STK 2020
Selamat Membaca
*****
Hari ini Suci lagi-lagi tidak mengikuti kegiatan belajar di kelasnya. Ia sibuk mempersiapkan turnamen taekwondo tingkat Sekolah Menengah yang akan diadakan di SMA Bhrata.
Rambut yang panjang ia ikat agar tidak mengganggu sesi latihannya bersama dengan tim dan coach taekwondo Treksa.
Hampir seharian ia berada di ruangan ini. Ruangan tempat ia menghabiskan harinya dengan berlatih dan bertarung. Sebagai salah satu perempuan yang di cap memiliki kekuatan lebih, ia tidak memiliki banyak teman. Hanya beberapa orang saja yang dekat dengannya. Apalagi wajah Suci terlalu misterius dan terkesan tidak ramah.
Ayana yang selalu menempel kepadanya sudah lebih dari cukup tanpa pengecualian. Ia tidak terlalu memperdulikan hal seperti itu. Baginya, teman akan datang tanpa pamrih. Jika ia tidak menyukai Suci, itu bukan salahnya. Karena sudah seharusnya dasar hubungan pertemanan itu adalah saling menerima.
"Alex, lo bisa ajarin gerakan ke sepuluh sama dia?" tanya salah satu coach bernama Tantri menunjuk Suci.
Alex Tersenyum lalu bergegas untuk berdiri mendekati Suci yang sudah kewalahan. Hari ini Suci sedikit kacau dari biasanya. Ia hilang konsentrasi sehingga memancing makian dari timnya. Suci tidak marah, karena itu murni kesalahannya. Ia harus berjuang lebih keras lagi agar timnya bisa menang besok.
"Dengan senang hati coach!" teriaknya begitu ia sudah berdiri di hadapan Suci. Dasarnya Alex yang menyukai adik kelasnya secara terang-terangan. Hampir seluruh penjuru tahu jika Alex juga berpuluh-puluh kali ditolak oleh gadis itu.
"Lo kalo mau ngajarin gue, ajarin yang bener.!Jangan mandangin muka gue mulu!" sungut Suci sebal. Pria itu malah terkekeh pelan terus menerus menggoda Suci.
Ia memang paling tidak bisa menghormati seniornya yang satu ini. Ia tak pernah sekalipun memanggil Alex dengan sebutan "Kak". Baginya Alex tak pantas mendapatkan gelar itu. Sikapnya tak pernah menunjukan wibawa seorang senior.
Suci yang cuek dan Alex yang berisik membuat mereka terlihat seperti pasangan serasi di mata orang lain. Komentar teman-temannya membuat ia geli sendiri.
Latihan berhenti sekitar pukul lima sore. Treksa sudah terlihat sepi. Alex mencoba untuk mengantarkan Suci pulang, tetapi ia menolak. Suci tidak mau memberikan harapan lebih kepada Alex.
Ia bukan tipe orang yang akan memberikan harapan palsu pada seseorang yang menyukainya. Jika ia tidak suka, ia akan tegas menolak! Bukan karena ia sombong atau arogan dan semacamnya. Hanya saja, ia tidak ingin memanfaatkan kebaikan orang lain terhadapnya.
Suci berjalan sendirian menuju ruang ganti di gedung B. Ia tak kenal takut lagipula matahari masih menemaninya sore ini.
Setelah berganti pakaian dan siap pulang. Tanpa sengaja ia melihat seorang murid laki-laki tengah memainkan bola basket di kursi depan searah dengan jalan keluar yang akan ia lewati.
Ia memantulkan bola tersebut ke lantai beberapa kali. Sepertinya ia memakai seragam basket Treksa angkatan XVIII. Apakah ia anggota tim basket? Entahlah. Suci tidak terlalu memperhatikan.
Pria itu juga membawa canvas dan peralatan melukis yang tergeletak di sampingnya. Mata pria itu menerawang jauh ke depan. Telinganya ia sumpal dengan headset. Suci berlalu di sampingnya tetapi pria itu tetap memejamkan mata sembari memeluk bola orange.
Mata Suci melirik sebuah lukisan di canvas yang tergeletak di kursi. Matanya membulat dan berdecak kagum. Lukisan yang benar-benar indah. Sehingga tanpa sadar ia berhenti melangkah dan berdiri di samping pria yang kemungkinan adalah kakak kelasnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Tentang Kita (STK) ✔️
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI -78 CHAPTER. Kalian tahu apa yang paling menyakitkan dari sebuah perpisahan? Mengenang. Yah, proses mengenang adalah hal terburuk yang pernah ada. Karena mengenang selalu menyeret k...