75. De Chill Squad

237 28 7
                                    

***

"TANGKEP MUTI KALO BISA!"

Gadis bernama lengkap Agata Mutia Fredella terus memutari lapangan berbentuk persegi panjang itu lantaran ia ketahuan memakan salah satu makanan favorit sahabatnya tanpa sepengetahuan Azkeeya.

Padahal, gadis itu telah menyisakan dish terakhir untuk ia nikmati setelah makan siang yang bersifat makanan berat. Dasarnya Mutia, gadis hiperaktif, nakal tetapi selalu terlambat berpikir.

"SINI LO, MUTI!"

"MUTI GAK SENGAJA, KEEY!"

Rina yang melihat adegan pertikaian antara dua sahabat itu hanya bisa menghela napasnya cukup panjang. Ia membenarkan kacamata miliknya yang sempat melorot sampai ujung hidung lalu melirik ke arah temannya yang lain, yang duduk dengan tenang menikmati pertikaian.

"Muti jangan lari-lari nanti lo kepleset gue gak mau tanggung jawab."

"LO JUGA KEEY!"

Akhirnya Rina terpaksa ikut berteriak dan ikut campur karena kedua orang itu tidak akan ada yang mau mengalah. Gadis di sebelahnya ini juga terkesan selalu membiarkan keramaian yang kedua sahabat mereka ciptakan. Renata yang terkenal dengan sebutan Jasmine, salah satu teman Rina yang sedikit bisa diajak kerjasama meski pada dasarnya mereka bertiga sama kerasnya.

"Jatoh dia," kekeh Renata melihat Azkeeya berhasil menangkap Muti yang telah terkapar di atas rerumputan.

Rina ikut melihatnya. Ia kembali menggelengkan kepala lalu memilih untuk duduk di sebelah Renata yang menggeser duduk karena tahu jika temannya butuh space.

"Ren," panggil Rina pelan.

"Hm?"

Gadis itu menoleh menanggapi panggilan tersebut.

"Gue denger anak-anak sibuk ngomongin orang tua lo."

Rina telah mendengar kabar bahwa seseorang mengungkap sebuah fakta yang setahun lalu sempat beredar di Treksa. Kehadiran seorang anak selebriti terkenal pada masanya. Rina yang telah mengetahui bahwa orang itu adalah Renata, mulai mengkhawatirkan kondisi mental anak yang telah menjadi teman dekatnya itu.

Ia takut jika Renata kembali menutup diri karena terlalu sering dibicarakan oleh murid lain. Tameng yang sempat gadis itu tunjukkan juga kepada Rina dan lainnya saat pertama mereka saling mengenal satu sama lain.

Namun, dugaan Rina sedikit melenceng karena kini Renata mengembangkan senyum ke arahnya.

"Gapapa. Lo gak perlu khawatir. Gue okey kok."

Mau tak mau Rina mengulum senyum. Gadis di sebelahnya ini memang terlanjur menjadi gadis yang pendiam.

Dia yang selalu mampu menghipnotis orang-orang saat berada di panggung dengan penampilannya, nyatanya hanya seorang murid paling pendiam di kelas sepuluh menjelang kenaikan kelas.

"Mama lo tuh selebriti hebat. Gue sering baca beritanya di sosmed."

"Gue tahu, mama emang gak ada lawan kalo udah bersuara di panggung," balas Renata seraya membayangkan betapa bangganya ia terhadap orang tuanya terlepas dari sifat buruk keduanya.

"Gue lebih bangga sama lo," kata Rina menepuk pundak Renata. Gadis itu menoleh seraya menampilkan tatapan bingung.

"Lo hebat, Ren. Lo bisa atasin ketakutan lo terhadap dunia. Dunia yang mencekik, ngebuat lo selalu sedih. Lo berhasil buat bilang lo baik-baik aja tanpa nunjukin emosional sama orang tertentu."

"Makasih banyak, Rin," balas Renata pelan. "Gue berterima kasih dan bersyukur bisa dapet sahabat kayak kalian."

"Makasih banyak."

Semua Tentang Kita (STK) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang