25. RIVAL?

528 160 90
                                    

STK 2020

Selamat Membaca

****

Alarm itu terus berdering  hingga sang pemilik mulai merasa gusar dalam mimpi indahnya. Gadis itu mulai melakukan pergerakan khas orang tidur yang akan segera terbangun. Tetapi, faktanya Ia hanya berguling ke kanan dan melanjutkan tidurnya.

Sepuluh menit kemudian, alarm tersebut kembali berdering, mengusik waktu terindah dalam hidupnya. Dengan kesal, ia melempar alarm tersebut dengan bantal. Ia pikir ia berhasil menghentikan suara bising yang wajib menyala saat matahari mulai terbit. Nyatanya, sebuah teriakan dari luar kamar berhasil membuatnya tersentak dan terduduk karena refleks.

"INDRI JAM BERAPA INI?" 

Indri mengusap wajahnya berusaha menyadarkan diri sendiri. Di depan pintu kamar, sang bunda berdiri sembari berkacak pinggang memandangnya galak. Tak lupa, bantal yang semula ia lemparkan berdasarkan insting yang menurutnya tepat sasaran ternyata ada di tangan bunda.

"Bunda ngapain pegang bantal Indri?" tanyanya dengan suara sengau khas orang baru bangun tidur.

"Kamu yang lempar bantal ini ke muka Bunda!"

Indri terkejut lalu mulai menggaruk rambutnya yang berantakan itu. "Maaf, Bund. Gak sengaja."

"Cepet mandi! Kebiasaan deh kamu, pasti begadangin buku cinta-cintaan itu, 'kan?"

"Novel, Bund. Novel." Indri memberenggut lalu meraih ponsel di mejanya dengan santai. "Lagian Indri gak begadang karena baca novel. Indri tuh ngejar deadline tugas."

"Terserah deh namanya apa. Gak ada alasan baik untuk yang namanya begadang. Makanya, jangan suka nunda-nunda pekerjaan. Giliran disuruh ngumpulin nyalahin begadang karena tugas dua minggu yang lalu." 

Skakmat! Jenderal telah memberikan komando, ia harus segera terbangun dan mengakhiri nyanyian pagi sang bunda. Dengan langkah lunglai, Indri berjalan ke kamar mandi meninggalkan bundanya yang sedang membuka jendela kamarnya.

Saat sarapan pun mata Indri masih tidak bisa terbuka normal. Kepalanya terkadang tertunduk karena ia sangat mengantuk. Beberapa kali Indri juga menguap di depan bunda. Jujur saja, tugas hanya ia kerjakan selama dua jam. Sisanya, ia gunakan untuk menonton drama hits dari negeri gingseng, Mr. Queen. Ia baru tertidur pukul empat pagi. Jadi, beginilah keadaannya.

"Gak usah bawa sepeda! Mata ngantuk gitu, bahaya!" peringat bunda.

Indri hanya mengangguk pelan dan memakan rotinya lamban.

Sesampainya di sekolah, ia turun dari mobil dan bersalaman dengan bunda yang telah mengantarkan Indri langsung ke sekolah.

"Jangan tidur di kelas! Kalo ngantuk cuci muka."

"Iya, bund iya. Siap laksanakan!" jawabnya mengangkat tangan melakukan hormat ala militer.

Mobil bundanya sudah menjauh dari pandangan Indri, ia berbalik lalu berjalan melewati pintu gerbang.

Sepanjang perjalanan, Indri mendengar bisik-bisik akan kedatangan orang baru di Treksa. Sebenarnya ia tidak terlalu peduli karena ia tidak diuntungkan dalam bentuk apapun. Dari ujung ke ujung lantai kelas sepuluh mereka membicarakan orang yang sama. Sang ketua OSIS baru pengganti Aidan.

Indri melirik ke kanan dan ke kiri beberapa kali, berharap ada yang ia kenal untuk sekedar bertanya. Ia bukan anggota OSIS. Lebih tepatnya, ia menolak masuk ke OSIS.

Senior galaknya dulu tertarik kepada Indri. Firda namanya jika ia tidak salah ingat. Ia menawarkan Indri untuk bergabung dengan jajaran OSIS Treksa dan menjanjikannya salah satu posisi inti. Tetapi, Indri menolak secara halus karena tidak akan bisa menyempatkan waktunya untuk berorganisasi.

Semua Tentang Kita (STK) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang