"Hati itu bukan lapangan tempat kamu berlari-lari, cari saja taman jika ingin bermain-main."
Kirana Shafa Mahesti
***
Mahar baru saja tiba di lokasi syuting tempat ibunya bekerja. Tak ada yang tahu jika seorang Mahar adalah salah satu putra dari artis senior Evelyn Rana Wijaya. Ia terkenal dengan sebutan Rana effects. Dimana segala sesuatu yang berkaitan dengannya akan sold out dalam sekejap.
Hari ini ibunya sedang menjalani sebuah interview di rumah produksi yang didirikan oleh kakek Mahar. Berjodoh dengan salah satu perintis stasiun TV terkenal membuat Rana harus pensiun dari karirnya sebagai aktris muda yang populer saat itu.
Saat bertemu dengan Galuh Prakas Wijaya sebagai salah satu CEO rumah produksi terkenal, Rana menjadi salah satu artis tamu untuk series yang diproduksi oleh perusahaannya. Ayah dan ibunya memang ditakdirkan untuk bertemu, ayahnya lah yang pertama kali jatuh hati.
Mahar berjalan dengan santai memasuki bangunan yang menjulang tinggi mencapai dua puluh lantai. Beberapa orang menyapa Mahar dan mengenali paras tampan miliknya yang persis dengan sang ayah, Galuh.
"Har!" sapa Kenta, salah satu staff terdekat ibunya. Bisa dibilang asisten Rana dari jaman ibunya berkarir sebagai seorang aktris.
"Yo! Om!"
Kenta yang dipanggil dengan sebutan om otomatis menyentulkan kepala Mahar dengan sebal. Enak sekali anak muda ini memanggilnya dengan sebutan om.
"Lebih ikhlas dikatain mamang daripada Om, Har!" keluhnya berjalan sejajar bersama Mahar. Mahar terkikik geli. Ia suka sekali menggoda Kenta.
Katanya panggilan Om terdengar mengerikan di telinganya. Ia lebih menyukai dipanggil bro atau sob, meski Kenta telah berumur kepala tiga.
"Canda, Bang. Mama gue di dalem?"
Kenta menganggukkan kepala mengiyakan.
"Ada. Mau ngapain lo? Kayak anak PAUD aja nyariin orang tuanya."
Mahar berdecak pelan menatap Kenta dengan tatapan sinis. "Sirik aja lo sama gue. Mana kepo banget sama kegiatan gue."
"Hey, gue kepo juga karena itu menjadi dari sebagian tugas gue sebagai salah satu tangan kanan mama lo."
"Gue mau kenalin jodoh," balas Mahar lalu maju selangkah untuk membuka pintu ruang kerja Rana.
"Ma," panggil Mahar begitu ia masuk ke dalam ruangan.
Rana yang tengah membaca dokumen interview segera menoleh dan menyambut putranya dengan senyum. Ia sangat senang jika Mahar datang untuk berkunjung.
"Hai, sayang," balas Rana mempersilakan Mahar mengecup pipi ibundanya.
"Tumben banget ke sini, ada apa?" tanya Rana saat Mahar sudah duduk di kursi. I tamu. Ia beranjak ke arah lemari pendingin di ruang kerjanya, menyuguhkan air mineral untuk Mahar.
"Makasih, Ma," kata Mahar menerima air yang memang sangat ia butuhkan. Kondisi saat ini di luar benar-benar mengerikan.
"Mahar cuma mau bilang,kalo model yang kemarin terpilih itu dari sekolah Mahar."
Kedua alis Rana saling bertaut merasa ada yang sedikit aneh dengan kalimat putranya.
"Temen? Kalo cuma temen, kenapa sampe jauh-jauh dateng ke sini. Kamu bisa telepon Mama loh," tutur Rana memberikan tatapan menggoda kepada putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Tentang Kita (STK) ✔️
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI -78 CHAPTER. Kalian tahu apa yang paling menyakitkan dari sebuah perpisahan? Mengenang. Yah, proses mengenang adalah hal terburuk yang pernah ada. Karena mengenang selalu menyeret k...