33. Audisi

395 146 45
                                    

Para murid kembali berkerumun di depan mading untuk melihat nama-nama murid yang lolos ke tahap selanjutnya.

Beberapa wajah terlihat muram dan kesal karena mereka tidak melihat nama mereka terpampang di sana. Sedangkan yang lain berteriak girang karena berhasil lolos ke tahap selanjutnya.

Bela yang juga mendaftarkan satu nama temannya menarik Shafa membelah kerumunan untuk melihat siapa yang lolos ke tahap audisi.

"Apa sih?" geram Shafa merasa tangannya ditarik cukup kencang oleh Bela.

Bela tidak menjawabnya. Ia fokus melihat beberapa nama murid dari nomor satu hingga dua puluh yang terpampang di mading. Tangannya bergerak membuat tanda agar tidak ada nama yang terlewat oleh penglihatannya.

Bela menunjuk satu persatu nama yang tertera dan berhenti di list nomor sepuluh. Ia menyipitkan matanya meyakinkan apa yang ia lihat adalah benar. Seketika senyumnya mengembang ketika ia benar-benar sudah yakin.

Shafa merinding melihat temannya tersenyum aneh sendirian.

"Eh! Lo kenapa sih?" tanyanya menepuk bahu temannya.

Bela berbalik secara tiba-tiba membuat Shafa terlonjak mundur.

"AAAA! Selamat! Lo lolos, Shafa!" teriak Bela mengguncangkan bahu Shafa yang termenung di tempat.

"L-lolos? Lolos apa?" ulangnya. Ia tidak dapat menangkap maksud perkataan Bela. Sahabatnya lebih gila daripada dia.

"Wah! Gue gak tahu lo daftar audisi jadi juliet juga," seru teman sekelas Shafa dan Bela yang kebetulan juga tengah berdiri di sebelah mereka berdua.

"Hah? Jul— tunggu dulu!"

"APA?" Shafa semakin bingung sampai ia mendorong Bela dan maju ke arah mading.

Matanya bergerak mencari nama yang tidak ia harapkan ada di sana. Telunjuknya berhenti di nomor yang sama dengan yang Bela lihat tadi.

10. Kirana Shafa Mahesti

Ia mengusap matanya berusaha meyakinkan diri, jika ia tidak salah lihat. Ia ingin memastikan jika itu bukanlah namanya.

Namun takdir berkata lain, di sana, namanya tercantum dengan jelas dan lengkap. Ia bahkan tidak pernah menagntri untuk mendapatkan formulir pendaftaran. Bagaimana bisa namanya tertera di antara barisan nama-nama peserta lainnya?

"Bel," panggil Bela.

"Iya, apa?" Bela masih tidak mampu menahan rasa bahagia yang membuncah di dalam dirinya.

"Kerjaan lo, 'kan?" Shafa mengeluarkan aura gelap dalam dirinya membuat Bela mundur dan bersembunyi di belakang pria tinggi yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka dari belakang.

"Lindungi gue dari singa," pintanya kepada pria itu.

"Mahar, minggir!" geram Shafa berusaha menangkap teman yang sudah membangunkan iblis di dalam dirinya.

Bukannya bergeser, pria itu malah mengikuti kemana arah Shafa bergerak membuat Bela merasa terlindungi.

"Gak usah marah-marah. Kan makin keliatan lucu," godanya membuat Shafa mendecih pelan. 

"Sinting! Cepetan minggir dulu!'

"Selamat ya udah jadi Juliet," goda Mahar sekali lagi menghiraukan peringatan dari gadis itu. "Nanti gue nonton."

"Enggak! Enggak ada itu gue jadi Juliet!" tolaknya mentah-mentah. "Gue gak minat."

Bela berdecak pelan seraya berkecak pinggang. "Tuh! Mahar aja mau liat lo jadi Juliet. Pasti semua orang bakal gempar, Shaf. Percaya sama gue."

Semua Tentang Kita (STK) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang