36. Sekedar Teman

433 156 74
                                    

"Lama mengenal, bukan berarti bisa menjadi pemilik hatinya juga."

***

Siang ini, Maida terbaring lemah di kamarnya. Ia terserang demam secara mendadak setelah seharian melakukan aktivitas di tengah terpaan hujan lebat.

Seharusnya ia datang ke sekolah untuk menghadiri rapat OSISdalam rangka pembahasan LDKS OSIS yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat mengingat ketua OSIS mereka telah berganti. Sayang sekali, demamnya tak kunjung turun dari semalam.

Tak ada kegiatan khusus yang ia lakukan hari ini. Hanya berbaring, telungkup hingga menempelkan dahinya di atas mejanya. 

Sesekali, tangannya sibuk memainkan ponsel untuk sekedar berselancar di dunia maya. Dalam keadaan apapun, ia harus tetap update dunia per-koreaan. Baik itu drama ataupun penyanyinya.

Jari-jarinya bergerak begitu cepat tatkala ia berurusan dengan para visual cogan a.k.a cowok ganteng yang dengan mudah ia akses di media sosial. Ia rela menghabiskan waktunya hanya untuk memandangi wajah tampan mereka selama berjajam.

Seseorang mengetuk pintu dengan pelan tetapi masih terdengar oleh Maida karena suasana kamarnya begitu senyap.

"Siapa?" tanya Maida masih belum beranjak dari kursinya.

"Gue."

Maida memilih melanjutkan kegiatannya dan mengabaikan orang yang kemungkinan besar telah berdiri di depan pintu kamarnya.

Klek!

Pintu terbuka tanpa seizin sang pemilik. Seorang pria bersandar seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ganti baju sana," ucapnya begitu melihat Maida masih mengenakan piyama. Sayang sekali, Maida tidak menggubris permintaan pria itu karena sibuk membalas chat .

Akhirnya, pria itu masuk dan berjalan ke arah jendela kamar Maida. Tak lupa, ia memungut tas dan beberapa benda yang tergeletak di atas lantai kamar untuk ia letakan di tempat yang seharusnya.

Ia membuka tirai jendela kamar Maida menimbulkan protes dari gadis dengan piyama yang masih terduduk memainkan ponselnya itu.

"SILAU, ZAKI!"

Pria yang ternyata adalah Zaki, terkekeh pelan melihat kekonyolan gadis itu yang menutup wajahnya dengan bantal.

"Lo butuh sinar matahari, Maida," jelasnya dengan begitu tenang. Zaki berjalan kembali mendekati meja Maida dan mengambil sebuah apel di atas piring.

"Gue masih ngantuk! Lagian, Lo ngapain sih nyelonong ke kamar cewek? Hobi banget masuk ke kamar gue," ketus Maida.

Zaki menghentikan kegiatannya lalu melihat sekeliling kamar Maida dengan tatapan aneh. "Ini ... yang lo maksud dengan kamar cewek?"

Pria itu menyeringai seraya menggelengkan kepalanya mencemooh Maida melalui ekspresi wajahnya. "Rapi banget, Kamar cewek."

Maida melemparnya dengan bantal tetapi sayang tidak tepat sasaran. Ia terlanjur kesal dengan sindiran pria itu terhadapnya.

"Gabut banget hidup lo! Gangguin gue mulu."

"Ini bukan pertama kalinya gue masuk ke sini, 'kan? Kenapa marah banget sih?" kekeh Zaki menyelesaikan kupasan apel di tangannya lalu ia gigit sembari melayangkan pandangannya ke arah Maida yang juga tengah menatap pria itu dengan raut kesal.

"Mama yang nyuruh lo naik?" tanyanya dengan nada lebih rendah dari sebelumnya.

"Iya," jawab Zaki lalu menyodorkan sepotong apel lainnya kepada Maida. "Mau?"

Semua Tentang Kita (STK) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang