8. Lupa Ingatan

669 188 63
                                    

STK 2020

Selamat Membaca

*****

Ada yang hilang!

Indri terus mencari buku-buku yang telah ia sembunyikan dengan baik selama berabad-abad dari sang komandan rumahnya itu. Ia merasa tak pernah lupa meletakkan kembali harta karun yang begitu ia kasihi ke dalam sebuah kotak kayu miliknya.

Ia menghabiskan hampir setengah jam hanya untuk menggeledah seluruh isi kamarnya untuk mendapatkan kembali buku-buku miliknya.

Lama-lama ia menjadi frustasi. Bahkan kamarnya berubah menjadi seperti gudang daripada tempat untuk tidur. Ia terlalu kalap dalam mencari buku novelnya.

Ia terdiam selama beberapa menit berusaha menenangkan kepalanya yang siap pecah kapan saja. Lalu secara tiba-tiba ia menggeleng-gelengkan kepalanya merasa tidak setuju dengan kesimpulan yang muncul di dalam kepalanya.

"Enggak. Enggak mungkin!" bisiknya sembari memejamkan mata.

Dari semua kemungkinan, hanya alasan inilah yang paling mungkin terjadi meski Indri tetap menolak untuk setuju.

Ia jadi linglung sendiri. Keluar-masuk kamar hanya untuk mengumpulkan keberaniannya untuk bertanya.

"Astagfirullah, Indri!"

Indri tersentak lalu berdiri mematung seakan-akan ia adalah seorang prajurit yang dipergoki oleh atasannya. Itu ibunya! Matilah Indri!

"Kamu abis ngapain? Kok kamarnya kayak kapal pecah!" gertak Azrina.

Indri hanya mampu menunjukkan deretan giginya yang tidak rapi itu. Mungkin ia perlu behel.

"Anu bund ... Itu .. " Ia mendadak gugup dan kehilangan ribuan kosa kata yang dikuasai. Tangannya menggaruk kepala yang tidak gatal itu.

"Bund ...."

"Kalo ngomong yang bener!" 

"Mana sikap sempurna kamu?!"

Mendadak Indri merapatkan kedua tangannya di samping kiri dan kanan badannya. Kedua kakinya saling bertemu begitu mesra seakan tak ingin saling melepas.

"Tatap mata Bunda!"

Indri meneguk ludahnya kasar lalu mengangkat wajahnya. Ia bisa melihat raut tegas sang bunda yang siap melahap Indri kapan saja.

"Apa yang mau kamu jelasin?" Azrina terlihat melipat tangannya di depan dada.

"Gak ada, Bund," jawab Indri pelan.

"Terus, kenapa kamar kamu bisa berubah jadi lautan barang kayak gini?"

"Indri lagi cari novel punya Indri. Bunda liat gak?" tanyanya memberanikan diri.

"Liat."

Mata Indri terlihat berbinar, bibirnya mulai terangkat hampir tersenyum lebar tetap—

"Udah Bunda buang semuanya."

Dunia Indri seakan runtuh saat itu juga. Ia tak mengira jika ibunya akan melakukan hal seburuk itu padanya. Meskipun Indri nakal, Indri hanya menerobos aturan tidak boleh membeli buku yang tidak penting saja. Selain itu ia tidak pernah melanggar apapun. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Kenapa dibuang, Bund?" lirihnya sedih.

 "Kamu lupa aturan yang ada di rumah ini?"

Indri berdiri tegak mendengar, ibunya mengeluarkan suara prajurit.

Semua Tentang Kita (STK) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang