"Seseorang akan terasa begitu berarti kehadirannya, disaat kita telah kehilangannya.
Sesungguhnya, perpisahan terberat adalah berbeda dunia."Happy Reading
***
Selang infus berdiri tegak dan menjulur serta terikat pada pergelangan tangan Zahra, yang kini tengah terbaring lemah tak berdaya itu. Beberapa peralatan medis lain memenuhi seluruh tubuhnya. Percobaan bunuh diri yang ia lakukan mengantarkan ia pada status koma di Rumah Sakit Basupati. Berdasarkan diagnosa medis yang telah disampaikan kepada keluarga Zahra, Ia memiliki harapan hidup yang minim.
Orang tua, kakak dan beberapa teman baik Zahra tengah menunggu dalam gusar. Mereka terus merapalkan doa dalam hening. Sang ibu merangsek ke dalam pelukan kakak Zahra tak kuasa menahan tangis melihat keadaan putri bungsunya tidak sadarkan diri sejak pukul dua belas malam.
Gadis SMA yang kehadirannya selalu dianggap sebelah mata oleh keluarganya sendiri, kini memilih untuk beristirahat dan tidak lagi ingin mendengarkan apapun tentangnya dan masa depan yang telah digariskan untuknya. Bagi Zahra, kesempatan itu telah hilang. Ia tidak memiliki hasrat untuk sekedar melanjutkan hidupnya yang telah hancur pada malam itu.
Keluarganya menunduk saling introspeksi diri. Percobaan bunuh diri yang dilakukan Zahra bukan hanya sekedar candaan. Mereka berasal dari keluarga berpendidikan dan menghadapi situasi berat dimana salah satu anggota keluarga yang paling muda merasa tertekan oleh gaya hidup yang mereka jalankan. Apa yang membuat gadis itu sampai berpikiran untuk melenyapkan hidupnya sendiri? Ada sesuatu yang salah, dan itu adalah hal yang pasti.
Suci, Ayana, Novi, dan juga Maura turut hadir dan saling menguatkan diri masing-masing. Awalnya, Sucilah yang menyadari ketidakhadiran murid paling pintar di Treksa ketika waktu telah menunjukkan pukul tujuh pagi. Zahra adalah murid yang tidak pernah terlambat. Ia selalu datang sebelum jarum jam menyentuh pukul tujuh tepat.
Ia berinisiatif menghubungi nomor Zahra dan mendapatkan jawaban yang tidak terduga. Ia panik saat kakak Zahra mengatakan bahwa sahabat mereka dirawat di ruang intensif dalam keadaan koma. Oleh karena itulah, mereka meminta izin untuk datang ke rumah sakit demi melihat kondisi sahabat mereka.
Zahra memang bersikap aneh dan cenderung kasar terakhir kali mereka bertemu. Sayangnya, mereka tidak tahu jika temannya yang satu ini tengah menyiksa diri sendiri dan menyimpan beban itu di dasar hatinya.
Bahkan Suci yang tahu bagaimana penderitaan Zahra akan tekanan besar dari keluarganya, saat itu tak menyadari ada yang tak beres pada teman sebangkunya.
Tania berusaha menenangkan ibunya yang sudah begitu pucat menunggu kabar dari ruang besar bertuliskan ICU itu. Ia masih berharap ada keajaiban yang menghampiri putri mereka.
Pagi tadi, ia hendak membangunkan Zahra yang sepertinya terlambat bangun. Ia tahu bahwa adiknya tengah bersedih atas kemarahan ayah mereka seperti yang ibunya ceritakan sesaat setelah ia pulang ke rumah. Maka dari itu, ia membiarkan Zahra untuk tidur sedikit lebih lama dari hari biasa karena gadis itu pasti kelelahan. Tetapi, waktu terus berjalan dan tak menunjukkan perubahan. Perempuan kecil itu tidak nampak di meja makan pagi ini.
Akhirnya ia memutuskan untuk naik membangunkan sang adik. Tania mengetuk pintu kama Zahra beberapa kali tetapi tak ada jawaban ataupun pertanda adanya kehidupan di dalam kamar. Tak ada lenguhan, tak ada pergerakan ranjang. Semua hening dan sunyi membuat sang kakak akhirnya merasa was-was dan segera memanggil ibu mereka.
"Ma, Zahra gak mau bangun."
"Kayaknya dia kecapean," lanjut Tania melaporkan keadaan adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Tentang Kita (STK) ✔️
Fiksi Remaja(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI -78 CHAPTER. Kalian tahu apa yang paling menyakitkan dari sebuah perpisahan? Mengenang. Yah, proses mengenang adalah hal terburuk yang pernah ada. Karena mengenang selalu menyeret k...