13. Deklarasi

525 174 57
                                    

Diam memperhatikan mu
Diam memandangmu
Diamku adalah untuk bahagiamu

STK 2020

Selamat Membaca

****

Senja datang begitu cepat, Ivana merasa belum sempat melakukan apapun sampai saat ini. Hari libur adalah pilihan yang tepat untuk memulai aksi rebahan yang diidamkan anak milineal saat ini.

Itu hanya rencana awal saja! Semua hancur seketika saat tamu tak diundang berkunjung ke rumahnya mengacaukan hari berharganya.

Ia jadi merasa lelah meskipun tidak melakukan apapun. Perempuan yang ia anggap sahabat itu benar-benar menguras energi fisik dan batinnya. Ivana adalah sosok sempurna penyerap dan penjelas terbaik yang selalu diakui orang di sekelilingnya.

Namun belakangan ini, ia bahkan mengidap sakit kepala menghadapi manusia setengah alien ini. Ya sahabatnya yang paling luar biasa, Savina.

Hari ini ia datang tanpa kabar, dan yang pasti tanpa pengendalinya, Indri. Meskipun mereka bertiga dekat, jujur saja, Ivana tidak bisa menangani sikap temannya yang satu ini. Berbeda dengan Indri, ia akan dengan senang hati menghentikan pola tingkah lakunya hanya dengan satu hentakan. Bila perlu ia main kasar padanya.

Beberapa waktu lalu, ia mengetuk pintu rumahnya berkali-kali. Ivana sampai terkejut, temannya ini mengetahui rumahnya tanpa melakukan chat. 

"Lo kok bisa ke sini? Tahu darimana alamat rumah gue?" tanya Ivana heran.

Sedangkan Savina hanya tertawa menanggapi kebingungan temannya itu.

"Pas kita bagi rapot, gue liat. Terus, gue catet," jawabnya membuat Ivana merinding seketika.

Gadis gila!

Tiga jam ia berada di rumah Ivana, hanya untuk menceritakan kisah cintanya yang kandas bahkan sebelum ia memulai. Dengan ekspresi haru yang ia tunjukan, membuat Ivana tak tega untuk mengusirnya Savina meski ia ingin.

"Van, menurut lo, gue kurang apa?"

Kurang waras.

Inginnya ia menjawab seperti itu, tetapi Ivana masih tidak sampai hati untuk melakukannya.

"Kalo cinta itu gak mandang kekurangan pasangannya. Jadi gak usah ribet nanya-nanya kekurangan lo disaat lo punya kelebihan yang harus lo tunjukin."

Mata Savina berbinar-binar mendengar jawaban dari teman baiknya. "Sejak kapan lo tumbuh menjadi bijaksana?"

Mau tak mau buku yang Ivana pegang melayang ke atas kepala Savina.

"Hey, jangan main kasar ya, Anda!" ringis Savina menekuk wajahnya kesal.

"Mulut mu berbisa, Nak! Karma berbalik dengan cepat," balas Ivana tak mau kalah.

Ivana berjalan ke arah Savina untuk mengambil kembali bukunya. Perlahan ia berjongkok lalu menatap temannya yang masih memegangi kepalanya.

"Masih mending cuma buku, kalo Indri yang lempar bisa bambu runcing yang melayang ke arah lo."

Ivana terkekeh pelan menertawakan raut wajah kesal Save.

"Penderitaan anak tiri," lirihnya meratapi nasib.

*****

Rumah itu terlihat asri dengan pepohonan di sekelilingnya. Seorang perempuan menangis dalam diam sembari memeluk bingkai foto, masa yang ia rindukan.

Semua Tentang Kita (STK) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang