. Mereka hanya terpaut jarak sebanyak dua langkah karena setelah gadis itu melewatinya, Aidan berinisiatif bertanya.

Aidan tersenyum dengan tangan terlipat. "Temen sekelas gue ya?" tanyanya.

Orang lain yang mendengar pertanyaan ini pasti akan menyimpulkan bahwa Aidan adalah orang yang lancang dan sombong. Namun sesungguhnya, pria itu memang jarang mengikuti kelas karena terlalu sering mengurusi masalah organisasi dan juga didapuk sebagai perwakilan Treksa untuk masalah eksternal. Sekolah begitu mempercayai Aidan karena kualitas Aidan sebagai seorang murid telah terbukti berada jauh di atas rata-rata.

Gadis itu mengangguk pelan tanpa berniat menolehkan wajahnya ke belakang.

Aidan sedikit gusar, ia takut jika temannya itu tersinggung karena pertanyaannya barusan. Ia menggaruk rambutnya yang tidak gatal itu lalu melangkah mendekat bermaksud untuk meminta maaf.

"Jangan deket-deket!" bisik gadis itu pelan. Aidan terdiam tak melanjutkan langkahnya.

"Oh." Ia mundur satu langkah lalu sedikit berdehem pelan. "Maaf gue gak bermaksud apa-apa," ujar Aidan memelankan suaranya.

Lagi-lagi gadis itu hanya menganggukkan kepalanya. Aidan jadi bingung sendiri. Apakah wajahnya terlihat menakutkan?

"Gue duluan," pamit gadis itu segera menjauhkan diri dari Aidan.

Aidan memperhatikan dari belakang berusaha mengingat wajah gadis itu. Semakin lama mengingat, semakin jauh ia dari jawaban. Biarlah, nanti Aidan tanyakan saja kepada temannya yang lain.

****

Menjadi salah satu jajaran top three memanglah tidak mudah apalagi kita berbicara tentang Treksa. Sekolah dengan rata-rata nilai di luar batas jangkauan sekolah swasta lain.

Masuk Treksa ibarat kata masuk ke dalam kandang macan. Di sana, rivalitas begitu tinggi dan menonjol. Tiap murid saling adu bahu untuk menunjukkan siapa yang terbaik di antara mereka.

Semua Tentang Kita (STK) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang