51. LDKS

415 126 270
                                    

Upacara pembukaan tengah berlangsung. Semua berbaris dengan rapi sesuai dengan kelompok yang telah dibagikan panitia minggu lalu.

Ezra tengah melakukan pidato pembukaan dibarengi dengan pembukaan resmi yang tandai dengan pembacaan sumpah dari perwakilan peserta untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan sesuai aturan dan hukum yang berlaku.

Anggota komite telah tersebar di tiap pembatas nomor kelompok. Hal tersebut dimaksudkan agar peserta serius dan mengikuti pembukaan secara khidmat. Jika ada peserta yang tertangkap, komdis takkan segan menyeret orang itu keluar barisan dan akan mengalami kesulitan untuk kembali dalam kelompok dan ditandai sebagai peserta pembangkang. Setegas itu hukum Treksa. 

Setelah sumpah diucapkan oleh dua orang perwakilan peserta yang semuanya diwakili oleh anak kelas sepuluh, pria dan wanita. Semua peserta mengikuti mentor masing-masing ke dalam kelas untuk menerima materi pertama yang akan disampaikan oleh mantan ketua OSIS SMA Treksa, Aidan Abhivandya Mahardika.

Indri berada dalam kelompok lima dengan komposisi dua orang kelas sebelas dan lima orang lainnya kelas sepuluh. Indri berusaha beradaptasi karena tidak mengenal satupun anggota kelompoknya termasuk anak dari kelas sebelas karena ia bukan anak IPS.

LDKS seperti ini hanyalah batu loncatan kecil bagi Indri. Ayolah, ia bahkan pernah menjabat pada bagian tertinggi dalam OSIS. Ia sudah tahu seluk-beluk penyelenggaraan acara seperti ini. Indri harus tetap down to earth.

Dalam kelompok lain, Mutia dipisahkan dari Rina, sahabat yang selalu ia gandeng kemanapun mereka pergi. Sedikit hambar rasanya jika tak ada yang kita kenal dalam kelompok. Mau serusuh apapun dirimu jika mereka tak satu server maka sifat itu akan terpendam tanpa suara.

Hatinya menegaskan satu hal,  jika mati satu maka akan tumbuh sepuluh ribu. Kehilangan Rina, maka ia bisa mendapatkan banyak teman baru. Mutia tidak boleh bersedih.

"MutiaFredella," ucapnya memperkenalkan diri. 

Ia memberikan senyuman paling manis yang ia pelajari semalaman. Menurut video youtube yang ia tonton, demi mendapatkan perhatian kamu harus tenang, calm, dan murah senyum. Itulah yang sedang ia lakukan sekarang.

Semalam, ia mempraktekan sikap ramahnya pada sang kakak tetapi ia malah dianggap orang gila karena senyumannya terlalu lebar. Kakaknya tidak menyadari, pesona tersembunyi di balik senyuman mematikan seorang Mutia Fredella.

"Kelas berapa?" tanya seseorang menanggapi perkenalan Mutia. Ia terlihat makin antusias sekarang.

"Kelas sepuluh satu, salam kenal," jawabnya.

"Sekelas sama Renata, ya?"

"Renata? Jasmine maksud lo?"

Beberapa dari mereka mulai meributkan kehadiran dirinya karena mengenal Renata.

"Renata temen baik Muti," kata Muti mengonfirmasi.

"Kenalin dong, Mut!"

"Iya, kenalin. Gue ngefans banget sama dia."

Mutitermenung, apakah mereka sebahagia itu mengetahui dirinya sekelas denganRenata? Mengapa Rina dan Azkiya tidak sesenang mereka? Apakah Renata adalah artis?

Pada akhirnya, ia jadi banyak diam dan hanya mendengarkan obrolan singkat temannya sampai materi pertama di berikan.

Rina sendiri satu kelompok dengan anak-anak yang begitu berisik. Untung saja ia punya Azkiya dan Muti yang selalu bertengkar dan berisik. Jadi, ia lumayan terbiasa dengan kelompoknya yang paling ramai ini.

Sesekali ia akan ikut nimbrung, menjadi gila dan rame bukan masalah baginya. Asal tidak setiap hari. Matanya bergerak melihat sosok yang amat ingin ia pandangi. Namun, disaat seperti ini melamun hanya akan memberikan Rina masalah.

Semua Tentang Kita (STK) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang