55. Kebenaran

381 116 89
                                    

Happy Reading

***

"Pelan-pelan turunnya," kata Raka mengomeli Indri yang terlihat begitu bersemangat untuk pulang.

"Iya, bawel!"

Ternyata setelah rapat berakhir, pria itu tidak langsung pulang melainkan pergi ke UKS untuk mengantar Indri pulang.

Ia sempat ke ruang OSIS hanya untuk mengambil kunci mobil dan tas kecilnya lalu segera ke UKS.

Kepala Indri masih terbalut perban, gadis itu belum sepenuhnya pulih. Oleh karena itu Raka datang. Ia terlihat menggendong tas Indri dan membawakan peralatan orientasinya.

"Udah bisa jalan kan?" tanya Raka sedikit skeptis.

Indri mendelik sinis. "Yang sakit kepala gue, bukan kaki."

Raka tertawa mendengar Indri yang berani sekali berbicara dengan nada seperti itu kepadanya.

"Yaudah, cepet jalan. Tadinya mau gue bawain tandu," kata Raka dengan nada mengejek.

Jika dilihat dari sudut manapun, pria itu memang tidak pernah bersikap baik kepada Indri. Selalu saja membuat gadis itu merasa kesal dengan perkataan pedasnya.

Saat mereka keluar secara bersamaan, Indri terlihat terkejut karena keberadaan anggota OSIS lain yang terlihat seperti tengah menunggu Indri. Jika itu Aileen, tentu ia tidak akan merasa aneh.

Namun, ada Denis dan yang lain, yang juga tengah terduduk menghadap pintu UKS.

"Ngapain pada di sini?" tanya Indri refleks.

Aileen yang pertama kali berdehem menanggapi pertanyaan sahabatnya. "Gak mau ganggu yang di dalem," kekeh Aileen.

Kening Indri mengerut pelan, tidak begitu mengerti dengan maksud Aileen. 

"Nantiyang di sebelah bisa ngamuk," sahut Ezra melirik ke arah Denis yang sedari tadi hanya terdiam dengan muka masam.

Bagaimana tidak kesal? Denis telah kalah dua kali dalam satu hantaman. Raka terlalu gesit untuk Denis lewati dan hadapi. Pria itu untuk kedua kalinya kehilangan kesempatan mendapatkan perhatian Indri saat gadis itu tengah sakit dan terluka.

Perlahan senyum Denis mengembang saat ia memastikan jika Indri kini telah baik-baik saja.

"Udah baikan?" tanya Ezra kepada Indri.

"Udah, makasih ya," jawab Indri.

Setelah itu, Indri di antar oleh yang lain sampai ke parkiran. Berharap gadis itu tidak pingsan di tengah jalan.

Aileen juga kini berjalan memapah Indri dan akan pulang bersama Denis. Hanya Aileen yang Indri percaya untuk menuntunnya berjalan.

"Gila! Salut banget gue sama lo," bisik Aileen mendekatkan bibirnya ke telinga Indri.

"Kenapa? Gue kan gak ngapa-ngapain?"

"Lo liat tuh! Dua cowok kulkas berjalan bawain peralatan dan ngawasin lo udah kayak apa aja," kekeh Aileen menunjuk Denis dan Raka yang berjalan di belakang mereka dalam hening.

"Raka bawain tas lo! Siapa lagi yang berani nyuruh dia kayak gitu, Ndri!" pekiknya pelan merasa begitu senang. Biasanya, Raka yang mengerjai Aileen. Tetapi hari ini, ia bisa mentertawai pria dingin dan galak itu karena menjadi babu sahabatnya.

"Bukangue yang nyuruh. Dia bawain sendiri," kata Indri sedikit pelan. 

"Serius lo?" seru Aileen karena terkejut.

Semua Tentang Kita (STK) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang